"Aku sudah mati, entah bagaimana aku bisa jatuh hati." "Manusia dan Jin hidup di bumi yang sama, namun dilarang hidup bersama."
Malam sangat dingin kali ini. Seorang pria sedang berjalan di depan sebuah pemakaman. Masih saja terasa seram meski malam ini adalah malam Kamis. Semerbak aroma melati menyeruak memenuhi jalanan. Seorang gadis duduk di atas pagar kuburan yang tingginya hanya 100 sentimeter.
Pria itu melihatnya. Namun, ia berpura-pura tidak peduli dan terus berjalan. Greekk~ leher gadis itu berputar 360°. Tatapannya menyeringai. Matanya terlihat dari sela-sela rambut hitam yang menggumpal. Pria itu masih berusaha memberanikan diri. Namun, sosok gadis itu melayang menghampirinya. Pria itu ketakutan bukan main, kakinya mendadak lemah. Seperti hendak terjatuh, tetapi takut merasakan sakit.
"Mas, mau ke mana?" Suara serak mendayu bersama embusan angin malam seketika membuat seluruh bulu di tubuh pria itu berdiri tegak bak jarum akupunktur.
"AARRRGGGHHHH!!!! ASTAGHFIRULLAH!!! ASTAGHFIRULLAH SETANN!!!" teriak pria itu sambil berlari terbirit-birit.
"Ha ha! Hahaha!! Sama setan kok takut? Ha ha!" Gadis itu berguling-guling di jalanan berlapis aspal karena merasa geli akan ekspresi pria yang ketakutan tersebut.
***
Malam berikutnya, di tengah kuburan seluas 500 meter persegi, terdapat kerajaan jin yang dihuni oleh ribuan jenis dan bentuk makhluk tak kasat mata.
Kirana, salah satu jin yang mengabdi untuk kerajaan itu. Ia meninggal dunia karena bunuh diri di toilet umum. Semasa hidupnya, Kirana tak pernah mendapat kasih cinta tulus dari kedua orang tuanya. Ibu Kirana meninggal dunia sedari Kirana berusia dini. Ayahnya menikah lagi dengan seorang wanita kejam. Ratusan bahkan ribuan kali ia disiksa oleh wanita yang ayahnya nikahi itu, hingga akhirnya Kirana memutuskan untuk mengakhiri semua kesedihan tersebut dengan bunuh diri.
Tapi, kenapa harus di toilet umum? Hm, mungkin biar trending topik di koran dan televisi (Anggap saja begitu).
Tentu, kematiannya itu yang menyebabkan ia terjebak di antara alam baka dan alam manusia. Meninggal dunia di usia 21 tahun dengan jiwa yang masih belum cukup dewasa, Kirana selalu menampakkan diri di depan kuburan untuk menakut-nakuti manusia di malam hari. Ya, dengan begitu ia bisa mengatasi rasa bosannya (Gabut amat jadi jin).
Malam ini, tepat malam Jumat Kliwon. Kirana bersiap-siap untuk menakut-nakuti manusia. Ia sudah sangat hafal. Setiap malam Jumat, selalu ada orang yang datang ke kerajaan mereka untuk meminta angka keberuntungan alias nomor togel. Memintanya pun tidak tanggung-tanggung, sekali minta untuk angka selama satu minggu.
"Kirana!" panggil Susanto, Raja Jin di kuburan. Pria berjanggut putih dengan tongkat sakti di tangannya.
"Iya," sahut Kirana sambil berguling-guling di atas kuburan agar tubuhnya menjadi kotor.
"Hentikan tingkah konyolmu itu. Manusia bisa saja menangkapmu," ucap Susanto.
"Tidak akan. Tidak semua dari mereka bisa membaca doa," lawan Kirana.
"Kau tahu? Meskipun mereka tak bisa membaca doa, tetap saja kita tidak bisa melukai mereka. Ada batas yang tidak bisa disentuh antara kita dan manusia," jelas Susanto kembali menjadi asap dan terbang ke istananya.
Tidak, Kirana tidak berpikir seperti itu. Dia pernah hidup, dia tahu bahwa manusia takut pada kaum jin. Kirana juga tidak akan menyakiti manusia, dia hanya menakut-nakutinya.
Tepat jam 11 malam, dua pria memarkir motor di luar pagar kuburan dan berjalan dengan lampu senter ke dalam kuburan itu. Kirana berdiri di belakang pohon bunga Kenanga. Meski ranting pohon itu kecil, tubuh Kirana tetap tak terlihat.
Pria itu menggali sedikit kuburan baru yang tanahnya masih merah dan basah. Mereka memasukkan sebuah telur dan buku catatan kecil dan juga pena.
"Apa kita disuruhnya belajar?" gerutu Kirana memerhatikan.
"Datuk, tolong tuliskan nomor togel besok sampai Jumat depan," ucap mereka sambil menyatukan kedua telapak tangannya seolah menyembah.
"Dia kira, jin seperti kita bisa memegang pena? Aduh, terlalu banyak menonton film horor," ejek Kirana.
"Gerhana Bulan!!!" teriak Susanto mengejutkan Kirana yang sedang bersembunyi.
"Aaastaga! Kenapa tidak mati saja kakek tua ini!" gerutu Kirana kesal.
"Aku sudah mendiami kuburan ini lebih dari 200 tahun!!" bentak Susanto yang muncul secara tiba-tiba.
Kirana tertegun sesaat. "Aaass!!! Kenapa tidak kaukejutkan manusia itu?! Tidak ada gunanya mengejutkan hantu sepertiku!" teriaknya.
"Biarkan mereka! Kembali ke istana!! Berbahaya!! Gerhana Bulan!!" jerit Susanto.
"Memangnya kenapa kalau gerhana bulan?! Apa manusia serigala akan datang ke sini?! Vampir atau Zombi?!" bantah Kirana.
"Sesuatu di luar nalar akan terjadi di saat Bumi berada di tengah-tengah antara Matahari dan Bulan!!!"
"Tunggu sebentar!! Biarkan aku menakut-nakuti manusia bodoh ini. Nalar mereka benar-benar sudah rusak. Apa dia kira hantu seperti kita bisa meramal masa depan?! Kenapa tidak bertanya pada Komet?! Dia lebih dekat dengan angkasa, dia bisa mencuri informasi tentang masa depan!" geram Kirana dan berubah menjadi asap (partikel kecil yang bisa melayang) mendekati kedua pria yang sedang menyembah kuburan.
"Kirana!!!" teriak Susanto mencoba untuk menghentikannya.
Namun, Bulan segera tertutup sepenuhnya oleh bayangan Bumi yang dipantulkan oleh Matahari. Susanto tak memiliki pilihan lain, memang sangat sulit mengatur jin nakal seperti Kirana. Ia masuk ke dalam istananya demi berlindung dari sinar gerhana bulan.
"Datuk, kami akan datang besok untuk mengambil jawabannya," ucap pria itu dan berdiri.
Seketika, sosok Kirana dengan rambutnya yang super panjang dan tubuh asapnya mengejutkan kedua pria itu. Kirana benar-benar pandai menakut-nakuti manusia. Ia memutar kepalanya hingga 360°.
"Aa-aaa-aarghhhh!!!!! SETAAAAANNNNNN!!!!" teriak mereka lari terbirit-birit hingga meninggalkan sendal jepitnya yang bertuliskan Slalow.
"Aku bukan Setan!! Kalian yang setan, datang ke kuburan hanya untuk nomor togel, kurang ajar!!" omel Kirana. Kedua pria itu mengendarai motornya dan pergi dengan kalang kabut.
Deg~
Cahaya Gerhana Bulan Total mengenai tubuh asap yang Kirana miliki. Terasa seperti menyetrum. Kirana kalang kabut mengubah dirinya menjadi asap dan melayang ke istana. Namun, kecepatannya melemah. Susanto dan semua makhluk halus lainnya bersorak memanggil namanya agar segera menghindar dari sinar menakutkan itu.
Kirana terjatuh ke tanah dengan wujud asapnya. Ia tak bisa bergerak meski ia mencoba untuk melayang kembali. Partikel kecil itu bercampur dengan sinar gerhana bulan dan mengembang. Wujud Kirana kembali terlihat seperti saat ia menakut-nakuti manusia tadi.
"KIRAAANAAA!!!" teriak para jin dengan berbagai macam bentuk.
"Semuanya! Jangan keluar dari istana selama gerhana bulan! Sinar itu sangat di luar nalar!" perintah Susanto.
"Heg!" jerit Kirana yang benar-benar tak bisa menggerakkan seluruh tubuh termasuk lidahnya.
Selama 8 menit sinar itu menyinari tubuh Kirana. Gadis itu menyerap semua sinar yang gerhana bulan itu pancarkan dari awal hingga akhir.
Kirana terduduk di atas nisan ubin dan bersandar pada pohon bunga Bugenvil, tiba-tiba-
Brakk~ Pohon itu patah. Susanto dan semua jin lainnya datang mendekati Kirana.
"Aawww!!" jerit Kirana.
Mereka begitu terkejut, kini Kirana memiliki kaki dan wujud yang terlihat dengan wajahnya yang masih tetap seperti hantu.
"Dia memiliki wujud!!!" jerit salah satu jin.
"Kau bukan lagi bagian dari makhluk gaib!!"
"Dia bisa saja ditangkap oleh manusia!"
"Hantu berwujud!!!!"
Kirana menyentuh tubuh dan kakinya. Dia tertegun dengan matanya yang membesar. Refleks, mulutnya malah berteriak, "AAARRRGGHHHHHHHH!!!!"
Kemudian Andre membuka atasannya memperlihatkan dada-nya yang bidang, nafasku makin memburu. Kuraba dada-nya itu dari atas sampah kebawah melawati perut, dah sampailah di selangkangannya. Sambil kuraba dan remas gemas selangkangannya “Ini yang bikin tante tadi penasaran sejak di toko Albert”. “Ini menjadi milik-mu malam ini, atau bahkan seterusnya kalau tante mau” “Buka ya sayang, tante pengen lihat punya-mu” pintuku memelas. Yang ada dia membuka celananya secara perlahan untuk menggodaku. Tak sabar aku pun jongkok membantunya biar cepat. Sekarang kepalaku sejajar dengan pinggangnya, “Hehehe gak sabar banget nih tan?” ejeknya kepadaku. Tak kupedulikan itu, yang hanya ada di dalam kepalaku adalah penis-nya yang telah membuat penasaran seharian ini. *Srettttt……
Anne mengikuti kontrak tertentu: dia akan menikah dengan Kevin dan melahirkan anaknya pada akhir tahun. Kalau tidak, dia akan kehilangan semuanya. Namun, itu lebih mudah diucapkan daripada dilakukan. Menghadapi penghinaan hari demi hari, dia sudah kehabisan kesabaran. Kali ini, dia tidak mau menyerah. Pada hari kecelakaan Kevil, Anne mengorbankan dirinya untuk menyelamatkannya. Meskipun dia hidup, dia akan segera menghilang di hadapan dunia. Nasib mereka terikat sekali lagi setelah bayi mereka tumbuh. Anne mungkin telah kembali kepadanya, tetapi dia bukan lagi wanita yang sedang mengejar cinta Kevin. Sekarang, Anne siap berjuang untuk putranya.
Novel ini berisi kompilasi beberapa cerpen dewasa terdiri dari berbagai pengalaman percintaan penuh gairah dari beberapa karakter yang memiliki latar belakang profesi yan berbeda-beda serta berbagai kejadian yang dialami oleh masing-masing tokoh utama dimana para tokoh utama tersebut memiliki pengalaman bercinta dengan pasangannya yang bisa membikin para pembaca akan terhanyut. Berbagai konflik dan perseteruan juga kan tersaji dengan seru di setiap cerpen yang dimunculkan di beberapa adegan baik yang bersumber dari tokoh protagonis maupun antagonis diharapkan mampu menghibur para pembaca sekalian. Semua cerpen dewasa yang ada pada novel kompilasi cerpen dewasa ini sangat menarik untuk disimak dan diikuti jalan ceritanya sehingga menambah wawasan kehidupan percintaan diantara insan pecinta dan mungkin saja bisa diambil manfaatnya agar para pembaca bisa mengambil hikmah dari setiap kisah yan ada di dalam novel ini. Selamat membaca dan selamat menikmati!
Kulihat ada sebuah kamera dengan tripod yang lumayan tinggi di samping meja tulis Mamih. Ada satu set sofa putih di sebelah kananku. Ada pula pintu lain yang tertutup, entah ruangan apa di belakang pintu itu. "Umurmu berapa ?" tanya Mamih "Sembilanbelas, " sahutku. "Sudah punya pengalaman dalam sex ?" tanyanya dengan tatapan menyelidik. "Punya tapi belum banyak Bu, eh Mam ... " "Dengan perempuan nakal ?" "Bukan. Saya belum pernah menyentuh pelacur Mam. " "Lalu pengalamanmu yang belum banyak itu dengan siapa ?" "Dengan ... dengan saudara sepupu, " sahutku jujur. Mamih mengangguk - angguk sambil tersenyum. "Kamu benar - benar berniat untuk menjadi pemuas ?" "Iya, saya berminat. " "Apa yang mendorongmu ingin menjadi pemuas ?" "Pertama karena saya butuh uang. " "Kedua ?" "Kedua, karena ingin mencari pengalaman sebanyak mungkin dalam soal sex. " "Sebenarnya kamu lebih tampan daripada Danke. Kurasa kamu bakal banyak penggemar nanti. Tapi kamu harus terlatih untuk memuaskan birahi perempuan yang rata - rata di atas tigapuluh tahun sampai limapuluh tahunan. " "Saya siap Mam. " "Coba kamu berdiri dan perlihatkan punyamu seperti apa. " Sesuai dengan petunjuk Danke, aku tak boleh menolak pada apa pun yang Mamih perintahkan. Kuturunkan ritsleting celana jeansku. Lalu kuturunkan celana jeans dan celana dalamku sampai paha.
Setelah menyembunyikan identitas aslinya selama tiga tahun pernikahannya dengan Kristian, Arini telah berkomitmen sepenuh hati, hanya untuk mendapati dirinya diabaikan dan didorong ke arah perceraian. Karena kecewa, dia bertekad untuk menemukan kembali jati dirinya, seorang pembuat parfum berbakat, otak di balik badan intelijen terkenal, dan pewaris jaringan peretas rahasia. Sadar akan kesalahannya, Kristian mengungkapkan penyesalannya. "Aku tahu aku telah melakukan kesalahan. Tolong, beri aku kesempatan lagi." Namun, Kevin, seorang hartawan yang pernah mengalami cacat, berdiri dari kursi rodanya, meraih tangan Arini, dan mengejek dengan nada meremehkan, "Kamu pikir dia akan menerimamu kembali? Teruslah bermimpi."
Istriku Lidya yang masih berusia 25 tahun rasanya memang masih pantas untuk merasakan bahagia bermain di luar sana, lagipula dia punya uang. Biarlah dia pergi tanpaku, namun pertanyaannya, dengan siapa dia berbahagia diluar sana? Makin hari kecurigaanku semakin besar, kalau dia bisa saja tak keluar bersama sahabat kantornya yang perempuan, lalu dengan siapa? Sesaat setelah Lidya membohongiku dengan ‘karangan palsunya’ tentang kegiatannya di hari ini. Aku langsung membalikan tubuh Lidya, kini tubuhku menindihnya. Antara nafsu telah dikhianati bercampur nafsu birahi akan tubuhnya yang sudah kusimpan sedari pagi.