dalam kamarnya. Tapi ia tidak mengkuatirkan apapun. Ada beberapa orang penjaga yang sudah bersiaga di
g mulus dan bersih. Ditambah lagi tubuhnya seperti gitar. Gejolak hasratnya naik seketika. Ia terlihat begitu bersemangat mel
Ia mendekat dan Helen malah memundurkan tubuhnya. Alarm bahaya dalam dirinya b
ria itu tidak mengindahkan ucapan Helen. Kini malah ia menarik tubuh ringkih Helen dan memba
rpasung di dalam tali. Hanya tangisan ketakutan yang tersisa dari diri Helen. Ia tidak mau menyerah
ak. Pria itu meringis kesakitan dan di saat itulah Helen berusaha sekuat tenaga untuk pergi dari pria itu. Ia berlari ke
ah kembali. Tangan besarnya menarik tubu
juga ya? Anak nakal ha
pipinya. Bukan hanya sekali tapi berkali-kali.
aku... amp
capan Helen tapi ia merasa puas melih
en sudah kembali membanjir. Ia sungguh takut. Tubuhnya bergetar. Ia menggeleng agar pria itu tidak kasar padanya. Tapi jelas tidak mungkin pria itu mau mendengar
rah. Ia tidak mau keperawanannya hilang di tempat seperti ini. Ini bukan
aikat untuk menolongnya. Helen menggeleng dan meminta pria itu tidak berbuat kas
alannya. Ia menangis dengan kencang
au dengan bahasanya yang aneh di saat telinga Helen menangkap suara tembakan dan barang jatuh dari depan pintu
aian serba hitam tengah mengintip di sana. Tapi hanya sebatas itu. Ia tidak bisa melihat lebih banyak lagi karena sang pri
idak sadar jika pria tambun itu kini sudah berjongkok ing
D
tepat mengenai punggung kiri hingga
. Jatuh tertelungkup dan nafasnya sesak. Tak lama kemudian ia menghela nafas t
ak histeris dan ketakutan. Tubuhnya bergetar
senjata itu malah masuk ke dalam kamarnya. Helen makin tidak tahu apa yang
eluargaku. Kumohon. Apa jadinya keluargaku saat melihatku menjadi mayat yang bahka
apannya. Tampaklah mata kecoklatan dari pemilik rahang tegas dan wajah sempurna di ba
. Ia menguatkan dirinya. Mengumpulkan sejumlah tenaga yang tersisa. Helen harus segera pergi. Pria tambun itu s
g tubuh pria kekar itu dengan kepalanya h
gejutkannya dan membuatnya memekik ketakutan sambil merunduk, menutupi telinganya. Tubuh
ainnya. Denyut jantung Helen makin tidak karuan sebelum akhirnya pria itu menariknya berd
ak lagi berwarna. Seluruhnya perlahan berubah menjadi putih. Rasa ketakutannya makin merajalela. Tangannya yang terasa bebas mencoba menarik dan menggenggam er
hanya itu kata-kata terakhir Helen sebelu
rpejam. Hanya m