ri Candra Utari pada Ki Bimo, tabi
kepala. Wajahnya terlihat muram. Tangannya sibuk memilah beberapa h
tas tempat tidurnya. Sekilas nampak seperti seseorang yang tertidur pu
rang, Kanjeng Putri. Harapan saya satu-satunya pada ramuan yang tad
buncah dalam dadanya. Mengapa dia tadi tidak bersikap waspada saat membawa ramuan
kunyit seperti yang panjenengan perintahkan, bokor yang saya bawa ter
menepuk keningnya. "Akar tanaman sebagai bahan dasar ramuan itu
ak mampu dia tepiskan dari hatinya. Tak mampu pula dia angkat wajahnya u
i. Saya akan lakukan apapun demi keaembuhan ibu
. Hanya saya sendiri yang bisa mendapatkan akar tana
atas meja besar di sudut kamar. Mengemasi beberapa barang yang ada di atas me
ong, setiap pagi dan sore, tempelkan tumbukan dedaunan ini di kening Kanjeng Ratu. Sekitar t
Putri Candra Utari. Berjalan cepat menuju ke halaman depan keputren. Suara siu
uat wanita utama dalam pemerintahan Kerajaan Niskala. Sang Ratu Dewi Arum. Yang tengah
i Candra Utari segera menghapus air matanya. Mendonga
yang berat dan berjalan dalam tempo yang teratur. Langkah
tanya Raden Eka Kencono kepada Putri Candra Utari ya
i Bimo sedang mencari akar tanaman yang menjadi bahan dasar ramuan tersebut." Putri Candra Utari menghentikan kalimatnya sesa
rnya itu. Dia duduk di tepi pembaringan Sang Ratu dan mencium lembut kening D
dia mangkat, tak tahu lagi bagaimana aku harus menjalani sisa hidupku." Baru kali ini Raden Eka Kencono berkata dengan suara lirih.
parau. Lirih, hampir tak terdengar. Berusaha menimbulkan harapan b
r berputar-putar di atas
ngejar waktu," gumam Putr