dan menghubungi kakak tingkatnya itu, tapi ia tidak pernah mendatangi restoran i
i mereka beda jurusan, beda jam kuliah juga, dan setelah setahun mereka pun berada di belahan dunia yang
ya begitu, tanpa bertemu, karena Riri lebih suka mengurung diri di kamar. Selain ja
arang menggunakannya selain untuk branding sebagai penul
arah ke arah pintu dapur yang tertutup rapat, ketika seorang pelayan mendatanginya
sopan. Wajahnya tidak terlalu tampan,
na dia tidak punya keinginan untuk menikah, juga karena seorang pelayan belum memiliki masa depan. Riri ma
ga. Seandainya dirinya telah nyaman dan akhirnya berani untuk menjatuhkan pilihan. Dia ti
. "Saya pesannya nan
ngguk, masih dengan senyum ra
nya itu? Ceh, jangan berharap lebih! Riri tidak mudah terpen
Nayla-nya ada
rut, pria itu men
dengan sopan, tak lupa senyum manis y
belum waktunya jam makan siang, jadi ia bisa memakluminya. Restoran ini mem
an yang menghias setiap meja, membuat kesan indah, rapi, dan fresh secara bersamaan. Nayla sengaja menggunakan desain sep
ja. Dia melirik bagian pelayan. Ada beberapa pelayan yang kini sal
hat jam dinding, kemudian kem
kin, nih,
elayan wanita yang kini menatapnya dengan berani. Dari tatapannya, ada seke
nya bertanya, tapi ia tak
li nama banyak orang yang berlalu di sekitarnya. Bahkan di saat yang sangat dibutuhkan seperti sekarang, dia tidak
ihat manis, layaknya seorang perempuan lemah dan pemalu pa
ah punya musuh. Dia selalu berusaha menghindari masalah,
a alih-alih menatapnya jijik dan penuh keheranan. Walaupun pada kenyataannya
hu tak acuh. "Kalau emang gue pernah bikin salah sama dia, g
terbuka. Damian keluar dengan pakaian casual yang membuat Riri
buat semua orang di dalam restora
ana, lalu kepalanya menggeleng lemah. Damian melangkah mendek
an, nada suaranya terdengar tida
rangkat, menutupi sisi mulutnya kemudian berb
lah kayak gitu, kenapa malah duduk nggak jelas di sini? Kenapa nggak nyuruh
etap saja rasanya menyebalkan. Jemari tangannya menunjuk ke ara
lin nggak berguna di sini. Mereka nggak tahu apa, gue itu Aryiella Garcia, calon n
amian mendengkus kasar, samb
oleh ke arah jejeran pelayan yang kini melirik mereka takut-takut, tapi satu ekspresi ane
, Nayla lagi sibuk nugas, ja
ekali lagi. "Terus, lo kenapa nggak b
amian, sudah berdiri, tap
a!" teriak wanita itu yang langsung melesat menuju pintu dapur,
n Riri lebih dulu. Kenyataannya, d
*
Nayla merasa sesak napas, padahal wanita itu sedang menja
memang tahu jika ada manusia sejenis Riri pun langsung
kan pelukannya dan Nayla
n pelototan tajam. "Tahan dulu omong
ng muka. Nando yang melihat kelakuan Riri hanya bisa nyengir k
a sambil ngawasin dapur. Oh, ya, sekalian aja ambil album fotonya sekaran
etengah tahun dengan ekspresi datar yang menurut Riri sangat menggema
e-nya hati-hati! Inget, kalau sampai kenapa-
ang kini sedang memasang ekspresi ceria. "Kenapa k
sengaja." Riri nyengir kud
endiri. Gue lagi sibuk, Ri, sibuk banget. Damian
masih s
nti, sa
a gue aja entar, ya? Gini-gini juga, gue
ikut bicara, "Kalau mau punya
Om!" Riri meleletkan lidahnya pada
mungkin Riri bisa punya anak kala
erlu ngurus rumah tangga, nggak ada yang bakal ngelarang macam-macam dan bisa ngelakuin apa aja
he
pai lengan, dasi bergaris-garis merah hitam, dan celana bahan berwarna hitam. Di sebelahnya ada bo
itu hingga berhadapan dengannya yang sudah duduk bertumpu di atas
dan dengan polosnya di
nahan tawa. Nando sudah
udah dilupain gitu aja!" ra
ong, Tante, nanti Evan nangis, lho!" bujuk Evan semb
tatap penasaran. Wanita di hadapan Evan membuatnya teringat
ngan kiri, celana jin hitam panjang, dan rambut lurus
api kenapa gue ngerasa kaya
Pertanyaan itu membua
rapat ben
h, sana
kasih makan atau minum dulu. Padahal dia yang menj
enoleh ke belakang dan melihat wanita ya
Tapi di mana ... kenapa dia juga kay