Apa artinya cinta jika tidak bisa memiliki? Cinta itu terkadang bukan tentang memiliki, tapi cinta itu tentang menikmati hari-hari bersamanya. Tak pernah Kapten Anatoly sangka jika cinta pertamanya bukanlah wanita biasa. Helen, turis wanita Jerman itu, disembunyikannya dalam rumahnya karena Rusia sedang mendeklarasikan perang. Anatoly pun perlahan membuka hatinya yang beku pada Helen. Di saat bibit cinta itu mulai bersemi, Anatoly barulah mengetahui jika Helen adalah putri dari musuh Rusia. Anatoly kini terjebak dalam dua situasi yang rumit. Ia diperhadapkan dengan dua pilihan. Ia harus memilih membela negaranya atau menyelamatkan cintanya. Manakah yang akan ia pilih?
"Apa yang sedang Anda lakukan, Nona Galina?" tanya Anatoly dengan suara berat dan datarnya. Tanpa ekspresi dan terkesan merasa risih.
Jemari lentik itu tetap saja bergerak menggoda jemari kokoh di hadapannya. Wanita itu hanya berharap sang pria tampan dengan wajah sedingin gunung es itu akan tergoda dengan ulahnya. Ia berusaha mencondongkan tubuhnya agar tonjolan-tonjolan indah itu terpampang menggoda. Siapa yang tidak ingin berdekatan dengan tentara tampan seperti Kapten Anatoly Bezrukov?
Sebuah kesempatan emas ketika pria yang hampir tak pernah bersentuhan dengan wanita itu mau menemui wanita sepertinya dalam acara kencan buta. Bukan kencan sesungguhnya yang diinginkan Anatoly sebenarnya, tapi karena ini lebih seperti paksaan.
Namun apa yang terjadi? Pria yang tidak pernah berminat untuk menyentuh wanita itu jelas tidak tergoda sama sekali. Betapapun indah bentuk tubuh atau parasnya yang rupawan. Anatolky seperti mati rasa.
Apakah ia tidak berorientasi menyimpang? Seperti itulah kata banyak orang mengomentari prinsipnya yang aneh. Hidupnya hanya untuk negara dan tidak punya waktu dengan wanita. Aneh? Begitulah Anatoly di mata rekan-rekannya, tapi di balik semuanya itu. Dalam dunia tentara, Anatoly adalah tentara paling gemilang. Karirnya cemerlang dan ia termasuk jajaran tentara terpandang. Lencana penghargaannya bertaburan dan rasa cinta tanah airnya tak akan bisa diragukan.
Tapi ketika berhadapan dengan wanita, ia tidak bergeming.
Kembali pada Anatoly yang sekarang sedang kencan buta didampingi dengan pasangan suami istri sekaligus sahabat baiknya, Letnan Yury. Letnan Yury dan istrinya berniat mencarikan Anatoly pasangan apalagi pria itu sudah terlalu lama melajang. Merekalah oknum di balik kencan buta ini.
Wanita berambut pirang itu menatap Anatoly dengan mata genitnya saat tangannya akhirnya berhasil mendarat di atas telapak tangan berotot milik sang tentara tampan. Merasa tangannya disentuh, Anatoly melirik sekilas pada wanita berambut pirang itu dengan wajahnya yang datar.
Wanita itu tidak mundur. Ia malah sengaja menarik kursinya mendekat ke arah Anatoly. Sejak tadi ia menanti mendapatkan perhatian dari sang pria tampan di sisinya itu. Ini kesempatan emas baginya. Mungkin pria akan terkesan saat bersentuhan kulit dengan seorang wanita, apalagi seperti Galina yang memang cantik.
"Sedari tadi aku lihat kau hanya memperhatikan Yury dan Feodora mengobrol. Padahal ada aku di sisimu dan sedang menanti perhatianmu. Bisakah kau menoleh ke arahku sejenak saja? Aku juga ingin diajak mengobrol," ucap Galina dengan manja.
Anatoly mendengus. Entah mengapa kata-kata manja Galina membuat ia tidak bisa tahan dalam situasi ini. Tidak seperti di medan perang yang ia bisa langsung menyerang bahkan menembak ke semua musuhnya, di situasi kencan buta seperti ini ia harus menekan emosinya habis-habisan khususnya pada kaum wanita yang menyebalkan seperti ini. Dan ia benci itu!
Cukup sudah Anatoly menggunakan topengnya. Ia ingin berhenti berpura-pura sekarang. Bukannya menjawab sang wanita, Anatoly malah berdiri. Lihatlah, semua pasang mata sekarang tertuju pada pria kekar itu!
"Hei, Bro mengapa kau berdiri? Ayo duduklah. Kita belum selesaikan makan siang kita," ujar Yury setengah berbisik, menarik lengan Anatoly untuk duduk. Ia tidak enak hati menjadi tontonan puluhan pasang mata di ruangan itu hanya karena Anatoly berdiri mendadak dan bahkan setengah menghentak meja makan di hadapannya.
Bukannya menurut, Anatoly malah menghujami Yury dengan tatapan menusuknya.
"Maafkan aku. Aku tidak bisa melanjutkan acara ini. Permisi!" Tanpa basa-basi, Anatoly pergi dari ruangan itu. Membuat sang tuan rumah jadi tidak enak hati pada Galina dan pada istrinya. Acara yang seharusnya berakhir romantic ini mendadak jadi kacau karena penolakan Anatoly.
"Anatoly!"
Yury berteriak memanggil namun sahabatnya itu enggan berbalik.
Setelah keluar dari dalam restoran, Anatoly melonggarkan dasi yang bertengger di lehernya. Ia masih merasakan tidak nyaman bersama dengan wanita penggoda seperti Galina. Entah mengapa, ia sungguh tidak suka berdekatan dengan seorang wanita. Anatoly mendengus sebal. Ia lebih baik pergi secepatnya dibandingkan terjebak dalam situasi horror seperti di dalam. Lebih baik ia memilih uji nyali di wahana rumah hantu dibanding terjebak di sebuah restoran dengan seorang wanita yang seperti nenek sihir. Anatoly benci!
Di tengah perjalanan menuju ke markasnya, ponsel Anatoly berdering. Membuyarkan kemarahannya seketika, apalagi saat di layarnya tertera nama "Komandan". Ia menegakkan tubuhnya dan bergegas mengangkat panggilannya.
"Siap, laksanakan! Saya akan segera tiba di lokasi."
Anatoly meminta berhenti di halte terdekat dan ia turun dari bus. Berlari sekuat tenaga menuju markas militer yang tak jauh dari halte. Rupanya tugas penting menantinya. Semoga tugas pentingnya tidak berhubungan dengan wanita. Ia benci berdekatan dengan wanita!
***
"Aku benci ini!" maki Anatoly lirih.
Ia baru saja ditugaskan untuk memimpin pasukannya dalam membekuk sindikat perdagangan wanita yang dijalankan sebuah kartel raksasa Rusia. Mereka sudah beroperasi lebih dari tiga tahun. Kartel Rusia itu beroperasi dengan membujuk serta menyekap para turis wanita yang berkunjung ke Rusia. Awalnya bertingkah seperti warga negara yang ramah dan menawarkan tur gratis keliling kota Moskow dengan harga murah. Tapi saat sang turis terlena dengan semua tawaran, mereka diculik, diberikan obat perangsangg lalu dijadikan pekerja pemuas nafsu pria yang berani membayar mahal.
Selama ini mereka sangat lihat berkelit dan bersembunyi. Bahkan belum pernah tertangkap karena mereka memiliki intel di kepolisian yang selalu membeberkan rencana penggerebekan sebelumnya. Tapi setelah intel mereka tertangkap basah beberapa waktu lalu, mereka tidak memiliki informan lain. Ini kesempatan yang terbaik untuk membuyarkan aksi mereka tersebut. Dan Anatoly serta pasukannya yang terpilih.
Sejujurnya ia tidak pernah suka berurusan dengan misi apapun yang berkaitan dengan wanita, tapi mau bagaimana lagi? Ia tidak bisa menolak misi khusus yang diberikan oleh pimpinan. Apalagi ini menyangkut kehormatan bangsanya di mata dunia. Ia akan menyelesaikan misinya dengan cepat sehingga tidak perlu berkaitan dengan wanita yang nantinya akan ia selamatkan.
Setelah penjelasan misi yang panjang dari pimpinan, Anatoly memimpin penjelasan teknis penggerebekan pada anak buahnya. Tak butuh waktu lama, kini mereka telah berangkat menuju ke lokasi. Setelah menyiagakan senjata mereka, Anatoly memberikan pengarahan komandonya.
"Dalam hitungan kelima, kita akan mulai operasi penangkapan ini. Amankan semua korban dan tangkap semua orang yang terlibat," komandonya.
Kepala-kepala anak buahnya serentak mengangguk. Mereka pun bersiap di posisi sambil menyiagakan senjata laras panjang mereka dan bertiarap. Yang tersisa hanyalah wajah-wajah tegang yang sedang bersiaga.
Sang Kapten bersembunyi dalam posisinya sambil memantau kondisi anak buahnya yang sudah menyamar menjadi pengguna jasa perdagangan tersebut dari balik layar komputer yang terhubung dengan kamera pengintai super mini yang dibawa anak buahnya.
"Dennis, kau sudah siap?" tanya Anatoly melalui earphone-nya yang terhubung dengan anak buah termudanya yang sudah melangkah masuk ke lokasi.
"Aku sudah masuk ke dalam lokasi. Kalian bisa melihat ini?" lapor Dennis sambil mengarahkan kamera pengintai berukuran mini yang dibawanya masuk ke dalam lokasi. Ia disusupkan dan bertingkah seperti pria-pria teler lainnya. Sebelum menjadi tentara, Dennis memang adalah aktor panggung yang terkenal. Aktingnya sekarang memang tak perlu diragukan. Dennis bahkan bisa mengelabui penjaga di depan dengan mudah.
Pria muda itu sudah berbaur dengan para pengguna yang lain. Ia menyelinap dari ruangan ke ruangan dan menunjukkan semua hal yang terjadi di sana. Semua yang ia lihat disiarkan langsung di dalam truk komando, tempat Anatoly berada.
Dari pengamatan Anatoly, sang Kapten, mereka bisa melihat ruangan-ruangan itu begitu mencekam. Suara teriakan dan erangan terdengar di setiap sudut. Ada berbagai kamar di sana dan setiap kamar berisi wanita-wanita sakau yang hanya bisa menerima perlakuan kasar pria-pria hidung belang yang sama telernya dengan mereka.
Tiba-tiba terdengar suara derap langkah kaki dan tawa keras beberapa orang petugas yang memanggul tubuh seorang wanita yang lunglai karena pengaruh obat bius. Rupanya mereka mendapatkan mangsa baru. Entah turis wanita dari mana lagi kali ini.
"Kalian lihat kan? Mereka membawa mangsa-mangsa baru di sini. Dan kali ini mata mereka cukup jeli memilih target. Dia wanita yang paling cantik yang ada di sini. Dia diperlakukan sangat istimewa layaknya primadona. Bahkan aku melihat wanita itu baru saja digiring keluar dari ruangan lelang. Sepertinya dia dibeli dengan harga yang mahal. Aku.."
"Dennis! Fokus pada misimu." Ucapan Dennis yang selalu panjang lebar itu dihentikan mendadak oleh Anatoly. Ia tidak ingin membuang waktu.
"Maafkan saya, Kapten! Kurasa ini waktunya kita bertindak sebelum ada korban lebih banyak lagi!" ucap Dennis lirih dan Anatoly setuju.
Dennis membuntuti petugas-petugas itu menuju ke ruangan paling ujung. Tak berapa lama seorang pria dalam balutan jasnya terlihat semringah ikut masuk ke dalam ruangan itu. Wajahnya terlihat mesum dan berharap mendapat kepuasan di dalam sana. Dennis penasaran dan membuntuti rombongan itu sebelum akhirnya langkahnya dicegat oleh pria-pria berbadan kekar.
Dennis berakting dan ia memilih untuk memutar balik arah jalannya lalu bertingkah seolah pria yang tak sadarkan diri.
"Kapten, kurasa ini waktu yang tepat untuk melakukan penyerangan. Perhatian mereka semua sepertinya tertuju ke ruangan VVIP ini. Tempat korban mereka yang baru akan 'diperiksa' untuk pertama kalinya," usul Dennis dengan suara lirih yang dibuat-buat untuk menyempurnakan acting sakaunya.
Sang Kapten mengangguk. Inilah saatnya melakukan penyerangan, saat semua pengguna itu ada di dalam ruangan dan penjagaan mulai berkurang.
Sang Kapten memberikan aba-aba pada pasukannya. Dennis secepat kilat keluar dari tempat itu agar tidak terkena tembakan.
"Sekarang!!!"
Kerap kali dihina dan ditekan dalam keluarga, membuat Karmila bangkit dengan caranya sendiri. Saat ini dia bukan lagi wanita lemah yang hanya bisa menuntut belas kasih dan nafkah dari sang suami. Pun penghinaan ibu mertua serta keluarga iparnya menjadikan pelecut dirinya agar bisa maju dan hidup lebih baik. Suami baik, mertua baik, biar aku saja yang jahat. Akan kubuktikan pada kalian, bahwa aku bisa menjadi wanita sukses dengan jalan yang tak disangka-sangka. Bagaimana perjuangan Karmila yang merajut harapan dan cita demi anak-anaknya dengan memanfaatkan barang-barang bekas, menyulapnya jadi kreasi yang indah dan bernilai jual tinggi. Akankah dia berhasil mencapai semua mimpinya?
Haris dan Lidya sedang berada di ranjang tempat mereka akan menghabiskan sisa malam ini. Tubuh mereka sudah telanjang, tak berbalut apapun. Lidya berbaring pasrah dengan kedua kaki terbuka lebar. Kepala Haris berada disana, sedang dengan rakusnya menciumi dan menjilati selangkangan Lidya, yang bibir vaginanya kini sudah sangat becek. Lidah Haris terus menyapu bibir itu, dan sesekali menyentil biji kecil yang membuat Lidya menggelinjang tak karuan. “Sayaaang, aku keluar laghiiii…” Tubuh Lidya mengejang hebat, orgasme kedua yang dia dapatkan dari mulut Haris malam ini. Tubuhnya langsung melemas, tapi bibirnya tersenyum, tanda senang dan puas dengan apa yang dilakukan Haris. Harispun tersenyum, berhasil memuaskan teman tapi mesumnya itu. “Lanjut yank?”
Pada hari Livia mengetahui bahwa dia hamil, dia memergoki tunangannya berselingkuh. Tunangannya yang tanpa belas kasihan dan simpanannya itu hampir membunuhnya. Livia melarikan diri demi nyawanya. Ketika dia kembali ke kampung halamannya lima tahun kemudian, dia kebetulan menyelamatkan nyawa seorang anak laki-laki. Ayah anak laki-laki itu ternyata adalah orang terkaya di dunia. Semuanya berubah untuk Livia sejak saat itu. Pria itu tidak membiarkannya mengalami ketidaknyamanan. Ketika mantan tunangannya menindasnya, pria tersebut menghancurkan keluarga bajingan itu dan juga menyewa seluruh pulau hanya untuk memberi Livia istirahat dari semua drama. Sang pria juga memberi pelajaran pada ayah Livia yang penuh kebencian. Pria itu menghancurkan semua musuhnya bahkan sebelum dia bertanya. Ketika saudari Livia yang keji melemparkan dirinya ke arahnya, pria itu menunjukkan buku nikah dan berkata, "Aku sudah menikah dengan bahagia dan istriku jauh lebih cantik daripada kamu!" Livia kaget. "Kapan kita pernah menikah? Setahuku, aku masih lajang." Dengan senyum jahat, dia berkata, "Sayang, kita sudah menikah selama lima tahun. Bukankah sudah waktunya kita punya anak lagi bersama?" Livia menganga. Apa sih yang pria ini bicarakan?
Sinta butuh tiga tahun penuh untuk menyadari bahwa suaminya, Trisna, tidak punya hati. Dia adalah pria terdingin dan paling acuh tak acuh yang pernah dia temui. Pria itu tidak pernah tersenyum padanya, apalagi memperlakukannya seperti istrinya. Lebih buruk lagi, kembalinya wanita yang menjadi cinta pertamanya tidak membawa apa-apa bagi Sinta selain surat cerai. Hati Sinta hancur. Berharap bahwa masih ada kesempatan bagi mereka untuk memperbaiki pernikahan mereka, dia bertanya, "Pertanyaan cepat, Trisna. Apakah kamu masih akan menceraikanku jika aku memberitahumu bahwa aku hamil?" "Tentu saja!" jawabnya. Menyadari bahwa dia tidak bermaksud jahat padanya, Sinta memutuskan untuk melepaskannya. Dia menandatangani perjanjian perceraian sambil berbaring di tempat tidur sakitnya dengan hati yang hancur. Anehnya, itu bukan akhir bagi pasangan itu. Seolah-olah ada penghalang jatuh dari mata Trisna setelah dia menandatangani perjanjian perceraian. Pria yang dulu begitu tidak berperasaan itu merendahkan diri di samping tempat tidurnya dan memohon, "Sinta, aku membuat kesalahan besar. Tolong jangan ceraikan aku. Aku berjanji untuk berubah." Sinta tersenyum lemah, tidak tahu harus berbuat apa ....
Ketika Nadia mengumpulkan keberanian untuk memberi tahu Raul tentang kehamilannya, dia tiba-tiba mendapati pria itu dengan gagah membantu wanita lain dari mobilnya. Hatinya tenggelam ketika tiga tahun upaya untuk mengamankan cintanya hancur di depan matanya, memaksanya untuk meninggalkannya. Tiga tahun kemudian, kehidupan telah membawa Nadia ke jalan baru dengan orang lain, sementara Raul dibiarkan bergulat dengan penyesalan. Memanfaatkan momen kerentanan, dia memohon, "Nadia, mari kita menikah." Sambil menggelengkan kepalanya dengan senyum tipis, Nadia dengan lembut menjawab, "Maaf, aku sudah bertunangan."
Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Aku, Rina, seorang wanita 30 Tahun yang berjuang menghadapi kesepian dalam pernikahan jarak jauh. Suamiku bekerja di kapal pesiar, meninggalkanku untuk sementara tinggal bersama kakakku dan keponakanku, Aldi, yang telah tumbuh menjadi remaja 17 tahun. Kehadiranku di rumah kakakku awalnya membawa harapan untuk menemukan ketenangan, namun perlahan berubah menjadi mimpi buruk yang menghantui setiap langkahku. Aldi, keponakanku yang dulu polos, kini memiliki perasaan yang lebih dari sekadar hubungan keluarga. Perasaan itu berkembang menjadi pelampiasan hasrat yang memaksaku dalam situasi yang tak pernah kubayangkan. Di antara rasa bersalah dan penyesalan, aku terjebak dalam perang batin yang terus mencengkeramku. Bayang-bayang kenikmatan dan dosa menghantui setiap malam, membuatku bertanya-tanya bagaimana aku bisa melanjutkan hidup dengan beban ini. Kakakku, yang tidak menyadari apa yang terjadi di balik pintu tertutup, tetap percaya bahwa segala sesuatu berjalan baik di rumahnya. Kepercayaannya yang besar terhadap Aldi dan cintanya padaku membuatnya buta terhadap konflik dan ketegangan yang sebenarnya terjadi. Setiap kali dia pergi, meninggalkan aku dan Aldi sendirian, ketakutan dan kebingungan semakin menguasai diriku. Di tengah ketegangan ini, aku mencoba berbicara dengan Aldi, berharap bisa menghentikan siklus yang mengerikan ini. Namun, perasaan bingung dan nafsu yang tak terkendali membuat Aldi semakin sulit dikendalikan. Setiap malam adalah perjuangan untuk tetap kuat dan mempertahankan batasan yang semakin tipis. Kisah ini adalah tentang perjuanganku mencari ketenangan di tengah badai emosi dan cinta terlarang. Dalam setiap langkahku, aku berusaha menemukan jalan keluar dari jerat yang mencengkeram hatiku. Akankah aku berhasil menghentikan pelampiasan keponakanku dan kembali menemukan kedamaian dalam hidupku? Atau akankah aku terus terjebak dalam bayang-bayang kesepian dan penyesalan yang tak kunjung usai?