Aku adalah seorang siswi yang diam-diam bekerja sebagai pacar sewaan. Tentu saja, aku melayani banyak orang dari berbagai kalangan. Akan tetapi, klien pertamaku yang bernama Claude ini ternyata tergila-gila padaku dan tak membiarkanku untuk melayani klien lain! Bagaimana caraku agar terlepas darinya?!
PLAK!
Sebuah tamparan keras menghujami pipiku. Rasa sakit menerjang pipiku dengan segera. Aku tatap penuh kebencian kepada Ayahku sendiri, Logan Savire.
"Apakah dengan menamparku Ayah puas?!" teriakku dengan nada yang keras.
"Berani-beraninya kau membuka mulutmu, Serenna!!"
Air mataku sudah berkumpul di pelupuk mata. Peristiwa ini sudah sering kualami. Bahkan bukan untuk pertama kalinya.
Ayahku, Logan Savire, tulang punggung keluargaku, justru orang yang paling menyebalkan di dunia ini. Ia tak bekerja, pulang dalam keadaan mabuk, dan terkadang juga pulang dengan seorang wanita. Berhaha-hihi di dalam kamar sembari bercinta. Menjijikkan.
Ia hanya mengandalkan diriku yang masih SMA untuk bekerja. Sungguh ironis. Lelaki jahanam yang paling biadab di muka bumi ini.
"Kenapa? Kenapa aku tak boleh berbicara? Bukankah Ayah hanya akan meminta uang dariku?!"
Padahal aku hanyalah seorang karyawan paruh waktu di sebuah toserba kecil. Pun aku harus mati-matian untuk mengejar waktu, antara sekolah dan bekerja. Ayahku yang tak tahu diri ini hanya menjadi benalu dalam keluargaku.
Bahkan Ibuku, Juliet Savire, sudah tak sanggup lagi dengan kekangan kekejaman Ayahku. Ia melarikan diri di suatu malam tanpa kuketahui. Tiba-tiba saja raib dari rumah ini. Melarikan diri tanpa meninggalkan satu jejakpun untukku.
"Kenapa? Kau sudah besar harusnya sudah bisa mandiri!" Ayahku yang sialan ini mulai menjambak rambutku. Aku meringis pedih.
"Apakah aku harus kabur juga dari rumah ini, sebagaimana Ibu?! Ayah pikir aku tak berani, hah?!"
PLAK!!
Satu tamparan yang jauh lebih keras nan kuat pun terasa di pipiku.
SUDAH! SUDAH CUKUP! SUDAHI SAJA SEMUANYA!
"Ayah akan menyesal karena telah menamparku." tandasku dengan dingin. Seketika aku hempaskan tubuh Ayah ke belakang.
Dengan uraian air mata yang tak tertahankan, aku pun pergi menuju kamar. Aku keluarkan koperku dengan sesegara mungkin. Mengemasi barangku secepat yang aku bisa.
Tak mungkin lagi rasanya aku berada di neraka ini.
Mencegah air mataku yang jatuh, aku memanjatkan do'a kepada Tuhan. 'Tuhan, maafkan aku. Aku menjadi anak yang durhaka. Sekali saja... Sekali saja...'
'Aku sungguh tak sanggup jika terus berada di sini.'
Hanya dalam waktu lima belas menit, aku selesai mengemasi barangku. Kini, aku sudah pergi dengan menyeret koper. Ayahku yang berada di ruang tamu itu melototkan matanya.
"Kau mau ke mana, Jalang Kecil?!"
Aku diam saja.
BRAKK!!
Ayahku menarik tanganku. Tetapi, keputusanku sudah bulat. Kuenyahkan tangan Ayahku itu. Lalu, pergi ke luar rumah memberhentikan taksi yang muncul di depan mata.
Di belakang sana, Ayahku berlari-lari memanggilku.
Apa peduliku?
Memangnya kau siapa, kau hanyalah Ayah yang tak pernah pantas untuk kusebut Ayah.
* * *
Aku tahu tindakanku ini cukup gegabah. Pergi dari rumah tanpa rencana sama sekali. Dan aku yakin seratus persen, Ayahku akan meneror di tempatku bekerja. Ia akan menungguku saat aku pulang kerja.
Menghela napas berat, sepertinya aku sudah tak bisa bekerja di toserba lagi. Aku sudah tak mau berhubungan dengan Ayahku.
Di jalanan yang sempit nan kumuh, aku meminta turun kepada supir taksi. Menyeret koperku. Di kanan-kiriku, terdapat banyak sekali apartemen dan hotel dengan harga yang miring.
Mendapatkan penginapan adalah hal yang terbaik. Tak mungkin aku pergi tanpa tujuan. Aku perlu mendinginkan otak, sembari mencari pekerjaan yang baik untukku.
Masuk ke salah satu indekos di sana, sengaja membayar selama satu bulan. Setidaknya, aku tak perlu khawatir untuk tidur selama satu bulan ke depan.
Lebih baik tidak makan, daripada tak punya atap untuk pulang.
Di dalam kamar, aku mengistirahatkan tubuh seraya mencari lapangan pekerjaan via online.
"Hah ... Pekerjaan apa yang bisa kudapatkan? Sedangkan lulus SMA saja belum."
Aku pun membuat postingan di media sosial. Berisikan keinginan bekerja. Intinya, aku siap untuk bekerja keras.
Namun, aku hanya mendapatkan kesedihan tatkala membaca komentar mereka.
[Hei, bocah! Kau hanya anak di bawah umur! Mencari pekerjaan? Kau bercanda?]
[Aku yakin, orang yang memperkerjakan dirimu hanya akan terkena sanksi UU Ketenagakerjaan!]
[Bocah tanpa skill, mau kerja apa kau? Aku saja yang sudah lulus bingung mau kerja apa. Apalagi kau!]
Semua orang menghujatku. Perkataan mereka benar. Aku mestinya bersyukur bisa bekerja paruh waktu di toserba. Tidak semua orang berbaik hati untuk memberikan pekerjaan kepada anak di bawah umur.
Hingga akhirnya ...
Sebuah pesan pun masuk ke media sosialku. Tertera namanya, Anna Cecilia.
Anna Cecilia : [Aku mencari karyawan baru di tempatku bekerja. Gajinya 150$ setiap satu jam. Apakah kau mau bekerja bersamaku?]
150$?!!! Gila saja. Ini angka yang fantastis!
Pekerjaan macam apa ini? Perasaanku menjadi tidak enak. Jangan-jangan perekrutan sebagai pekerja seks komersil? Hih! Enak saja!
Aku ini masih perawan ting-ting. Lagipula, aku ini cantik tahu!
Kubalas langsung pesan tersebut.
Serenna Savire : [Pekerjaan apa, Kak?]
Anna Cecilia : [Datang saja ke kantorku. Cupid Company, Mango Street Number 7, West Cassey].
Berada di sebelah barat kotaku? Lumayan jauh juga.
Perasaan penasaranku meningkat. Aku pun mencari di internet terkait dengan Cupid Company.
Mataku membelalak seketika... Ternyata... Ini adalah perusahaan penyedia jasa sebagai pacar sewaan.
Jantungku berdebar. Aku tahu, di Kota Cassey ini jasa pacar sewaan sudah biasa. Banyak orang yang membutuhkan pasangan. Entah itu sekadar untuk menemani mereka kencan. Atau pun sebagai pembuktian kepada orang tua mereka.
"Setidaknya ... aku tidak menjual diriku."
Pada saat itu juga, aku pun mandi dan mengganti pakaianku. Aku harus segera ke sana. Menjadi pacar sewaan, siapa pun itu.
* * *
Aroma parfumku menguar wangi. Banyak lelaki yang mengalihkan pandangannya tatkala aku masuk ke Cupid Company.
Aku sengaja menggunakan pakaian terbaik yang kumiliki. Sebuah dress berwarna merah menyala dengan motif floral yang kecil. Roknya terbuat dari satin dengan pita di leherku. Belum lagi dengan riasanku yang sederhana, tetapi tetap menggoda.
Bagaimana pun, aku ini cantik. Aku berterima kasih kepada Ibuku yang telah menurunkan gen kecantikannya padaku.
Manakala masuk ke Cupid Company, mataku langsung mengenali Anna Cecilia yang sama persis dengan foto profil di media sosial.
Aku memperkenalkan diri dan kini ... aku diantarkan di sebuah ruangan CEO Cupid Company, Madamme Bianca.
"Aku tak menyangka kau akan datang."
Kuulaskan sebuah senyuman. "Well, semua orang butuh uang."
"Kau berada di tempat yang tepat. Kau bisa mendapatkan uang yang banyak dari sini. Apalagi kau cantik. Pasti banyak customer yang ingin pergi bersamamu."
"Benarkah?"
Anna menganggukkan kepalanya.
Saat itu, aku pun masuk ke dalam ruangan Maddame Bianca. Perempuan itu memiliki tubuh gendut dengan pakaian seksi berwarna oranye. Dari pakaiannya yang super seksi, tubuhku bergetar.
Jujur saja, kakiku melemas. Perasaan takut memenuhi hatiku.
Bagaimana jika ... aku akan menjadi pekerja seks komersil?
* * *
WARNING 18+! Penuh dengan adegan sara, eksplisit, dan membuat Anda ketagihan. Paksaan menikah datang dari kedua orang tua Felicia Nada. Ia harus menikahi seorang CEO kaya raya bernama Giovanni James. Ternyata, Felicia dituntut untuk melahirkan seorang putera dari Giovanni. Selain itu, banyak sekali rahasia yang tersimpan dari sosok Giovanni James. Akankah Felicia mampu melahirkan putera untuk Giovanni? Dan juga, apakah ia mampu bertahan dalam pernikahannya ini?
Nafas Dokter Mirza kian memburu saat aku mulai memainkan bagian bawah. Ya, aku sudah berhasil melepaskan rok sekalian dengan celana dalam yang juga berwarna hitam itu. Aku sedikit tak menyangka dengan bentuk vaginanya. Tembem dan dipenuhi bulu yang cukup lebat, meski tertata rapi. Seringkali aku berhasil membuat istriku orgasme dengan keahlihanku memainkan vaginanya. Semoga saja ini juga berhasil pada Dokter Mirza. Vagina ini basah sekali. Aku memainkan lidahku dengan hati-hati, mencari di mana letak klitorisnya. Karena bentuknya tadi, aku cukup kesulitan. Dan, ah. Aku berhasil. Ia mengerang saat kusentuh bagian itu. "Ahhhh..." Suara erangan yang cukup panjang. Ia mulai membekap kepalaku makin dalam. Parahnya, aku akan kesulitan bernafas dengan posisi seperti ini. Kalau ini kuhentikan atau mengubah posisi akan mengganggu kenikmatan yang Ia dapatkan. Maka pilihannya adalah segera selesaikan. Kupacu kecepatan lidahku dalam memainkan klitorisnya. Jilat ke atas, sapu ke bawah, lalu putar. Dan aku mulai memainkan jari-jariku untuk mengerjai vaginanya. Cara ini cukup efektif. Ia makin meronta, bukan mendesah lagi. "Mas Bayuu, oh,"
Cerita ini banyak adegan panas, Mohon Bijak dalam membaca. ‼️ Menceritakan seorang majikan yang tergoda oleh kecantikan pembantunya, hingga akhirnya mereka berdua bertukar keringat.
Dia pergi ke klub dengan teman-temannya untuk minum untuk pertama kalinya setelah menyelesaikan ujian tahun ketiganya. Gabriella adalah seorang perawan berusia 21 tahun yang belum pernah mencium siapa pun sebelumnya. Dia bertemu orang asing di sebuah klub, menemaninya ke hotel, melakukan ciuman pertamanya, dan kehilangan keperawanannya. Dia menikmati dirinya sendiri. Ketika dia bangun keesokan paginya, pria itu sudah pergi, Dia pergi. Dia mengetahui bahwa dia hamil beberapa bulan kemudian. Dia terus pergi ke hotel dengan harapan bertemu pria itu, tetapi setelah empat bulan, dia menyerah. Dia meninggalkannya, meninggalkannya untuk menghadapi situasi sendirian. Dia keluar dari universitas untuk membesarkan putranya. Dia kembali ke sekolah setahun kemudian untuk menyelesaikan studinya dan mendapatkan gelarnya. Dia kemudian melihat orang yang pernah tidur dengannya di TV dan menyadari bahwa dia sekarang bertunangan, serta fakta bahwa dia adalah multi-miliarder terkenal Javier Hills. Apa yang akan dilakukan neneknya ketika dia menemukan anak laki-laki yang mirip dengan cucunya?
Aku, Sonia, seorang wanita berusia 23 tahun, terjebak dalam masalah keuangan yang parah akibat hutang pengobatan anakku yang mengidap Thalassemia dan harus menjalani perawatan medis yang sangat mahal dan berkelanjutan. Hidupku yang penuh kesulitan berubah drastis ketika aku bekerja dengan Mr. Wei, seorang CEO sukses berusia 45 tahun. Di tengah kemelut keuangan dan tekanan emosional, aku menemukan pelarian dalam pelukan Mr. Wei. Kehangatan dan dukungan yang dia berikan membuatku merasa dihargai dan dicintai, sesuatu yang telah lama hilang dalam pernikahanku. Namun, kebahagiaan kami tidak lepas dari konflik; suamiku mulai curiga dan berbagai rintangan muncul, menguji keteguhan hati kami. Cerita ini menggambarkan dinamika cinta yang penuh gairah dan sakit hati, pengkhianatan yang menyakitkan, serta pencarian jati diri dan pengampunan. Dengan latar belakang kehidupan kami yang kontras, aku dan Mr. Wei harus menghadapi pilihan-pilihan sulit dan mempertanyakan nilai-nilai yang kami anut. Akankah cinta kami mampu mengatasi semua rintangan? atau akankah kami terperangkap dalam lingkaran drama dan penderitaan?
Untuk membayar hutang, dia menggantikan pengantin wanita dan menikahi pria itu, iblis yang ditakuti dan dihormati semua orang. Sang wanita putus asa dan kehabisan pilihan. Sang pria kejam dan tidak sabaran. Pria itu mencicipi manisnya sang wanita, dan secara bertahap tunduk pada nafsu adiktif. Sebelum dia menyadarinya, dia sudah tidak dapat melepaskan diri dari wanita tersebut. Nafsu memicu kisah mereka, tetapi bagaimana cinta bersyarat ini akan berlanjut?
Seto lalu merebahkan tubuh Anissa, melumat habis puting payudara istrinya yang kian mengeras dan memberikan gigitan-gigitan kecil. Perlahan, jilatannya berangsur turun ke puser, perut hingga ke kelubang kenikmatan Anissa yang berambut super lebat. Malam itu, disebuah daerah yang terletak dipinggir kota. sepasang suami istri sedang asyik melakukan kebiasaan paginya. Dikala pasangan lain sedang seru-serunya beristirahat dan terbuai mimpi, pasangan ini malah sengaja memotong waktu tidurnya, hanya untuk melampiaskan nafsu birahinya dipagi hari. Mungkin karena sudah terbiasa, mereka sama sekali tak menghiraukan dinginnya udara malam itu. tujuan mereka hanya satu, ingin saling melampiaskan nafsu birahi mereka secepat mungkin, sebanyak mungkin, dan senikmat mungkin.