an A
an. Setelahnya pria itu terdengar membuka pintu
tanyaku pada pria yang dua
padaku pun, sepertinya jijik. Tanpa kata, Mas Andra melewatiku begitu saja dengan wajahnya yang ter
ku harus tahu alasan Mas Andra membenciku. Berusaha m
aku tak mengerti. Aku tak nyaman mendapatkan perlakuan seperti ini terus-menerus. Kedua orang tuaku selalu bersikap lemah lembut saat di rum
sudah berjalan selama leb
n mata tajam, saat aku mengangguk dengan cepat. Ter
ar-benar jijik sama kamu, Aisyah!" sarkas Mas Andra terdengar marah, lalu membanting
kati pintu, dan mendengar Farel yang tengah t
akah hanya karena kulitku yang burik, hingga Mas Andra berlaku kasar tiap hari pad
sehari-hari, sangatlah jauh dari kata layak. Ya, kami mengontrak rumah di kawasan padat penduduk dengan sumber air yang menguning, dan bau besi berkarat. Tapi seharusnya itu bukanlah kesalahanku, karena jika Ma
cak pinggang. Mas Andra saat ini persis seperti seorang preman ya
us! Aku pusing mendengarnya!" titahnya seperti seorang raja. Aku mengangguk dan en
snya berhenti. Setelahnya, terdengar suara motor yang menderu di halaman dan pengendaranya per
jadi seperti ini. Tanpa terasa a
**
ari ini?" Bu Nur langsung bertanya ketik
k ingin membuat wanita itu merasa mem
orang lain. Dan akhir-akhir ini, sasarannya tentu saja adalah aku dan Mas Andra. Mungkin karena sering mendengar suamiku i
malas banget. Udah gajinya kecil, suka marah-marah lagi. Aku sih pasti udah tinggalin dari dulu. Lagian kamu itu can
istrinya Mas Andra lho. Kenapa ibu
ja masih sabar!" Suara Bu Nur naik beberapa tingkat, langsung berlalu masuk ke dalam rumahnya. Setelahnya, terdengar pintu yang ditutup sedikit kencang, mem
gara-gara saja, kuputuskan untuk kembali ke dalam dan pergi ke dapur, menyiapkan
hari minggu. Sayur kangkung yang seikat dengan tempe di sampingnya itu, kuputuskan untuk memasaknya segera, sebelum Farel kembali bang
**
keluh kesah kepada Sang Pemilik Takdir. Kulipat mukena dan sajadah dan mengembalikan ke tempatnya sem
e ruang tamu. Kontrakan yang hanya tiga petak ini
Meski kuakui perutku semakin keroncongan karena tadi siang
ang di luar rumah. Tampak akrab dengan lawan bicar
bulan ini. Entah apa kesalahanku yang begitu besar, hingga membuat pria itu sama sekali tidak mentolerir dan sama sekali tidak menganggapku be
ng?" tanyaku sambil berdiri
ke dalam kamar kemudian menutup pintu dengan kasar. Aku sampai memegangi dadaku saking terkejutnya, dan kembali dudu
pria itu, jika Mas Andra sendiri tidak mencoba
i jika menyusu, hingga beberapa puluh menit lamanya, membuatku makan dengan rakus sambil