/0/7047/coverbig.jpg?v=20250122182427)
Hans generasi ke tiga penerus keluarga kaya raya Adalrich. Dia nyaris sempurna tanpa cela. Wajah tampan dengan postur tubuh bak model. Namun, tak seorang pun tahu jika dirinya mengidap gangguan psikologis yang membuatnya merasa jijik setiap kali berada di dekat perempuan. Untuk menyembunyikan aib dirinya, Hans bersikap dingin dan angkuh terhadap wanita. Hingga suatu saat Hans bertemu dengan Sashenka, gadis muda putri tunggal pesaing bisnis keluarganya. Untuk pertama kalinya Hans merasa hatinya bergetar dan hasrat kelelakiannya menggeliat. Di tengah permusuhan keluarga mereka, mampukah Hans memperjuangkan cintanya pada Sashenka?
Di ruang VIP sebuah kelab malam.
"Apakah Anda yang bernama Hans?"
Seorang gadis muda tiba-tiba masuk, berdiri di depan Hans, lalu bertanya dengan nada menantang. Wajahnya cantik, hidung bangir, bibir mungil berwarna merah muda. Kulitnya yang putih tampak bercahaya di bawah pantulan lampu yang berwarna keemasan.
Hans yang sedang mengisi gelas minumannya merasa terusik, refleks menoleh ke sumber suara yang menyebut namanya.
"Ya, memangnya kenapa?" tanya Hans dingin.
Menatap tajam pada gadis itu, tanpa memedulikan tatapan kagum para pria lainnya yang sedang duduk bersamanya.
"Bagus, berarti aku tidak salah orang," jawab gadis itu ketus.
Tangannya mengepal, lalu dalam kecepatan kilat pukulannya melayang ke wajah Hans. Hans tersandar tidak siap mendapat serangan yang begitu tiba-tiba.
Semua orang berseru kaget melihat seorang Hans yang terkenal dingin dan kejam pada wanita di pukul dengan mudahnya di tempat umum. Yang lebih mengagetkan lagi pelakunya adalah seorang gadis cantik yang terlihat masih sangat muda.
"Apa yang kau lakukan?!" sergah Hans dengan amarah tertahan.
Ia berdiri, memposisikan diri tepat di depan gadis itu. Membuat kesenjangan tinggi tubuh mereka terlihat begitu jelas. Gadis itu mendongak, membalas tatapan Hans dengan sepasang bola mata yang menyala-nyala.
"Kau telah menyakiti sahabatku, itu adalah balasan karena kau telah mempermainkan hatinya," jelas gadis itu tanpa rasa takut.
"Siapa nama sahabatmu itu? Bawa ke sini biar aku kasih pelajaran karena telah berani memfitnahku," kecam Hans.
"Tidak perlu. Semuanya sudah jelas, kau adalah orang yang telah berkhianat dan membuatnya menangis. Sekarang kau berurusan denganku," sergahnya, kembali melayangkan pukulan ke pipi Hans.
Namun, kali ini Hans sudah memprediksi serangan itu. Tangannya bergerak cepat, menangkap tangan gadis itu lalu menahannya dengan kuat.
"Lepaskan tanganku!" teriaknya.
"Tidak semudah itu, Nona. Tanganmu sudah lancang memukulku, berarti kau harus siap menerima hukuman," ancam Hans dengan seringai kemenangan di bibirnya.
"Kau ingin balas memukulku? Silakan saja, aku tidak takut!" tantangnya sambil terus meronta, berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Hans.
"Begitukah? Kalau begitu terimalah ini."
Hans melayangkan tangannya yang satu lagi, membuat gadis itu spontan menutup mata karena takut.
Namun, bukan pukulan yang ia terima, melainkan sebuah lumatan kasar di bibirnya yang ranum.
"Hmmmp ... hmmmph," gadis itu berusaha menyuarakan protes, tetapi percuma karena Hans bagaikan singa yang lapar terus melumat bibir mungil itu dengan buas.
"Apa yang kau lakukan?!" protes gadis itu, terengah-engah begitu Hans melepaskan bibirnya.
"Berhentilah memakiku, Nona. Apa kau ingin merasakan hukuman berikutnya? Tetapi aku tidak janji jika rasanya akan tetap sama," ancam Hans, bersiap mendekatkan wajahnya kembali.
Gadis itu mendorong wajah Hans sekuat tenaga.
"Dasar pria mesum. Akan aku laporkan kau ka-mmmphhh,"
"Aduuuh, Shenka. Apa-apaan kamu?"
Tiba-tiba seorang gadis lainnya datang langsung menutup mulut gadis yang ia panggil dengan nama Shenka itu.
"Maaf, Pak. Maaaaf. Teman saya salah paham. Maafkan saya, maaf," pintanya sambil menundukkan kepala berkali-kali.
Tanpa memedulikan pandangan orang-orang yang sedang kebingungan, ia pun menyeret Shenka meninggalkan ruangan VIP itu.
"Apa-apaan sih, Mila? Kenapa kamu meminta maaf kepada bajingan itu?" protes Shenka setelah mulutnya bebas dari jari-jari Mila.
"Aduh, Shen. Kamu tuh salah orang."
"Salah orang gimana? Kamu bilang bajingan itu bernama Hans, pengunjung VIP di kelab ini."
"Memang benar, tetapi bukan pria yang tadi kamu pukuli. Ya, Tuhaaan. Habislah riwayatku," erang Mila dengan wajah pucat.
"Aku gak ngerti, deh. Salah orang gimana? Jelasin dong, Mil."
"Pria yang mempermainkanku namanya Hans Daromesh. Sementara pria tadi, namanya Hans Fernandes Adalrich, pria terkaya di kota iniii," jelas Mila.
"Pria tadi ... dari keluarga ... Adalrich?" tanya Shenka terbata.
"Ya, dia adalah generasi ketiga keluarga Adalrich yang terkenal dingin dan kejam pada perempuan. Kelab ini salah satu miliknya, dan kau berhasil membuatku jadi pengangguran."
Shenka terdiam. Bola matanya berputar, menandakan dirinya sedang berpikir keras.
"Sudahlah, tenang saja. Jika dia memecatmu, masih ada aku yang akan mengurusmu," katanya kemudian, lalu merangkul bahu Mila dengan cuek.
"Bagaimana kamu bisa mengurusku? Hidupmu sendiri tidak jelas," sungut Mila.
"Sudaaah, percaya deh sama aku. Kamu ga bakal jadi pengangguran kok. Sekarang ayo kita pulang, kamu harus tidur cepat malam ini biar besok semangat lagi," sambungnya.
***
Sementara itu di dalam kelab, Hans duduk dengan wajah tegang. Seumur hidupnya baru kali ini ia dipermalukan begitu oleh perempuan.
"Siapa gadis tadi?" tanyanya pada Rovan, manajer kelabnya itu.
"Saya tidak tahu namanya, Pak. Tetapi sering melihat dia datang menjemput karyawan kita yang bernama Mila."
"Jadi sahabatnya itu bernama Mila? Mulai besok pecat dia. Aku tidak butuh karyawan yang punya teman minim attitude seperti itu," perintah Hans dingin.
"Baik, Pak," sahut Rovan patuh.
Tanpa menunggu lagi, ia pun segera mengirim pesan singkat kepada Mila.
***
"Kamu bilang aku tidak akan dipecat. Lalu apa ini?" protes Mila sambil memperlihatkan layar ponselnya pada Shenka.
Shenka yang sedang berganti pakaian langsung meraih ponsel dari tangan Mila, lalu membaca pesan itu dengan suara lantang.
"Kepada Saudari Mila yang terhormat. Sehubungan dengan insiden yang terjadi di ruangan VIP malam ini, dengan menyesal kami harus katakan Saudari dipecat. Mulai besok tidak usah datang lagi, sisa gaji Saudari akan kami kirimkan sesuai jadwal. Terimakasih."
"Gerak cepat juga mereka," gumam Shenka.
"Kamu sih, pake mukulin orang segala. Runyam gini deh jadinya," keluh Mila.
"Habis aku kesel liat kamu nangis terus beberapa malam ini. Kamu tahu sendiri aku paling benci dengan laki-laki yang suka mempermainkan perempuan," sahut Shenka membela diri.
"Iya, aku tahu. Tapi sekarang aku udah ga bisa kerja lagi. Trus kita mau makan apa?" tanya Mila putus asa.
"Udah, tenang. Kalo urusan makan sih gampang," sahut Shenka santai.
"Gampang-gampang kepalamu peyang. Kita berdua nganggur, Shen. Sadar ga sih?" tanya Mila dengan mata mendelik.
"Sadar, dong. Udah ga usah ngambek gitu. Nih, uang sewa untuk bulan ini. Cukup, kan?" kata Shenka sambil menyodorkan sejumlah uang.
"Kok kamu tiba-tiba ada uang. Dapat dari mana?" tanya Mila heran.
"Kerja, dong," jawab Shenka.
"Kerja apa?"
"Ada, deh. Rahasia."
"Jangan bilang kamu jadi sugar baby-nya oom-oom, ya?"
"Ish ... najis. Sorry, ya. Gini-gini aku gadis baik-baik. Ga minat jadi sugar baby," sanggah Shenka.
"Tapi ... kalau sugar baby-nya si Adalrich tadi sih ga papa, Shen. Dia kan kaya raya, ganteng lagi. Gimana rasa ciumannya? Hot, gak?" goda Mila.
"Apaan sih kamu? Aku lempar piring nih!" ancam Shenka, siap-siap mengambil piring yang tidak jauh dari jangkauannya.
"Ampun, bang jago!" teriak Mila, sambil lari ke kamar mandi.
***
Pukul dua dinihari Hans sampai di apartemen mewah miliknya. Ia berdiri di depan kaca sambil menatap pantulan dirinya yang terlihat tampan tapi menyembunyikan guratan kesepian.
Siapa orang yang tidak mengenal Hans Fernandez Adalrich? Konglomerat generasi ketiga yang memiliki perusahaan di berbagai bidang. Wajahnya tampan, tubuh proporsional bak model kelas dunia. Membuatnya menjadi incaran para wanita.
Namun, di balik gemerlap dirinya yang cemerlang, tak seorang pun tahu jika Hans memiliki aib yang sangat memalukan. Tidak jelas apa penyebabnya, tetapi di saat teman-teman remajanya tertarik secara seksual pada lawan jenis, tubuh Hans menunjukkan reaksi yang berbeda. Organ vitalnya tidak bereaksi terhadap tayangan ataupun sentuhan erotis. Jangankan berhasrat secara seksual, ia justru merasa ingin muntah saat berdekatan dengan kaum Hawa itu.
Hal itu meruntuhkan kepercayaan dirinya, tetapi demi harga diri yang tersisa Hans membentengi dirinya dengan sikap cuek dan dingin pada wanita.
Hembusan napas panjang mengiringi tatapan panjang Hans pada pantulan dirinya di dalam cermin.
Hans meraba bibirnya, lalu mengusap pelan permukaannya. Ciuman panas yang ia berikan pada gadis bernama Shenka di kelab tadi kembali hadir membayangi. Untuk pertama kalinya Hans merasakan gelenyar asing di tubuhnya.
"Mengapa bibir itu manis sekali?" tanya Hans.
Ia memejamkan mata, memutar kembali momen saat bibirnya melumat bibir merah muda itu.
'Kenyal, manis, dan menggairahkan,' bisiknya dalam hati.
"Aah ...!" seru Hans tertahan.
Bagian bawah tubuhnya tiba-tiba bereaksi. Hans mengalihkan pandangannya, menatap bagian bawah tubuhnya dengan takjub.
"Apa ini? Apakah aku terangsang?" tanyanya heran.
Hans membuka resleting celananya, menurunkan boxer, lalu mengamati miliknya yang mulai menggeliat.
"Bagaimana ini terjadi?! Apakah karena terbayang ciuman dengan gadis itu?" tanya Hans dengan wajah berbinar-binar.
Ini adalah pertama kalinya Hans merasakan hal itu sejak ia menyadari dirinya seorang pria dewasa.
Selama ini ia selalu merasa jijik setiap kali melihat wanita, terutama wanita yang terang-terangan menunjukkan ketertarikan pada dirinya. Jangankan berhasrat secara seksual, berbicara dengan wanita saja sebisa mungkin ia hindari karena tidak ingin tiba-tiba muntah di hadapan mereka.
Hans menaikkan celananya kembali, bergegas menuju kamar, lalu menyalakan video. Ia ingin memastikan kembali kondisi kejantanannya. Suara desahan erotis meluncur dari pengeras suara, tapi Hans tidak merasakan apa pun pada tubuhnya padahal dua sejoli di video itu tengah larut dalam gelombang gairah menuju puncak kenikmatan. Yang ada dia justru merasa perutnya teraduk-aduk karena mual. Tak tahan dengan siksaan itu, ia pun lari ke kamar mandi lalu memuntahkan semua ia perutnya.
"Kenapa tidak terasa apa-apa?" tanya Hans heran.
Ia menyeka mulutnya lalu mengeluarkan miliknya yang ternyata telah tertidur kembali. Hans mendebas kasar dengan kecewa.
"Sampai kapan aku harus begini?" keluhnya dengan nada putus asa.
Sejujurnya Hans iri melihat teman-temannya bisa menikmati malam yang panas dengan teman kencan mereka. Namun, Hans terpaksa bersembunyi di balik sikapnya yang dingin dan kejam demi menjaga aibnya. Hans bahkan tidak segan merendahkan wanita yang dengan terang-terangan menggoda dirinya. Dalam hati terkadang Hans menyesalinya, tetapi ia terpaksa melakukan itu agar reputasi dirinya tetap terjaga.
"Haruskah aku mencoba lagi dengan gadis itu?" tanya Hans pada dirinya.
Hans meraih ponsel, lalu mengetik sebuah pesan.
"Batalkan pemecatan karyawan itu. Suruh dia menghadapku besok malam."
"Penjara ... atau habiskan satu malam denganku." "Maaf, keperawanan saya tidak bisa Anda dapatkan begitu saja, Pak!" "Kalau begitu bersiaplah berhadapan dengan proses hukum. Asal kamu tahu, aku tidak akan segan menuntutmu dengan hukuman berat." "Keperawanan saya sangat berharga. Saya tidak ada niat melakukan hubungan itu sebelum menikah. Kalau Anda menginginkan keperawanan saya ... nikahi saya terlebih dahulu!" "Aku tidak perlu menikah jika hanya untuk meniduri perempuan. Apa istimewanya milikmu itu sampai aku harus menikahimu?" Di depan lelaki itu, ia membuka pakaian dalamnya lalu memperlihatkan miliknya yang istimewa. Lelaki itu terpana, dengan gugup bertanya, "Apakah kau yakin sudah berusia dua puluh lima tahun? Mengapa milikmu bisa mulus seperti bayi begini?" *** Sheila Damaris tidak menyangka keputusannya untuk membiayai pengobatan sang ibu akan mengubah jalan hidupnya sedemikian drastis. Dari wanita elegan yang terkenal di kalangan pria, ia harus hidup sebagai istri kontrak sang direktur yang angkuh dan kejam. Awalnya ia menikmati peran baru sebagai istri Revian—sang direktur di tempatnya berkerja—, tetapi begitu lelaki itu tahu identitas kekasih Sheila sebelum menikahinya, sikapnya langsung berubah total. Hari demi hari Sheila lalui dalam penderitaan karena Revian hanya menjadikannya sebagai budak pemuas nafsu semata. Siapakah identitas kekasih Sheila sebelumnya? Apa yang akan Sheila lakukan untuk membalas semua kekejaman Revian?
Zain, seorang pengusaha terkenal yang terlihat muda di usianya yang mendekati empat puluh. Ia adalah seorang pria yang nyaris sempurna tanpa cela. Namun, tidak seorang pun yang tahu. Lima tahun yang lalu pasca menyaksikan pengkhianatan istrinya, Zain mengalami kecelakaan tragis. Dampak kecelakaan itu ia mengalami disfungsi seksual. Demi harga dirinya, Zain menjaga aib itu rapat-rapat. Namun, hal itu dimanfaatkan Bella untuk berbuat semena-mena. Kecewa karena Zain tidak mampu memberinya kepuasan, Bella bermain gila dengan banyak pria. Zain tidak berkutik, hanya bisa pasrah karena tidak ingin kekurangan dirinya diketahui oleh orang banyak. Namun, semuanya berubah saat Zain mengenal Yvone, gadis muda yang mabuk di kelab malam miliknya. Untuk pertama kalinya, Zain kembali bergairah dan memiliki hasrat kepada seorang wanita. Namun, Yvone bukanlah gadis sembarangan. Ia adalah kekasih Daniel, anak tirinya sendiri. Mampukah Zain mendapatkan kebahagiaannya kembali?
Kisah seorang ibu rumah tangga yang ditinggal mati suaminya. Widya Ayu Ningrum (24 Tahun) Mulustrasi yang ada hanya sebagai bentuk pemggambran imajinasi seperti apa wajah dan bentuk tubuh dari sang pemain saja. Widya Ayu Ningrum atau biasa disapa Widya. Widya ini seorang ibu rumah tangga dengan usia kini 24 tahun sedangkan suaminya Harjo berusia 27 tahun. Namun Harjo telah pergi meninggalkan Widy sejak 3 tahun silam akibat kecelakaan saat hendak pulang dari merantau dan karna hal itu Widya telah menyandang status sebagai Janda di usianya yang masih dibilang muda itu. Widya dan Harjo dikaruniai 1 orang anak bernama Evan Dwi Harjono
"Jodoh itu rahasia Allah. Allah pertemukan kita pada orang yang salah pada awalnya dan mempertemukan kita dengan jodoh yang sesuai pada akhirnya. Itulah tanda Allah sayang pada hamba-Nya." Ini kisah tentang Sabrina. Seorang gadis yang selalu menyelipkan nama seseorang dalam doanya. Berharap bahwa nama itulah yang akan menjadi imamnya kelak. Namun takdir berkata lain saat sang ayah memintanya untuk menikah dengan seorang lelaki bernama Agam. Ya. Sabrina dan Agam. Dua orang yang sebelumnya tidak saling mengenal. Namun dipaksa saling mencintai karena sebuah ikatan yang bernama pernikahan. Pada akhirnya, bisakah Sabrina melupakan masa lalunya dan mulai mencintai Agam? ***** Kepoin instagram author juga : @iney_calysta
WARNING 21+‼️ (Mengandung adegan dewasa) Di balik seragam sekolah menengah dan hobinya bermain basket, Julian menyimpan gejolak hasrat yang tak terduga. Ketertarikannya pada Tante Namira, pemilik rental PlayStation yang menjadi tempat pelariannya, bukan lagi sekadar kekaguman. Aura menggoda Tante Namira, dengan lekuk tubuh yang menantang dan tatapan yang menyimpan misteri, selalu berhasil membuat jantung Julian berdebar kencang. Sebuah siang yang sepi di rental PS menjadi titik balik. Permintaan sederhana dari Tante Namira untuk memijat punggung yang pegal membuka gerbang menuju dunia yang selama ini hanya berani dibayangkannya. Sentuhan pertama yang canggung, desahan pelan yang menggelitik, dan aroma tubuh Tante Namira yang memabukkan, semuanya berpadu menjadi ledakan hasrat yang tak tertahankan. Malam itu, batas usia dan norma sosial runtuh dalam sebuah pertemuan intim yang membakar. Namun, petualangan Julian tidak berhenti di sana. Pengalaman pertamanya dengan Tante Namira bagaikan api yang menyulut dahaga akan sensasi terlarang. Seolah alam semesta berkonspirasi, Julian menemukan dirinya terjerat dalam jaring-jaring kenikmatan terlarang dengan sosok-sosok wanita yang jauh lebih dewasa dan memiliki daya pikatnya masing-masing. Mulai dari sentuhan penuh dominasi di ruang kelas, bisikan menggoda di tengah malam, hingga kehangatan ranjang seorang perawat yang merawatnya, Julian menjelajahi setiap tikungan hasrat dengan keberanian yang mencengangkan. Setiap pertemuan adalah babak baru, menguji batas moral dan membuka tabir rahasia tersembunyi di balik sosok-sosok yang selama ini dianggapnya biasa. Ia terombang-ambing antara rasa bersalah dan kenikmatan yang memabukkan, terperangkap dalam pusaran gairah terlarang yang semakin menghanyutkannya. Lalu, bagaimana Julian akan menghadapi konsekuensi dari pilihan-pilihan beraninya? Akankah ia terus menari di tepi jurang, mempermainkan api hasrat yang bisa membakarnya kapan saja? Dan rahasia apa saja yang akan terungkap seiring berjalannya petualangan cintanya yang penuh dosa ini?
Kulihat ada sebuah kamera dengan tripod yang lumayan tinggi di samping meja tulis Mamih. Ada satu set sofa putih di sebelah kananku. Ada pula pintu lain yang tertutup, entah ruangan apa di belakang pintu itu. "Umurmu berapa ?" tanya Mamih "Sembilanbelas, " sahutku. "Sudah punya pengalaman dalam sex ?" tanyanya dengan tatapan menyelidik. "Punya tapi belum banyak Bu, eh Mam ... " "Dengan perempuan nakal ?" "Bukan. Saya belum pernah menyentuh pelacur Mam. " "Lalu pengalamanmu yang belum banyak itu dengan siapa ?" "Dengan ... dengan saudara sepupu, " sahutku jujur. Mamih mengangguk - angguk sambil tersenyum. "Kamu benar - benar berniat untuk menjadi pemuas ?" "Iya, saya berminat. " "Apa yang mendorongmu ingin menjadi pemuas ?" "Pertama karena saya butuh uang. " "Kedua ?" "Kedua, karena ingin mencari pengalaman sebanyak mungkin dalam soal sex. " "Sebenarnya kamu lebih tampan daripada Danke. Kurasa kamu bakal banyak penggemar nanti. Tapi kamu harus terlatih untuk memuaskan birahi perempuan yang rata - rata di atas tigapuluh tahun sampai limapuluh tahunan. " "Saya siap Mam. " "Coba kamu berdiri dan perlihatkan punyamu seperti apa. " Sesuai dengan petunjuk Danke, aku tak boleh menolak pada apa pun yang Mamih perintahkan. Kuturunkan ritsleting celana jeansku. Lalu kuturunkan celana jeans dan celana dalamku sampai paha.
Seto lalu merebahkan tubuh Anissa, melumat habis puting payudara istrinya yang kian mengeras dan memberikan gigitan-gigitan kecil. Perlahan, jilatannya berangsur turun ke puser, perut hingga ke kelubang kenikmatan Anissa yang berambut super lebat. Malam itu, disebuah daerah yang terletak dipinggir kota. sepasang suami istri sedang asyik melakukan kebiasaan paginya. Dikala pasangan lain sedang seru-serunya beristirahat dan terbuai mimpi, pasangan ini malah sengaja memotong waktu tidurnya, hanya untuk melampiaskan nafsu birahinya dipagi hari. Mungkin karena sudah terbiasa, mereka sama sekali tak menghiraukan dinginnya udara malam itu. tujuan mereka hanya satu, ingin saling melampiaskan nafsu birahi mereka secepat mungkin, sebanyak mungkin, dan senikmat mungkin.