ku. Mengingat bagaimana sikap Mas Andra kepadaku, tak ayal membuatku sakit hati sekaligus sedih. Apal
nya karena kulitku yang burik ini, hingga dia tega memperlakukan
ayur kangkung dan tempe itu, dan menyimpannya begitu saja di dapur. Mencuci tangan, da
ap dingin selama lima bulan ini, pria itu sama sekali tidak pernah ber
mengingat usianya yang hampir menginjak dua puluh tujuh tahun. Mas Andra pernah bilang jika dia ingin menjadi seorang ayah di usianya yang
sekali cuma datang sebentar menunggu di rumah bid
untuk menghubungi orang tua dan meminta bantuan, sangat tidak memungkinkan, karena kedua orang tu
yar televisi masih menyala dan masih mempertontonkan sinetron yang sama t
**
n televisi terasa berisik masuk ke telingaku, ditam
am dinding hampir menunjukkan pukul 11.30 malam.
rganggu dalam tidurnya. Aku memutuskan untuk melanjutkan tidur di sini setelah melaksanakan kewajibanku n
engarkan musik dari ponselnya, dia tidak akan peduli meskipun aku menggedornya untuk mengambil perlengkapan Farel ataupun unt
utraku karena kedinginan. Untuk masalah mengganti kain jika dia basah, aku biasa mengambilnya yang masih tergantung di jemuran bagian belakang. Kebiasaanku ya
yang tengah mengobrol dengan mesra. Kupikir itu suara televisi,namun ketika di layar hanya tengah menceritakan tentang dialog seputar pemerintahan, fo
normalkan detak jantungku dan berusaha untuk berpikiran jernih. Namun laki-laki suara itu membuat ketik fok
tiga langkah dari tempatku ini saat suara i
g. Apa sih yang n
.
lang kerja ya aku past
.
Sekarang kamu bobo yang nyenya
.
gara-gara kangen sama kamu. Tau nggak, u
tku rapat-rapat, agar suara teriakanku tidak terdengar
kenapa Mas Andra berbicara sangat menjijikan seperti itu,
amiku itu. Yang aku yakini, dia membenci dan marah padaku bukan hanya sekedar kare
alam kamar mandi. Tangisku sumpah seiring dengan air keran yang sengaja aku nyalakan dengan cukup besar, agar menyamark
i ke ruangan di mana segala sesuatu kulakukan di sana, entah i
aku mengerjakan shalat dengan baju yang aku karena
alat yang kubutuhkan itu berada. Namun jika tidak mengambilnya, a
melihat reaksi yang ditunjukkan oleh suamiku. Ba
tok
enti dan berganti dengan hening. Setelahnya, kudengar kunci diputar dan Mas Andra berdiri dengan rambutnya yang acak-acakan. Namun fok
atap ke arahku. Berbeda sekali dengan apa yang d
gambil nafas panjang demi member
langsung bertanya kepada Mas Andra, tapi bukan tidak mungkin dia akan balik membentak dan marah-marah
mbangunkanku yang sudah terlelap, tahu nggak. Padahal kau tah