/0/7058/coverbig.jpg?v=ee67251ea03b546e699a3b5f0ebdf6c9)
Sejak dulu yang Audrey cintai hanyalah Xander-pria yang berhasil memorak-porandakan hatinya. Meski Audrey tahu Xander selalu bersikap dingin dan tak memedulikannya tetap saja Audrey tidak pernah berhenti mencintai Xander. Berkali-kali diabaikan dan ditolak, tetap tidak akan membuat Audrey menyerah memperjuangkan cintanya untuk Xander. Hingga suatu ketika, Audrey mendapati kenyataan di mana Xander hanya mencintai satu wanita dan itu bukanlah dirinya. Hancur. Pedih. Terluka. Tiga kata yang Audrey rasakan kala itu. Cintanya yang dalam telah terselimuti kekecewaan dan luka yang dalam. Lantas bagaimana dengan cinta Audrey? Mampukah Audrey bertahan?
Sebuh pesta ulang tahun meriah dihadiri ribuan tamu undangan tampak begitu memukau. Dekorasi indah pesta ulang tahun itu sangat indah. Lampu kristal dan taburan bunga lily layaknya seperti berada di pesta ulang tahun putri raja. Para wartawan pun turut hadir mengabadikan moment ulang tahun sosok wanita yang sangat cantik yang sejak tadi menyambut para tamu undangan. Tak memungkiri banyak mata yang melihat sosok wanita cantik itu. Gaun berwarna gold dengan model royal gown sukses membuat sosok wanita cantik itu seperti seorang putri raja.
Skyla Audrey Russel-putri sang billionaire asal Italia itu terkenal selalu hidup dalam kemewahan. Tak tanggung-tanggung hanya demi pesta ulang tahun yang ke 23, Audrey mnegeluarkan uang jutaan dollar. Tapi apa pedulinya bagi Audrey? Uang bukanlah masalah. Bahkan hotel di mana Audrey berulang tahun saja adalah hotel mewah milik keluarga sang ibu. Ya, Audrey memang kerap dijuluki wanita yang sempurna. Tidak ada satu pun hal kekurangan yang dimiliki Audrey. Dan tak sedikit banyak yang iri pada kehidupan Audrey.
"Ma, Xander ada di mana? Kenapa sampai sekarang Xander belum juga datang? Dia ingat ulang tahunku atau tidak?" Audrey menjauh dari kerumunan para tamu undangan. Wanita itu menghampiri kedua orang tuanya yang tengah mengobrol dengan kedua orang tua Xander-tunangannya. Sejak tadi Audrey menunggu Xander datang ke pesta ulang tahunnya, tapi hingga detik ini Xander belum juga datang. Sungguh, Audrey ingin sekali tunangannya datang lebih awal tapi sayangnya Audrey harus menelan kekecewaan karena Xander tak kunjung datang.
"Audrey, sabarlah, Sayang. Pasti Xander akan segera datang." Miranda-ibu Audrey memberikan nasihat pada Audrey agar jauh lebih bisa bersabar.
"Tenanglah, Princess. Xander mungkin sedang berada di jalan." Athes-ayah Audrey mengelus pipi Audrey, menenangkan putrinya itu untuk tidak cemas terutama di saat pesta ulang tahun putri kesayangannya itu.
Audrey menghela napas kasar. Tak dipungkiri raut wajah Audrey begitu kecewa. Ini bukan pertama kali Xander datang terlambat di pesta ulang tahunnya. Bisa dikatakan setiap kali Audrey mengadakan pesta ulang tahun; maka Xander akan selalu datang terlambat. Bahkan Xander biasanya datang disaat pesta hampir berakhir. Alasannya? Jelas aja Xander akan mengatakan sibuk dengan pekerjaan. Walau weekend sekalipun, Xander akan tetap bekerja. Lagi dan lagi, Audrey harus bisa jauh bersabar menghadapi Xander. Rasa cinta yang terlalu kuat membuat Audrey seakan tak memedulikan apa pun.
"Marco di mana putra kita? Kenapa lama sekali?" Angela-ibu Xander berbicara pelan pada sang suami. Bukan hanya Audrey saja yang kesal karena Xander belum datang tapi Angela juga kesal. Padahal sebelumnya Angela sudah mengingatkan putranya itu untuk tidak datang terlambat di pesta ulang tahun Audrey.
"Ck! Anak itu memang benar-benar keterlaluan," geram Marco emosi.
"Marco, mungkin saja Xander terjebak macet atau mungkin ada pekerjaan penting yang tidak bisa Xander hindari," sambung Miranda yang berusaha bersikap bijak.
"Aku akan menghubungi putraku." Marco mengeluarkan ponselnya dari balik jas, lalu menghubungi nomor putranya itu. Marco tidak bisa menunggu terlalu lama. Apa yang dilakukan Xander sudah keterlaluan. Marco tidak mungkin hanya diam dalam hal seperti ini.
Saat Marco tengah menghubungi putranya; tatapannya tak sengaja mengikuti tatapan semua orang-yang teralih pada sosok pria bertubuh tinggi tegap memasuki ballroom hotel. Tampak senyuman di wajah Audrey terlukis melihat sosok pria tampan yang terbalut jas berwarna hitam. Aura dingin dan tegas begitu memesona. Sorot mata yang tegas itu selalu membuat Audrey tersihir.
"Xander!" Audrey langsung menghamburkan tubuhnya ke tubuh Xander. Sayangnya pelukan Audrey itu tak terbalas. Xander bergeming kala Audrey memeluknya.
"Kau dari mana saja, Xander? Kenapa kau baru datang sekarang?" seru Marco seraya mematikan ponselnya yang tadi tengah menghubungi putranya itu. Tatapan mata Marco menatap Xander penuh tuntutan.
"Xander, kau dari mana, Sayang? Mommy sudah memintamu untuk tidak datang terlambat. Tapi kenapa kau datang terlambat, Nak?" tegur Angela menatap putranya itu.
"Maaf, ada meeting yang tidak bisa aku hindari." Xander menjawab dengan nada dingin.
Xander Foster-tunangan Audrey itu memang terkenal sangat sibuk. Sebagai salah satu pengusaha muda ternama di Roma, Xander nyaris tak memiliki waktu untuk bersama dengan Audrey. Pria berdarah Amerika dan Italia itu memang selalu mengutamakan pekerjaannya ketimbang Audrey. Terbukti pekerjaan Xander lebih penting ketimbang ulang tahun Audrey.
"Kenapa kau selalu saja beralasan pekerjaan, Xander?" sembur Marco emosi.
"Paman Marco, aku mohon jangan memarahi Xander lagi. Terpenting Xander sudah datang, Paman. Aku mengerti kalau Xander sibuk dengan pekerjaannya, Paman," jawab Audrey pelan dan lembut meminta Marco untuk tidak lagi marah pada Xander.
Well, jika ditanya tentang cinta Audrey pada Xander; maka luasnya samudera pun kalah dengan besarnya cinta Audrey pada Xander. Meski ribuan kali Xander mengecewakan Audrey rasanya Audrey tidak akan mungkin meninggalkan Xander. Kesabaran Audrey melebihi wanita mana pun yang ada di dunia ini. Seperti saat ini meski kesal sekalipun tapi Audrey akan berusaha mengerti Xander.
"Marco, apa yang dikatakan Audrey benar. Tidak usah diperpanjang lagi. Yang penting Xander sudah datang," sambung Miranda berusaha bersikap bijak.
Marco akhirnya diam tak ingin memperpanjang masalah. Marco menyadari dia tak ingin merusak moment ulang tahun Audrey. Ditambah sejak tadi pun sorot kamera teralih ke arah Xander dan Audrey. Itu yang membuat Marco memilih untuk tak lagi mempermasalahkan Xander yang datang terlambat.
"Xander, lain kali kau harus meluangkan waktumu lebih banyak untuk Audrey. Kau boleh sibuk dengan pekerjaanmu tapi kau harus bisa membedakan mana prioritas utama," tegur Athes pada Xander.
Xander terdiam kala mendengar ucapan Athes yang menyebut-nyebut tentang 'Prioritas', ingin rasanya Xander menjawab dengan tegas ucapan Athes. Tetapi Xander menyadari jawabannya akan tetap percuma. Pada akhirnya Xander tahu dirinya akan kembali dipaksa.
"Maaf. Lain kali aku akan berusaha datang tepat waktu." Hanya kalimat itu yang bisa Xander ucapkan. Nada bicaranya tegas, dingin, dan matang.
Audrey tersenyum menatap Xander begitu lembut dan hangat. Sejak tadi wanita itu terus memeluk lengan Xander, seolah tak ingin Xander berjauhan darinya.
"Athes, lebih baik kita umumkan sekarang saja. Xander sudah ada di sini," sambung Angela tak sabar.
Athes menganggukan kepalanya menyetujui ucapan Angela. Lantas Athes menatap para tamu undangan sekaligus para wartawan yang sejak tadi tidak henti menyorotkan kamera ke arahnya.
"Para tamu undangan, terima kasih sudah hadir dalam pesta ulang tahun putriku. Aku ingin memberikan kabar bahagia pada kalian. Tepatnya dua minggu lagi putriku akan menikah dengan Xander Foster." Athes berucap dengan suara tegas dan lantang.
Suara tepuk tangan riuh terdengar kala mendengar ucapan Athes. Tampak semua keluarga turut bahagia. Terutama Audrey yang semakin memeluk lengan Xander. Audrey memancarkan wajah yang begitu bahagia. Namun, sayangnya tidak dengan Xander. Sejak di mana Athes mengumumkan pernikahannya dan Audrey; raut wajah Xander pun berubah. Sorot mata Xander menajam menahan amarah.
"Aku harus pergi." Xander melepaskan tangan Audrey yang tengah memeluk lengannya itu. Pria itu langsung melangkah pergi dari ballroom hotel. Audrey terkejut kala Xander pergi. Pun Athes, Miranda, Marco, dan Angela juga terkejut melihat Xander yang pergi begitu saja tanpa mengatakan sepatah kata pun.
"Xander, tunggu aku." Audrey berlari menyusul Xander. Awalnya Marco ingin juga menyusul tapi Angela menahan. Begitu pun dengan Athes yang ingin menemui Xander tapi Miranda menahan. Baik Angela dan Miranda ingin Xander dan Audrey berbicara berdua demi kelangsungan hubungan mereka.
"Xander!" Audrey berhasil menangkap lengan Xander kala pria itu menuju belakang hotel. Tempat di mana tak ada satu pun wartawan ataupun tamu undangan. Sepertinya Xander memang sengaja ingin jauh dari kerumunan.
Xander mengembiskan napas kasar. Pria itu bergeming memunggungi Audrey. Detik selanjutnya, Xander membalikan badannya menatap Audrey dengan tatapan dingin dan tajam.
"Kenapa ayahmu mengumumkan kalau dua minggu lagi kita menikah, hah? Bukankah aku sudah bilang padamu kalau aku belum mau menikah?" seru Xander meninggikan suaranya.
Audrey terdiam melihat amarah Xander. Audrey tahu sejak dulu Xander belum mau untuk diajak menikah. Padahal dirinya dan Xander sudah bertunangan tujuh tahun lamanya. Tapi sampai sekarang Xander menginginkan pernikahan mereka.
"Xander, aku tidak tahu. Selama ini bukannya Papaku dan Paman Marco akan mengatur tentang hubungan kita?" ucap Audrey pelan. Sungguh, Audrey sama sekali tidak tahu tentang pernikahan yang diadakan dua minggu lagi. Selama ini Audrey menunggu sampai Xander siap untuk menikah. Tapi sepertinya ayahnya dan ayah Xander-lah yang mengatur semua ini. Bisa dikatakan sejak di mana Audrey dan Xander dijodohkan, hubungan mereka memang kerap atas campur tangan kedua orang tua mereka. Tentu Audrey hanya menurut karena memang Audrey mencintai Xander tapi lain halnya dengan Xander yang selalu berontak jika diatur oleh keluarga.
Xander tersenyum sinis mendengar ucapan Audrey. "Sampai kapan kau hanya diam saja ketika diatur-atur, Audrey! Kau bukan lagi remaja! Usaimu sudah 23 tahun, Audrey! Harusnya kau bisa mengambil sikap! Jangan selalu mau diatur oleh keluargamu!" serunya menahan geraman emosi yang terbendung dalam diri.
Mata Audrey berkaca-kaca menatap Xander yang begitu marah. "Aku mau diatur karena aku mencintaimu, Xander. Aku terlalu mencintaimu. Aku ingin selalu ada di dekatmu. Kita juga sudah tujuh tahun bertunangan. Bukankah itu sudah waktu yang lama? Apa lagi yang membuatmu ragu, Xander?" tanyanya lirih.
Ya, Audrey dan Xander dijodohkan sejak mereka kecil. Harusnya tak ada lagi yang membuat Xander menjadi ragu tapi entah kenapa Xander malah terus-terusan menunda pernikahan mereka. Padahal Audrey ingin sekali segera resmi menjadi istri Xander-pria yang menjadi cinta pertamanya dan Audrey berharap Xander-lah cinta terakhirnya.
Xander kembali mengembuskan napas kasar. Emosi dalam dirinya mengumpul menjadi satu. Kemarahan pria itu terlihat begitu jelas. Sorot mata Xander semakin terhunus tajam. Bahkan pria itu tak memedulikan mata Audrey yang berkaca-kaca nyaris mengeluarkan air mata.
"Sejak awal yang menginginkan perjodohan sialan ini adalah dirimu bukan aku. Jika saja kau menghentikan perjodohan ini; maka sudah lama aku terbebas darimu." Xander berkata sarkas dan langsung melangkahkan kaki meninggalkan Audrey-yang mulai menjatuhkan air mata membasahi pipi.
***
-To Be Continued
Marsha hanya mencintai satu pria, dan itu bukan William. Begitu juga dengan sebaliknya, yang dicintai oleh William bukan Marsha. Dua insan itu terjebak dalam sebuah perjodohan yang diatur sedemikian rupa. Mereka sudah sama-sama menolak, tapi sepertinya takdir berkehendak lain. Mereka saling membenci, dan tak menyukai satu sama lain dipaksa dipersatukan oleh sebuah ikatan pernikahan. Bagaikan tom dan jerry yang tak pernah bisa akur. Itu adalah julukan untuk dua insan tersebut. Namun, seiring berjalannya waktu benih-benih mulai muncul. Marsha goyah dengan perasaannya, dan William terbelenggu karena sebelumnya memiliki wanita idaman lain. Lantas, bagaimana kelanjutan kisah mereka? Akankah takdir menyatukan dua insan yang hatinya tak utuh? Atau, sebenarnya mereka adalah dua insan yang seharusnya bersatu?
Seperti mimpi buruk, Belva yang merupakan sosok perempuan kuno, terjebak cinta satu malam dengan Ares Ducan-pria angkuh dan dingin. Sialnya, hubungan satu malam itu membuat Belva mengandung anak Ares Ducan. Hubungan rumit membentang, ditambah dengan status sosial yang berbeda. Lantas, bagaimana kelanjutan kisah Belva dan Ares?
Trauma membuat Jovie Montgomery untuk tidak ingin menikah. Ayahnya pergi meninggalkan ibunya begitu saja, menyisakan luka yang amat dalam untuk Jovie. Baginya semua pria sama. Pria akan pergi di kala rasa cinta sudah hilang dan kejenuhan melanda. Hal tersebut membuat Jovie memagari dirinya agar tak jatuh cinta pada pria mana pun di dunia ini. Sampai suatu ketika takdir mempertemukan Jovie dengan Jace Sherwood-Casanova tampan-yang banyak digilai wanita. Jace merasa tertantang dengan segala penolakan Jovie. Hingga pada suatu saat, Jace bertaruh dengan teman-temannya mendapatkan Jovie. Namun, sayangnya pertaruhan itu terbongkar. Jovie yang tadinya mulai jatuh hati pada Jace, menjadi menjauh pergi. Ini adalah kisah rumit antara Jovie dan Jace. Jovie yang tak percaya pada pria manapun, malah terjebak jatuh cinta pada sosok Casanova yang meninggalkan luka padanya. Lantas bagaimana kelanjutan kisah Jovie dan Jace? Mampukah Jace mendapatkan Jovie kembali? *** Follow me on IG: abigail_kusuma95
Follow me on IG: abigail_kusuma95 *** Dunia dan semua orang hanya tahu kalau Briella Moretti sangat beruntung karena putra sulung keluarga Maven menikahinya. Tidak ada yang tahu kalau Adrian Maven menikahi Briella hanya untuk membalas dendam. Adrian bermaksud menyiksa Briella, menghancurkan dan merusak kehidupan gadis itu. Tapi bisakah dendam Adrian terbalaskan tuntas, sementara kebaikan dan ketulusan Briella membuat hatinya goyah? Akankah cinta atau dendam yang menang dalam permainan kali ini?
Melihat secara langsung sang kekasih berselingkuh, membuat dunia Dakota Spencer runtuh. Wanita cantik itu dihancurkan oleh cinta pertamanya sendiri. Dia selalu memegang prinsip cinta pertama akan menjadi cinta terakhir. Namun sayang, kisah cintanya tidak seperti dongeng yang dia dengar di masa kecil. Dalam keadaan hancur berkeping-keping, sosok pria tampan bernama Dylan muncul. Dylan sudah lama mengagumi Dakota. Hanya saja jiwa petualang pria itu tidak pernah berhenti. Dia mengagumi sosok Dakota, tapi tidak henti bermain-main dengan para jalang. Sampai suatu ketika, di kala Dylan tahu Dakota sudah sendiri, dia mengejar cinta Dakota. Pria tampan itu tidak pernah bosan mengejar sosok Dakota. Hingga akhirnya Dakota luluh akan sosok Dylan. Namun semua tidak berhenti di situ. Masalah menghantam mereka. Badai menerpa hubungan mereka yang sudah sangat kuat. Bagaikan di ambang jurang, mampukah Dakota berdamai dengan kenyataan? Ataukah Dakota harus mundur dan hancur seperti di awal? *** Follow me on IG: abigail_kusuma95
Hal tergila Milly adalah bertemu dengan Zayn, pengacara senior yang angkuh dan merasa paling pintar. Hidupnya mulai merasakan kesialan sejak di mana harus dibimbing oleh sosok Zayn. Ingin rasanya menghindar, tapi dia telah terjebak. Zayn membenci pertemuannya dengan Milly. Menurut Zayn, sosok Milly adalah sosok ceroboh dan paling merasa benar dalam segala hal. Sialnya dia harus membimbing gadis menyebalkan itu. Semua bermula dari sini. Dua orang pengacara cerdas, tapi saling membenci itu terjerat dalam sebuah rasa yang tidak biasa. Lantas bagaimana kelanjutan hubungan mereka? Akankah takdir menyatukan? *** Follow me on IG: abigail_kusuma95
Bagaimana jika keponakan yang dititipkan oleh kakak perempuan nya mulai mengacaukan seluruh tatanan kehidupan nya. Gadis kecil yang dia sangka polos menyimpan cinta mendalam untuk dirinya, memancing hasrat nya berkali-kali hingga pada akhirnya satu malam panas terjadi di antara mereka. Bagaimana caranya dia meminta restu kepada kakak nya sendiri untuk hubungan yang jelas di anggap tidak mungkin untuk semua orang. Namun siapa sangka satu kenyataan dimasa lalu terbuka secara perlahan soal hubungan mereka yang sesungguhnya.
Pelan tapi pasti Wiwik pun segera kupeluk dengan lembut dan ternyata hanya diam saja. "Di mana Om.. ?" Kembali dia bertanya "Di sini.." jawabku sambil terus mempererat pelukanku kepadanya. "Ahh.. Om.. nakal..!" Perlahan-lahan dia menikmati juga kehangatan pelukanku.. bahkan membalas dengan pelukan yang tak kalah erat. Peluk dan terus peluk.. kehangatan pun terus mengalir dan kuberanikan diri untuk mencium pipinya.. lalu mencium bibirnya. Dia ternyata menerima dan membalas ciumanku dengan hangat. "Oh.. Om.." desahnya pelan.
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
Yolanda mengetahui bahwa dia bukanlah anak kandung orang tuanya. Setelah mengetahui taktik mereka untuk memperdagangkannya sebagai pion dalam kesepakatan bisnis, dia dikirim ke tempat kelahirannya yang tandus. Di sana, dia menemukan asal usulnya yang sebenarnya, seorang keturunan keluarga kaya yang bersejarah. Keluarga aslinya menghujaninya dengan cinta dan kekaguman. Dalam menghadapi rasa iri adik perempuannya, Yolanda menaklukkan setiap kesulitan dan membalas dendam, sambil menunjukkan bakatnya. Dia segera menarik perhatian bujangan paling memenuhi syarat di kota itu. Sang pria menyudutkan Yolanda dan menjepitnya ke dinding. "Sudah waktunya untuk mengungkapkan identitas aslimu, Sayang."
Nafas Dokter Mirza kian memburu saat aku mulai memainkan bagian bawah. Ya, aku sudah berhasil melepaskan rok sekalian dengan celana dalam yang juga berwarna hitam itu. Aku sedikit tak menyangka dengan bentuk vaginanya. Tembem dan dipenuhi bulu yang cukup lebat, meski tertata rapi. Seringkali aku berhasil membuat istriku orgasme dengan keahlihanku memainkan vaginanya. Semoga saja ini juga berhasil pada Dokter Mirza. Vagina ini basah sekali. Aku memainkan lidahku dengan hati-hati, mencari di mana letak klitorisnya. Karena bentuknya tadi, aku cukup kesulitan. Dan, ah. Aku berhasil. Ia mengerang saat kusentuh bagian itu. "Ahhhh..." Suara erangan yang cukup panjang. Ia mulai membekap kepalaku makin dalam. Parahnya, aku akan kesulitan bernafas dengan posisi seperti ini. Kalau ini kuhentikan atau mengubah posisi akan mengganggu kenikmatan yang Ia dapatkan. Maka pilihannya adalah segera selesaikan. Kupacu kecepatan lidahku dalam memainkan klitorisnya. Jilat ke atas, sapu ke bawah, lalu putar. Dan aku mulai memainkan jari-jariku untuk mengerjai vaginanya. Cara ini cukup efektif. Ia makin meronta, bukan mendesah lagi. "Mas Bayuu, oh,"