arah Di
sepadat pagi tadi. Ibu mertua kembali data
yang lain. Tadinya aku berniat bertanya langsung padanya setelah aku menutup
g kau pikirkan data
yanya ketus. Sepertinya Ibu sengaj
anggapinya meski
ulillah, masih b
mi leletnya minta ampun. Mana Akbar harus bangun tengah malam, nganterin dulu kamu belanja, melayani pembeli. Kamu itu ya, be
a kami sudah biasa. Apa salahnya coba dia ikut membantu." Mata
memang nggak pernah sekali aja sadar diri. Ngebantah
k pernah protes
ertian gini!!" kata Ibu memotong uc
r menoyor kepalaku saat bebe
asih ada ngga
ra berlalu dari warung dengan membawa kekesalannya. Aku menggelengkan kepala dan tersenyum getir menyambut p
l luar biasa. Sengaja berjalan cepat sambil membaw
ng muka dan marah-marah dengan tuduhannya tanpa melukai, tapi berhasil membuat psikisku sakit. Aku bukan hewan yang b
ung duduk di kursi ketika Ibu t
mong apa
tinggi Ibu kumat," kataku dingin. Biar saj
a kamu bahagia jika Ibu
sikap ibu selalu jutek dan menyebalkan gini?! Apa sal
ak
s kaca dengan kasar. Hingga
alasannya?!" Aku men
ar tidak seperti dulu. Kalau bukan karena si Akbar nggak nangis-nangi
Wajah Ibu yang semula
pa dia belum sadar kalau
i, tidak ada yang tahu. Jika ibu membenciku karena aku berjodoh dengan suamiku,
tuku. Selain itu, aku juga tidak suka padamu!! Kau tak usah mencoba bersikap baik h
narik nafas panjang. Membuang s
jika sikapku pada Ibu pun juga berubah. Sikapku kepada I
buat darah tinggiku naik. Awas kau!!
ya
ak
n, Bu. Aku juga punya
as mendap
ng di pipi. Menyi
melotot dengan dada naik turun. Aku pun melaku
sebaliknya? Maaf jika aku tidak sopan atau bersikap kurang ajar pada Ibu, namun sebaiknya Ibu sadar diri. Suk
i sebelum akhir
a tidak, bukan hanya aku yang tidak ridho, amun apa Ibu nggak takut jika sam
nita yang memesan belanjaan dariku berdiri di teras dengan wajah terkejut. Wanita itu segera mengambil belanj
berani-beraninya kamu ngelawanku!! Sudah punya apa kamu selama me
ggema, bahkan kaca jendela sedikit bergetar.
enar-benar terjadi. Wanita itu benar-benar
, ke
ena aku
n SMA? Sementara Aku hanya
sekali. Aku tak menyangka jika Ibu mertua pada ak
Mbak Mika, aku mendengarnya langsung dari mulut I
berteriak aku masih enggan berhadapan dengannya. Rasanya a
ya, tapi aku juga
tahu perempuan seperti apa yang sudah dia nikahi. Bersikap kurang
ud perka
ubuka pintu dan menghadang langkah Ibu yang hendak menerobos ke dalam kamar. Ada benda
membuang muka, serta melayangkan omongan-omongan yang tajam. Aku sakit, Bu!! Aku juga manusia biasa. Aku belum pernah diperlakukan seperti ini oleh siapapun. Bahkan ayahku membesarkanku denga
membalikkan fakta. Apa yang kamu katakan
mbenciku dan tidak akan pernah menerimaku, iya kan?!" Amarah sudah sampai d
f. Mungkin dia sedang menelpon Mas Akbar agar pria itu mendengarkannya di ujung telepon. Entahlah. Suaranya yang