a
put Ib
get sih k
udah nunggu sa
luar dari bibir ibu mertua, saa
ku hendak menyalaminya. Namun bukannya berh
ng, kamu pikir Ibu nggak tahu apa! Yang macet itu pagi dan sore hari, saa
ar.
Beliau berjalan lebih dahulu sambil menunjuk ke
un kesulitan membawanya, dikarenakan tubuhku yang mungil ini. Entah apa yang ibu bawa namun be
u malah
Katanya kalian ud
g-barang ibu di belakang mobil bak terbuka
Namun bukannya senang, wanita itu malah melotot
ernah bersikap baik padaku. Dua tahun pernikahan kami selalu diw
tanya ibu seperti tidak percaya. Aku mengang
semacam Avanza, Innova, Xpander, atau setidaknya paling
i untuk usaha, bukan untuk pamer atau sebagainya." Mobil ini memang biasa dipakai untuk belanja sayur-sayuran
Ibu nggak kuat terus-terusan berdiri di cuac
enyalakan mobil dan me
hun. Dulu kami tinggal di desa bersama dengan ibu, namun hanya kuat 3 bul
berkeluh kesah atau putus asa. Kami tetap berjuang bersama agar dapur bisa ngebul. Maklu
aan besar. Kami hidup dari menjual sayuran yang ternyata untungnya berkali-kali lipat. Beruntung setelah kerja nggak jelas, Mas Akbar diterima kerja di per
ng pasti membutuhkannya untuk sehari-hari. Dari usaha itu jug
berumah tangga, Ibu baru k
kan, namun baru beberapa jam tinggal, ibu memutuskan untuk perg
uihhh!!" Aku masih ingat perkataan Ibu wakt
a beristigfar menyaksikan hinaan ibu di d
n tiga kali tujuh itu ditinggali olehku dan s
gitu? Kok berhenti di sini? Buk
kan perkataannya. Memangnya rumahku di kawasan pas
nggak kuat, panas. Ugh, kota
ri mobil sam
ikan mesin dan menurunkan barang-barang Ibu, lalu berjalan b
nggak sebagus rumah orang atau rumahnya Mbak Mika, tapi di s
masuk dan memi
beli rumah yang cukup nyaman untuk kalian tinggali berdua. Rupanya cu
n ibu makin pedas saja seperti boncabe level 500. Sementara Ibu mondar-mandir ke setiap
ah yang sedikit memprihatinkan. Memang tidak bagus dan tidak juga besar. Ha
umah yang biaya perbulannya di atas tujuh ratus ribu. Toh di tempat ini juga usahaku berjalan. Di samping rumah aku membuat warung untuk menjual aneka sayuran. Biasanya aku ber
adannya. Nanti aku akan menyi
eh pahit?" tanya
manis, sep
ikit. Beberapa detik kemudian, wanita itu meny
, pan
s kuambil tisu dan berniat untuk mengelap bajun
u takut lidah ibu terbekar. Namun aku merasa tidak berbuat kesalah
ak becus melayani mertua!! Mantu nggak berguna!!" sentak Ibu sambil menghantamkan gelas itu d
ngomong gitu smn
Dasar kurang aj*r kamu, ya!! Gobl
tahu kebiasaan itu ketika kami masih tinggal satu
bukan. Aku tidak tahu. Yang jelas baru beberapa meni
a panas panas begini masa' disuguhin air panas. Gimana sih? Apa nggak ada kulkas atau apa kek, buat dinginin minuman?!" Ibu melotot de
g macam-macam oleh ibu. Padahal kupikir beliau sudah berubah sa
u yang salah. Sik
beda. Di sana semuanya lengkap bahkan Ibu tidak usah ke repot-repot kepanasan dan berkeringa
a, kemudian mengipasi wajahnya yang memerah, entah ka
i ke dapur sambil membawa ge
ma tinggal di sini jika h
engar di telingaku. Aku yang tengah mengisi gelas i