g kerabatnya itu. Wanita itu mengernyitkan keningnya ta
akan meninggal seperti ini. Bapakmu pasti akan m
tau menyahuti perkataan orang itu. Matanya masih menatap waja
a seorang lelaki yang tak jelas asal usulnya." Orang itu semakin menjadi-jadi dalam menjelek-jel
iat untuk menjawab perkataan orang itu. Dia han
nak pembawa sial,
h. Ternyata Imaniar berdiri sambil b
. Apalagi setelah pergi
mendengar ucapan Imaniar. Orang itu mer
rang yang mengatainya s****n." Imaniar berk
ayah Mirna itu melotot tajam. Dia tak terima d
. Malaikat pun belum sempat nyamperin Ayah. Kena
it. Jangan memperkeruh keadaan dan membuat orang lain be
telah ini kalian mau minta warisan kan. Iy
segera membawa Mirna pergi dari sana. Dia tak mau berlama-lama berada d
andangan orang-orang yang tengah menatap ke arahnya. Dia juga tak peduli pa
iar menyodorkan segela
a menerima gelas itu
tadi ya Mir." Imaniar menatap sang adik ipa
k. Udah biasa kan Bude Yani sepe
k iparnya itu bukan tipe orang yang pendendam. Dia buka
nita renta itu berjalan mendeka
sini. Ibu masih kangen sama kamu dan anak
tu kemudian memeluk sang ibu dengan erat. Air m
Bapakmu sudah pergi ninggalin Ibu," uca
an sang ibu. Dirinya hanya bisa
Bapak sudah sehat. Udah nggak ngerasain sakit lagi
h tampak pulang ke rumah masing-masing
ulu Lin," kata Pak Anton
dis itu mencuci kaki dan tangannya
t pintu belakang. Di dapur dia melihat Bude Yani dan beberapa warga y
Enggak tahu sopan santun. Ada orang tua bukannya men
an Bude Yani. Gadis itu menoleh ke belakang dan men
opan santun. Sama aja kayak bapaknya." Bude Ya
rang itu. Dia berbalik dan meneru
*
Tasrip. Para warga tampak berbondong
Anton yang kebetulan berada di depan. Menyambut par
wab Pak Anton. Lelaki itu t
Ustaz," ajak Pak Anwar
asuk ke dalam rumah. Begitu juga dengan Pak Anton. Lelaki i
galkan rumah duka dan pulang ke rumah masing-masing. Pak Anton mengucapkan banya
pak berdiri di ambang pintu dengan ga
a Pak Anton begitu
mong sama Ayah,"
ya. Tak biasanya sang anak in
nnya serius banget
dia menundukkan kepalanya. Berusaha menyembunyika
ba cerita sama Ayah
lutnya pun masih tertutup rapat. Dia m
Enggak apa-apa. Nanti kalau udah mau c
. Gadis itu berpikir, kenapa Bude Yani begitu membenci ayahnya?
k Anwar dan juga Bambang. Mereka memb
nggil Lint
sang anak. Tangannya melambai memberi
" tanya P
ang juga tersenyum
ang Kakung benci sama
pertanyaan itu. Matanya men
tanya Pak Anwar yang juga m
ianya sudah 15 tahun. Tapi dia masih seperti
nya gitu sih?"
as panjang. Dia menatap ketiga
orang dapur pada bicara jelek ten
ar pandang. Sepertinya mereka tahu s
enek lampir," ucap
elai lembut pucuk kepala sang a
in yang mereka maksud bukan Ayah
h. Lintang jelas banget mereka lagi ng
Tak ada gurat amarah atau denda
sama Ibu masih berguna untuk
tanya Lintang
yang membicarakan tentang kita. Itu artinya hidup kita jauh dari orang itu. Hid
alanya. Gadis itu lantas
ke sekolah. Ayah bisa
bisa. Besok Ayah ada semina
ang sama siapa do
ma nggak jalan-jalan sama kamu." Babang menawark
Kemudian dia menganggukk
ah malam. Biar besok nggak kesi
. Kemudian setelah berpamitan pada semuanya
g memeluk sang Ibu set
g. Tangannya masih m
a Sayang?" t
ada yang ngomong nggak benar
merasa heran dengan pertanyaan ya
yanya gi
it hati atau engga
jawab Mirn
nggak benar tentang Ibu. Kan kalau omongan
saja. Tapi kalau orang itu sudah mengganggu kamu, Ibu
ngga pada kedua orang tuanya yang tak pernah mau am
u fitnah kita sampai jungkir balik pun nggak a
Besok kan harus ke s
. Kemudian matanya perlahan ter
Ibu." Mirna berucap sembari meng
i kamar. Dia bermaksud untuk p
emu lagi," sapa seorang
seru Mirn