u kita ke parkiran. Lal
Elah, tenang aja soal itu. Entar gu
ct
Udah cuma temuin dan kasih tau semua bukti.
bibir. Tapi kalau gue nyuruh elu yang te
Emang gue ditakdirkan
ot l
kipun sebenarnya tidak ingin dekat-dekat dengan Hans karena takut jika harus bertemu dengan
i ruangan itu dan mengantongi anak kunci. Semua komputer dimatikan dan meminta pada pen
mu Hans, security pasti akan mengusirnya. Setelah melihat mobil Hans datang, Nola bergegas menghampiri security. Berniat agar b
hatian aja nggak bisa. Kampret
ng sopir membukakan pintu untuknya. Dia
menghampiri. Security yang berjaga kaget,
menoleh
ntia dengan sedikit ragu. Dia berbicara
ng tangan perempuan itu. "Bu, Anda bukanya dari b
tugas menjaga gerbang, hem?" Shintia m
ns. Tugas saya untuk membuat be
ak Satpam!" geram Shintia. Dia
minta Shintia untuk mengikuti langkah dan berbicara di ruangannya. Shintia masih tak bergeming di tempat, di
. Tentu saja dia bohong, dia dang kesal dan
ersikap lancang, segera membungkam mulutnya sendiri. "maa
hintia berkata bohong. Karena sesekali dia melihat ke arah mobil. Merasa j
t cepat, Shintia berjalan ter
elakang Hans. Pandangan mereka tampak sinis hanya tak berani men
tuk Shintia. Membuat gadis itu merasa tak enak hati. Dia berjalan
ersilahkan Shintia untuk duduk. Perempu
apa?" tanya
eleng cepat, "Tidak usah repot, Pak.
gal, Shintia menyodorkan berkas dan sem
a i
arin. Bapak menuduh saya melaku
mu, tetapi atasan
engumpulkan bukti, bahwa sebenarnya kami tidak bersalah.
a, gadis itu menjelaskan banyak hal yang me
ana kamu mengambilnya dar
t dingin mulai menetes di kening, dia ta
itu ..
marah dengan apa yang k
kurang jelas menden
an kamu kembali bekerja," serunya. Hans berkata dengan waja
upa mengucapkan terima kasih sebelum pamit. Namun,
menodai diri sendiri d
apa yang kita lihat tak sepenuhnya mencerminkan apa yang terjadi. Lagipula, saya sudah menodai diri saya sejak muda dan itu buk
Dia menggeleng lemah dan tersenyum tip
ng ada di balik meja kerja kini beranjak dari duduk dan berdiri. D
aya. Langsung disosor. Lihat saja pakaian yang dikenakan, ke
ibut. Kata-kata Hans benar-benar membuat kepala
imaksud? Apakah Ray? L
jaan. 'Mungkinkah, Ray melihat aku dan Felix di hotel. Tidak mungkin,
tidak berhasil menggoda Tuan Hans kan? Dan, ka
bar. Dan, temannya aja jalang. Jadi dia bukan hanya wanit
ak bisa menahan diri, dia berjalan menghamp
bukan untuk menggoda? Untuk apa kalian pake lipstik merah seperti habis makan darah kalau bukan untuk merayu? Jadi siapa yang wanita murahan!" Shintia
is yang tertegun, begitu juga Shintia. Tangannya yang sejak t
lihkan pandangannya dan menatap gadis yang berada di sampingnya. Dia melingkarkan tangannya di pinggang gadi
gera masuk ke lift setelah terbuka. Setelah pintu lift tertutup, Arya segera melepaskan tangannya di pinggang gadis yang sejak tadi bersa
embungkuk hormat seperti yang lain, dia malah
a tidak ada hal yang penti
i ruang priba
ar, perempuan berambut merah itu tidak berani memban
a meluk aku, eh sekarang m