a
Di dekat sumur, aku yang baru seles
n yang memang tidak kubo
akep kalau h
au jomblo. H
rmu berapa
belum pernah me
, padahal baru semalam aku m
di telingaku. Dan aku hanya
an. Tuyul-tuyul tadi mengikutiku. Mereka b
ki dengan minyak ramuan khusus. Teringat
wanita idaman lain. Sang istri sakit hati lalu meminta
naburkan roh kebencian, pertengkaran dan perpis
a saat aku menyusup masuk. Dikejarnya aku dengan senj
jata itu sempat mengenai ekorku. Terluka dan berdarah. Bahkan kala
percakapan Bapak dengan seseorang da
a wa
n Adam jatuh dalam dosa itu menduduki peringk
ini bisa kulihat sosok wanita itu. U
ih. "Seperti kurang nutrisi. Padahal aku rajin minum
kan bahwa aku sama s
eka bilang." Ia menatap B
epul uap. Setelahnya, ia meminta ijin
atap dengan banyak o
gal di ko
"Mbah liat ada teman kos
u terduduk lesu. Memainkan
eguk sisa kopi di gelas. "Kejahatan datang
ud, M
Jangan pula meludah sembarangan. Hajat-hajat yang tak kau anggap
sedangkan kau makin re
ku lakukan, Mbah?
maunya apa?" Bap
ena mental. Ia jadi
bawakan teh untuk menc
" Kusimpan cangkir teh
lalu berucap
hambarnya dengan teh ta
kang, kudengar Bapa
narik auramu kembali. Vibrasinya mamp
kan cantik, tapi j
gi, "Bagaimana caranya, Mbah
wab Bapak datar. "Hanya akan berhasil bila kau yak
pa saat. Menimbang-nimbang
mengamati. Berharap wanita
enapa suka sekal
yang tersisa,
wajah pas-pasan mu itu
u tidak berbulu seperti
n menghilang pergi d
ak membuka suara. "Saya tak
ya setuju!" jawab
bersama-sama menuju danau. Ingat, jangan mengenakan paka
tetap mengiyakan. "Ya, Mbah.