ro
dokter kecantikan tersenyum dan mempersilahkanku untuk berbaring di brankar. Saat ini aku sedang berada di sebuah
hidupku tadi. Katanya, dia tidak segan-segan mengeluarkan banyak uang kar
dak berubah meskipun sudah melahirkan, ditambah penampilanku yang sebentar lagi akan Bu Indria rubah
buat seluruh apa yang tidak ada di wajahku terlihat sempurna, melalui la
ah bisa sembuh, dan wajahnya bisa kembali mulus
nik ini adalah langganan kaum sosialita dan sudah
emudian kembali duduk di tempatnya, dan memin
perparah kondisinya, hingga membuatnya infeksi seperti sekarang ini. Kita butuh perawatan ekstra dan biayanya tentu saja ti
bali mulus. Untuk urusan biaya, saya yang akan menanggungnya sendiri,"
ali perawatannya saja bisa mencapai hampir 35 juta hanya untuk wajahnya saja. Dan itu tentu saja membuatku menganga dan tak p
asa saja dan malah menanggapinya de
i pula itu adalah aset dan Aisyah harus memperbaikinya dulu, sebelum dia menghasilka
!" ujar dokter itu sambil berdiri dan mengangsur
banyak dua ratus ribu per minggu, untuk biaya kebutuhan dapur dan Diandra. Seda
Aku mengangguk pasrah menuruti keinginan wanita itu. Sementara Bu Indria m
an perawatan. Bahkan ada seorang wanita yang entah seperti sedang disuntik hidungnya agar lebih mancung atau semacamnya, entahlah. Aku hanya memp
i wajah dan setelahnya terasa kebas. Lalu entah seperti alat seperti apa, yang jelas wajahku tetap saja sakit. Seperti dicongkel dan itu membuatku
antik itu perlu pengorbanan. Oke?" ujar Bu
**
kali menyusul, setelahnya kembali diraih oleh pengasuh yang sengaja d
an wajahmu saja, agar kulitmu tidak semakin infeksi. Tadi itu dokter mengeluarkan nanah-nanah dan kulit mati dari wajahmu. Jadi kamu harus hati-hati jika ingin kulitmu cepat sehat." Aku mengangguk mendengarkan ucapan
ali masak lagi. Entah jika Mas Andra besok tidak memberikan uang mingguan, aku akan makan apa selama seminggu ke depan. Tiba-tiba saja dadaku kembali sesak mengingat bagaimana pria
Cantik itu luka, dan sebelum cantik, aku harus merasakan luka-luka di wajahku d
**
lum boleh terkena paparan sinar matahari secara langsung, dan aku harus berdiam dulu di dalam rumah. Tapi tak apa, ini adalah proses u
eat Mas Andra terparkir di depan kontrakan yang berjajar ini. Padahal ini masih siang. Apakah suamiku itu
duduk sambil menonton TV. Dan seperti biasanya, bukannya menja
gkan Farel di sana. Saat aku keluar kamar untuk mengambil wudhu, mata k
tu mukamu," gumamnya namun masih b
n menjadi aset penting untuk menarik rupiah yang sangat ba
gi sikapnya kepadaku. Yang jelas ini adalah awal