/0/7632/coverbig.jpg?v=ce45d869568359bb87d6d808cb9c3e9e)
Allea Maxwell, gadis penurut, patuh dan baik hati itu tiba-tiba melakukan perubahan signifikan setelah hari di mana ibu kandungnya ditemukan tewas bersimbah darah dalam kamarnya. Kemarahan, dendam serta rasa sakit hati yang dirasakan akibat penyebab kematian ibunya yang misterius, Allea lampiaskan dengan sikap kasar, dan sering berkunjung ke sebuah club malam bersama sahabatnya. Tak hanya itu, kehadiran orang ketiga setelah kematian ibunya, secara otomatis membuat seorang Allea bertambah murka. Diam-diam gadis itu terus berusaha mencari tahu penyebab sang mama meninggal. Apa benar dia bunuh diri seperti yang diucapkan oleh ayahnya? Atau mungkin perempuan itu menjadi korban pembunuhan berencana? Semua pikiran itu terus menerus mengusik Allea, gadis yang usianya baru menginjak dua puluh tahun. Ia sengaja mengkonfrontasi sang ayah dengan sikap urakan dan selalu menentang setiap keputusan sang ayah terhadap dirinya. Hingga suatu pagi, sang ayah yang sudah tidak bisa menghadapi sikap frontal anaknya pun memutuskan untuk menjodohkan Allea dengan seorang pria bernama Morgen William. Seorang pria bertempramen tinggi serta orang yang sejak awal Allea masukkan ke dalam daftar hitam pria yang paling tidak ingin Allea kenal. Namun apa yang terjadi, ayahnya memaksa menjodohkan dan menikahkan Allea dengan pria yang dianggap paling brengsek sejagad raya oleh Allea? Oh shit, memikirkannya saja bisa membuat kepala Allea hampir meledak. Apalagi jika dia harus berhadapan dengan makhluk astral itu setiap hari? Tidak, tidak. Ini tidak boleh terjadi. Apapun konsekuensinya, Allea harus membuat pria itu menolak untuk menikah dengannya. Berhasilkah Allea melakukan misi pembatalan perjodohan yang dilakukan oleh Adam Maxwell ayahnya terhadap dirinya? Nantikan kisah menarik Allea dan Morgen William terus ya, dear!
Terdengar keras dentuman musik di dalam diskotik dengan ciri khas suara bass yang menggelegar. Tampak seorang gadis cantik sedang duduk di meja yang berada di depan bartender.
Meneguk satu sloki minuman yang baru saja dia pesan. Sesekali kepalanya terlihat mengangguk-angguk seiring berjalannya irama musik kreasi sang DJ yang terdengar membahana, menghiasi ruangan. Semakin kencang musik berdentum, semakin bersemangat pula para pengunjung. Sama sekali tidak keberatan dengan suara musik yang terdengar memekakkan telinga bagi orang biasa di luaran sana. Namun, bukan untuk mereka penyuka keramaian tentunya.
"Ayo pulang!" ucap seorang gadis lain yang sedang duduk di sebelahnya.
"Sebentar!" balas gadis yang sedang menikmati alunan musik tersebut.
Gadis berwajah manis yang sedari tadi tak berhenti minum itu adalah Allea Maxwel. Usianya hampir menginjak dua puluh tahun dan ia akan merayakan hari ulang tahunnya sekitar dua bulan lagi. Wajahnya sangat cantik, bertubuh mungil, hidung mancung, bibir tipis merah muda, surai panjang lurus berwarna coklat terang, dengan netra bermanik biru, sangat kontras dengan warna kulit putih susunya. Semua yang ada di tubuhnya terlihat begitu pas. Dan semakin menambah daya tarik Allea terhadap kaum pria.
"Ayolah! Terlalu banyak minum bisa membuatmu bodoh!" ujar gadis yang ada di samping Allea.
"Hmpt! Bodoh ya?" dengus Allea seraya mengela napas pendek.
Tiba-tiba saja Allea berteriak sambil melempar gelasnya. Gelas kaca yang beberapa menit lalu masih terisi penuh oleh tequila, dan dia sesap habis dalam sekali tegukan, sebelum membantingnya.
Praaang!! Pyaaar!!!
"Aaargh, sialan!!!" Berbagai umpatan langsung ke luar dari mulutnya.
"Aku membencimu. Sangat membencimu!" Bibir Allea kembali meracau seiring pecahan gelas kaca yang baru saja dia banting hancur berkeping-keping dan berhamburan di lantai.
Wajahnya terlihat memerah. Entah karena sedang menahan amarah atau karena gadis itu sedang mabuk karena sudah menghabiskan puluhan gelas tequila sejak dua jam lalu, saat dia mendatangi club malam tadi.
Allea adalah seorang mahasiswi semester empat di sebuah universitas ternama di dunia. Ya, ia adalah gadis yang cerdas dengan segudang prestasi di balik sikap urakan yang sering dia perlihatkan di hadapan banyak orang.
"Beri aku satu gelas lagi!" Allea kembali berteriak pada seorang bartender yang tengah meracik minuman di belakang meja bar.
"Allea, kau harus berhenti minum sekarang!" Sheira, gadis yang sedari awal bersama dengan Allea berusaha mencegah agar sahabatnya itu berhenti minum. Pasalnya, Allea sudah terlihat sangat mabuk dan mulai hilang keseimbangan.
"Sudah terlalu banyak minuman beralkohol yang kau teguk malam ini. Jarak rumah kita jauh dan aku tidak bisa menyetir. Siapa yang akan mengantarkan kita pulang jika kau tidak bisa mengendalikan dirimu?" Sheira memberi alasan yang tepat agar sahabatnya itu mau menuruti keinginannya.
Kemudian, ia menarik tangan Allea agar segera beranjak dan pergi meninggalkan club. Sementara jarum jam sudah menunjukan pukul satu dini hari, waktu yang terlalu larut untuk mereka berkeliaran di luar seperti ini. Seharusnya mereka sudah terlelap di atas kasur nyaman, seperti yang dilakukan anak-anak seusia mereka.
Namun lain halnya bagi kedua remaja ini, tidur awal bukanlah sesuatu yang menyenangkan. Rumah hanyalah tempat persinggahan sesaat, atau kau akan mati kesepian karena terlalu lama berada di tempat itu. Allea adalah tipe gadis yang menyukai keramaian, tepatnya sejak dua tahun lalu.
"Berhenti mengurusi aku. Jangan menceramahi aku seperti yang dilakukan pria tua itu! Aku bosan mendengarnya!" Bukannya berhenti, Allea justru berteriak marah dan menyentak tangan Sheira yang tengah menarik lengannya hingga terlepas.
Sheira tak bisa berbuat banyak, ia hanya diam sambil kembali duduk di kursinya. Pikirannya mulai berkelana mencari cara untuk segera membawa pulang sahabat terbaiknya. Ia membayangkan banyak hal jika Allea sampai hilang kendali, bahkan pikiran-pikiran buruk pun mulai muncul untuk menghantui dan menakuti angan-angannya.
Namun, tak jauh dari tempat mereka duduk, terlihat seorang pria tampan yang sedang berjalan ke arah mereka. Rupanya tindakan Allea yang membanting gelas itu berhasil menarik perhatiannya.
"Permisi, Nona! Ada yang bisa saya bantu?" sapa pria itu sambil duduk di kursi sebelah Sheira.
Sheira yang terkejut saat mendengar suara itu langsung tersadar dari lamunannya.
"Emm ... tidak." balas Sheira dengan senyum yang dipaksakan.
"Hei ganteng, mau berjoget denganku?" Namun, jawaban berbeda ke luar dari mulut Allea yang sudah mabuk berat dan langsung menyela ucapan sahabatnya. Gadis itu menatap penuh minat ke arah pria muda yang terus mengamati wajahnya.
"Halo manis, dengan senang hati." Dengan segera pria muda itu mengulurkan tangan, menyambut hangat tawaran Allea. Gadis cantik yang sejak tadi memang menarik perhatiannya.
Selanjutnya Allea dan pria yang tidak mereka kenal itu segera turun ke bawah, tepatnya area dance floor yang disediakan oleh pihak diskotik. Meninggalkan Sheira duduk sendirian di depan meja bar. Di tengah kesadaran yang semakin menipis Allea terus berjoget, meloncat, menghentak-hentakkan kakinya berulang kali mengikuti alunan music dari DJ.
Sementara pria muda itu sekarang sudah terlihat puas. Gadis dalam pelukannya ini terus saja bergerak ke sana ke mari, sehingga dengan mudahnya tangan pemuda itu bisa memegang serta meraba bagian tubuh sexy Allea.
"Kau sudah sangat mabuk, sepertinya lebih baik kita duduk saja." Merasa lelah menopang berat badan Allea, akhirnya pria itu menyerah. Memilih mengakhiri sesi dance floor mereka berdua dan kembali ke tempat duduk semula.
"Hmm ...." Allea yang memang sudah di ambang batas kesadarannya hanya berguman pelan dan menuruti pria yang sedari tadi memeluk pinggangnya dengan erat.
"Kau yakin tidak memerlukan bantuanku, Nona?" Begitu sampai kembali di meja dan menempatkan Allea duduk di tempat semula, pria itu kembali bertanya pada Sheira.
"Tidak, sepertinya semua baik-baik saja. Aku tidak mabuk dan tidak minum alkohol sama sekali malam ini. Jadi aku bisa membawanya pulang." sahut Sheira menjawab pertanyaan pemuda tersebut.
Pria itu lantas menoleh ke arah Allea yang kini sudah terlihat mabuk berat dengan posisi duduk dan tertidur dengan kepala dan tangan berada di atas meja.
"Kau yakin itu baik-baik saja, Nona?" Pria itu bertanya sambil tersenyum manis.
"Emm .... emm ...." Sheira tampak gugup untuk menjawab pertanyaan itu, karena ia merasa malu sekaligus bingung dengan keadaan yang sedang ia hadapi.
Seperti memahami perasaan Sheira, pria itu langsung bangkit dan berjalan ke arah Allea. Tanpa basa-basi, ia langsung mengangkat tubuh gadis itu.
"Ayo, aku akan mengantar kalian pulang!" ucap pria itu sambil tetap memperlihatkan senyuman manisnya.
Sejujurnya, Sheira merasa senang dengan apa yang akan dilakukan pria itu. Namun, ia juga khawatir jika pria tersebut bermaksud jahat kepada dirinya dan Allea. Tapi, situasi dan kondisi saat ini memaksa ia untuk melupakan semua itu dan berharap segera keluar dari tempat ini, sekarang juga.
"B-baiklah, ikuti aku!" Sheira berkata pelan sambil berjalan mendahului pria yang sedang menggendong Allea. Tanpa perlu menjawab, pria itu lantas mengikuti langkah Sheira menuju ke arah mobil Allea yang sedang terparkir rapi di tempat khusus parkir.
Sesampainya di sana, Sheira langsung membuka pintu dan pria itu dengan cepat menidurkan Allea di kursi belakang. Setelah melihat sahabatnya dalam posisi aman, Sheira lantas menutup dan mengunci pintunya. Kemudian giliran dia yang duduk di kursi depan bersama sang pria baik hati yang akan menjadi sopir mobil itu dengan sukarela.
"Sudah, terima kasih ya!" ucap Sheira pelan sambil menatap lembut ke arah pria itu.
"Tak masalah, aku sengaja ingin membantumu saat mendengar kau tak bisa menyetir. Aku pernah berada di posisimu, jadi sangat mengerti apa yang kau rasakan," balas pria itu sambil menghidupkan mesin mobilnya.
"Terima kasih. Tapi maaf, aku tak bisa membalas kebaikanmu," sahut Sheira dengan nada sedikit kecewa.
Mendengar ucapan Sheira barusan, Pria itu pun langsung tertawa seiring dengan laju mobil yang mulai memasuki jalan raya. Jalanan sepi membuat mobil bisa melaju dengan lancar tanpa hambatan, tapi pria itu sengaja melajukan mobilnya hanya di kecepatan empat puluh kilometer per jam.
"Jangan khawatir! Aku sudah membantumu dan kau harus membantuku, itu saja sudah cukup," ujar sang pria sambil membuka resleting celananya dengan tangan kiri, sementara tangan kanannya fokus memegang stir. Pria itu tidak bisa lagi menahan syahwatnya setelah bergumul dengan Allea di dance floor beberapa saat lalu.
Sheira yang sudah paham dengan kode itu langsung melakukan tindakan yang seharusnya ia lakukan. Sebagai gadis yang hidup di zaman modern dan terbiasa dengan kehidupan malam, ia paham betul cara membalas budi dengan cara ini. Dalam sekejab, Sheira bermetamorfosis menjadi gadis liar.
"Ohhh shit ...." Bahkan saat ini ia pun terlihat sangat menikmati kegiatannya, hingga tak terasa mobil yang mereka bertiga tumpangi sudah sampai di tempat tujuan, seiring lenguhan keras dari mulut sang pria. Yaitu apartemennya.
**
Sementara di dalam diskotik, tepatnya dua meja dari tempat Allea dan sahabatnya duduk, serta baru saja mereka tinggalkan, terlihat seorang pria lain tengah mengepalkan kedua tangannya erat. Rahangnya pun ikut mengeras, tatkala melihat kepergian mereka bertiga. Pria yang sedari tadi mengawasi dan memperhatikan Allea, Sheira, serta pria yang bersikap sok pahlawan itu, tanpa mereka sadari.
Sorot mata tajam dan penuh kebencian, ditujukan untuk sang pria yang tengah menggendong Allea. Bak pedang yang siap menghunus jantung lawan hingga terkapar.
"Terus awasi ke mana mereka pergi. Bawa pria itu ke hadapanku, setelah dia mengantarkan dua gadis itu!" titahnya kemudian pada seorang pria lain yang sedari tadi duduk di sampingnya.
"Hajar dia sesukamu, tapi jangan biarkan dia mati. Dia harus merasakan siksaan pedih berkepanjangan karena telah berani berurusan denganku!" Begitu arogan, pria itu mengucapkan perintah untuk menyiksa seseorang tanpa ada rasa berdosa sedikitpun di wajahnya.
Bersambung...
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
Kisah seorang ibu rumah tangga yang ditinggal mati suaminya. Widya Ayu Ningrum (24 Tahun) Mulustrasi yang ada hanya sebagai bentuk pemggambran imajinasi seperti apa wajah dan bentuk tubuh dari sang pemain saja. Widya Ayu Ningrum atau biasa disapa Widya. Widya ini seorang ibu rumah tangga dengan usia kini 24 tahun sedangkan suaminya Harjo berusia 27 tahun. Namun Harjo telah pergi meninggalkan Widy sejak 3 tahun silam akibat kecelakaan saat hendak pulang dari merantau dan karna hal itu Widya telah menyandang status sebagai Janda di usianya yang masih dibilang muda itu. Widya dan Harjo dikaruniai 1 orang anak bernama Evan Dwi Harjono
Julita diadopsi ketika dia masih kecil -- mimpi yang menjadi kenyataan bagi anak yatim. Namun, hidupnya sama sekali tidak bahagia. Ibu angkatnya mengejek dan menindasnya sepanjang hidupnya. Julita mendapatkan cinta dan kasih sayang orang tua dari pelayan tua yang membesarkannya. Sayangnya, wanita tua itu jatuh sakit, dan Julita harus menikah dengan pria yang tidak berguna, menggantikan putri kandung orang tua angkatnya untuk memenuhi biaya pengobatan sang pelayan. Mungkinkah ini kisah Cinderella? Tapi pria itu jauh dari seorang pangeran, kecuali penampilannya yang tampan. Erwin adalah anak haram dari keluarga kaya yang menjalani kehidupan sembrono dan nyaris tidak memenuhi kebutuhan. Dia menikah untuk memenuhi keinginan terakhir ibunya. Namun, pada malam pernikahannya, dia memiliki firasat bahwa istrinya berbeda dari apa yang dia dengar tentangnya. Takdir telah menyatukan kedua orang itu dengan rahasia yang dalam. Apakah Erwin benar-benar pria yang kita kira? Anehnya, dia memiliki kemiripan yang luar biasa dengan orang terkaya yang tak tertandingi di kota. Akankah dia mengetahui bahwa Julita menikahinya menggantikan saudara perempuannya? Akankah pernikahan mereka menjadi kisah romantis atau bencana? Baca terus untuk mengungkap perjalanan Julita dan Erwin.
Siska teramat kesal dengan suaminya yang begitu penakut pada Alex, sang preman kampung yang pada akhirnya menjadi dia sebagai bulan-bulannya. Namun ketika Siska berusaha melindungi suaminya, dia justru menjadi santapan brutal Alex yang sama sekali tidak pernah menghargainya sebagai wanita. Lantas apa yang pada akhirnya membuat Siska begitu kecanduan oleh Alex dan beberapa preman kampung lainnya yang sangat ganas dan buas? Mohon Bijak dalam memutuskan bacaan. Cerita ini kgusus dewasa dan hanya orang-orang berpikiran dewasa yang akan mampu mengambil manfaat dan hikmah yang terkandung di dalamnya
Kupejamkan mataku, dan kukecup bibirnya dengan lembut, dia menyambutnya. Bibir kami saling terpaut, saling mengecup. Pelan dan lembut, aku tidak ingin terburu-buru. Sejenak hatiku berkecamuk, shit! She got a boyfriend! Tapi sepertinya pikiranku mulai buyar, semakin larut dalam ciuman ini, malah dalam pikiranku, hanya ada Nita. My logic kick in, ku hentikan ciuman itu, kutarik bibirku mejauh darinya. Mata Nita terpejam, menikmati setiap detik ciuman kami, bibir merahnya begitu menggoda, begitu indah. Fu*k the logic, kusambar lagi bibir yang terpampang di depanku itu. Kejadian ini jelas akan mengubah hubungan kami, yang seharusnya hanya sebatas kerjaan, menjadi lebih dari kerjaan, sebatas teman dan lebih dari teman.
Setelah tiga tahun menikah yang penuh rahasia, Elsa tidak pernah bertemu dengan suaminya yang penuh teka-teki sampai dia diberikan surat cerai dan mengetahui suaminya mengejar orang lain secara berlebihan. Dia tersentak kembali ke dunia nyata dan bercerai. Setelah itu, Elsa mengungkap berbagai kepribadiannya: seorang dokter terhormat, agen rahasia legendaris, peretas ulung, desainer terkenal, pengemudi mobil balap yang mahir, dan ilmuwan terkemuka. Ketika bakatnya yang beragam diketahui, mantan suaminya diliputi penyesalan. Dengan putus asa, dia memohon, "Elsa, beri aku kesempatan lagi! Semua harta bendaku, bahkan nyawaku, adalah milikmu."