Jala
ninggalkanku yang melongo. Kebiasaan Ibu yang tidak punya sopan santun membuatku sedikit kesal
kamar. Ibu tampak menarik lengan Mas Akbar un
nyak sama kamu. Makanya I
hnya ketika bisa bertemu dengan ibu kandungnya kembali. Hal yang tidak per
pasti lapar habis bekerja seharian," ujarku tanpa peduli akan waja
pa beneran kamu lapar, Akbar?" Suamiku
aklum udah
tidak membiasakan makan malam alasannya tentu saja karena selain untuk menjaga berat
lu. Kalau udah, nanti t
ang lapar banget. Lih
t ngeganjel perut, baru kau makan malam juga jam tujuh," tu
amiku bisa menikmatinya. Mas Akbar makan dengan lahapnya. Aku menemani dia duduk sambil bercer
ih. Kecuali sama orang yang benar-benar membutuhkan." Mas Akbar menan
Tapi gimana ya,
a jual aja untuk bayar hutang?" kekehnya
mi disahuti oleh ibu den
mulutnya yang kepedasan pria itu be
g ngambil ini," ujarku sambil menyodorkan air min
enak, makanya Mas selalu tak sabar ingin makan sehabis pul
ocok dengan masakan kamu, bahkan jika dibanding
ucapku tak enak hati. Aku bukannya tidak tahu teman-temannya selalu membawa bekal dari rumah. Sedangkan aku,
ng penting makan sore selalu tersedia di meja. Lagi pula kalau
ang menghasutnya. Dia gampang sekali dipengaruhi oleh orang lain. Belum lagi sekarang, kehadiran Ibu di sini sedikit ba
, kemudian berjalan ke arah ruang tengah dimana Ibu
n meja makan dan membu
wanita itu tidak pernah suka melihatku, apalagi dekat-dekat dengan putra bungsunya. Kami bahkan tidak pernah mengobro
udah berbulan-bulan tinggal dengan dia, tanpa ada yang mengganggu. Bisa nggak sih k
, Bu. S
yang kubuat paksa. Mas Akbar tampak melirik padaku dan menyentuh tanganku. Denga
Lina mau p
etemu sama kamu lagi. Kamu tahu kan, kepergiaannya waktu itu juga karena terpaksa. Linlin terpaksa mencari uang karena ingin kehidupannya berubah. Ibu yakin sekarang wani
temu dengan dia. Lagian wakt
a nggak mau me
mung
ta pergi ke rumahnya. Kebetulan Ibu bawa ban
aku nggak sok-sokan bawa
*
aru saja selesai bicara lebih dari satu jam lamanya. Bahkan sesekali terdengar tawa dari bibir pasangan ibu dan anak tersebut.
ra berdiri. Sementara suamiku itu terdengar masuk ke kamar mandi untuk berwudhu. Sudah kusi
t Mas Akbar masuk dan mulai membuka baju koko dan sarungnya. Kemudian berganti
dadak heran melihatnya. Dia tampak
kamu ganti baju lagi, Mas
n sate taichan. Ibu juga ingin be
." Aku tersenyum manis. Kupercepat melipat mukena dengan gerakan a
erasaan yang sudah mulai curiga.
ornya kan tidak mungkin dipakai buat bertiga. Nah, kamu di rumah aja ya. Kamu k
ap
sedikit pengertian, ya?!" Aku mengangguk dengan lesu. Melepaskan rasa kesal yang bercokol, lalu duduk di pinggir ranjang memperh
gia, lagipula kapan memuliakan mereka jika tidak sekarang. Astaghfirullah .
an Ibu daster merk
is. "Kamu masih ingat a
g tiap kali jalan-jalan selalu itu
n-jalan beliin ibu das
berlalu. Jika saja pesanannya tidak dibeli, maka dia akan mengo
Entahlah, disaat seperti ini aku bahkan enggan untuk mengantarnya ke depan pintu. Biar
ina, sa