Perjodohan yang tak di harapkan membuat Ajeng bersikeras untuk melarikan diri menghindari pertunangan yang telah di tentukan. Namun, nasib mujur memang membuat Ajeng merasa dirinya telah menang. Lelaki yang di jodohkan tidak hadir di saat waktu yang telah di tetapkan.
Kinanti duduk terdiam dan menundukkan kepalanya saat Sang Ayah memberikan beberapa wejangan untuk dirinya yang berusaha meminta ijin untuk pergi ke Jakarta melakukan tes wawancara.
"Kamu itu kayak ndak Bapak urus, Kinan! Kamu sudah berhasil menyelesaikan studimu dengan baik dan cepat. Disini walaupun kota kecil, juga banyak pekerjaan yang layak kamu perjuangkan dengan gaji yang sesuai! Tidak perlu harus ke Jakarta!!" ucap Sang Ayah dengan suara tegas kepada anak bungsu kesayangannya itu.
Kinanti terdiam. Baru dua hari yang lalu, Kinanti mendapatkan rekomendasi dari dosen fakultasnya untuk melamar di sebuah perusahaan besar di Jakarta, karena nilainya yang sempurna dosen fakultasnya itu memberikan rekomendasi untuk langsung melakukan tes wawancara di Jakarta.
Melihat putri bungsunya yang tidak memperhatikan ucapannya malah terlihat sedang melamun pun, Sang Ayah langsung murka.
"Kinanti!! Kenapa kamu tidak menjawab pertanyaan Bapak?!" tanya Sang Ayah dengan suara tegas.
Suara lantang Bapak begitu terasa menggema di telinga Kinanti hingga Kinanti mengangkat wajah cantiknya dan memberanikan diri menatap wajah Sang Ayah.
"Maaf Pak. Kinanti tidak mendengar pertanyaan Bapak, bisa di ulang?" tanya Kinanti dengan suara lirih penuh keraguan.
"Kamu itu benar-benar tidak bisa menghargai Bapak, Kinan!!" suara lantang Bapak begitu terasa menakutkan.
"Ma ... Maafkan Kinan, Pak," ucap Kinan pelan penuh rasa takut.
"Bapak tidak akan mengijinkan kamu untuk pergi ke Jakarta!! Apapun alasan kamu, Kinan!! Tetap dirumah dan kalau perlu kamu urus usaha Bapak yang di turunkan dari Kakekmu itu," ucap Bapak Kinan dengan tegas. Semua keputusan ada di tangan Bapak, dan tidak bisa di ganggu gugat.
"Ta ... Tapi Pak. Ini kesempatan langka, yang tidak datang dua kali. Ijinkan Kinan untuk melakukan tes wawancara disana," ucap Kinanti melembut yang masih mencari cara untuk meyakinkan Sang Ayah agar tetap mau memberikan ijin untk dirinya berangkat ke Jakarta esok hari.
"Sekali Bapak bilang tidak, jawabannya pun tetap tidak!! Tidak ada yang boleh membantah apapun perintah Bapak," tegas Bapak Kinan dan langsung pergi meninggalkan Kinan sendiri di ruang tengah itu.
Kinanti hanya bisa diam menatap Sang Ayah yang pergi begitu saja meninggalkan dirinya dengan keputusa yang sebenartnya tidak bisa di terima baik oleh Kinan. Kenapa harus ada perbedaan dengan kedua kakak laki-lakinya. Dulu Mas ardi dan Mas Dimas tidak masalah mau mencari kerja hingga ke ujung pulau sekalipun, tetapi kini Kinanti harus ada sikap posesif dari Bapak.
"Argh ... Kenapa harus berbeda!!" teriak Kinan dengan kesal. Suaranya tidak keras, cukup terdengar untuk dirinya sendiri.
Kinanti pun bangkit berdiri dan pergi menuju kamar tidurnya. Tas berukuran sedang dan satu koper besar untuk keberangkatannya besok sudah di persiapkan sejak kemarin.
Saat dosen fakultasnya memberikan kesempatan baik itu, Kinanti menerimanya dengan senyum lebar. Kinanti adalah mahasiswi cerdas dan pintar.
"Ndok ...." panggil Ibu Kinan dengan suara pelan.
Sejak tadi, Ayu, Ibu Kinan memperhatikan perdebatan antara Suami dan anaknya itu.
Kinanti menoleh ke arah pintu kamar. Sudah ada Ibu yang sedang masuk ke dalam kamarnya.
"Ya Bu," jawab Kinanti dengan pelan.
"Kamu yang sabar ya Ndok. Kamu tahu kan, bagaimana sifat Bapak. Bapak itu keras dan apapun yang menjadi permintaannya harus dituruti," ucap Ibu Kinan menjelaskan dengan suara lembut.
Ayu duduk tepat di depan Kinanti yang bersandar pada sofa malas yang ada di kamar tidurnya. Bersandar sambil memegang boneka panda yang berbulu lembut dan menatap ke arah jendela besar yang mengarah pada pemandangan jalanan.
"Kinan hanya tidak habis pikir dengan jalan pikiran Bapak, Bu. Ini kesempatan langka lho Bu. Kapan lagi, Kinanti dapat rekomendasi dari dosen fakultas untuk masuk ke Perusahaan besar sekelas PT. Surya Atmaja di Jakarta, dan Kinanti langsung tes wawancara dan tidak melalui tes-tes lainnya karena nilai Kinanti yang bagus," ucap Kinanti pelan menjelaskan kepada Ayu, Ibunya.
Ayu mengangguk pelan. Ayu mengerti sekali perasaan Kinanti, putri bungsunya itu. Tentu kputusan Suaminya itu sudah dipikirkan dengan matang dan Sugondo memiliki aasan khusus yang tetap pada pendiriannya untuk tidak memperbolehkan Kinanti mencari pekerjaan dan bekerja di Kota Jakarta.
"Kamu harus sabar Ndok. Lalu, sekarang kamu ingin bagaimana?" tanya Ayu dengan suara lembut memberikan kesempatan keada Kinanti untuk memilih jalannya sendiri.
Kinanti menggelengkan kepalanya pean.
"Ndak tahu Bu. Kinanti juga bingung. Lihat semua sudah Kinanti persiapkan, termasuk memesan tiket kereta dengan jadwal keberangkatan besok pagi," ucap Kinanti dengan suara pelan. Terlihat kebingungan dan kecemasan Kinanti saat ini. Kinanti kecewa dan sangat kecewa dengan keputusan Bapak.
"Jangan pernah nekat Ndok. Pasti Bapak punya alasan lain tidak memperbolehkan kamu untuk berangkat ke Jakarta. Ambil sisi positifnya saja Ndok. Kota Jakarta itu sangat besar dan memiliki segudang misteri yang tidak kita ketahui sebagai pendatang," ucap Ayu, Ibu Kinan mengingatkan.
Kinanti mengangguk pelan. Hal itu yang selalu di ucapkan kedua kakak lelakinya yang selalu memberikan nasihat kepada adik perempuan semata wayangnya.
"Tapi, Kinan juga punya cita-cita Bu. Apakah Kinan tdak boleh menggapai cita-cita? Percuma Kinan sekolah tinggi kalau akhirnya hanya dduk diam di rumah tidak bekerja dan menunggu jodoh datang dengan sendirinya. Apa salah Kinan ingin menjadi wanita karir?" tanya Kinan dengan rentetan pertanyaan yang masuk akal.
"Ibu tahu Ndok. Ibu paham dengan perasaan kamu, Kinan. Tapi, Ibu sendiri tidak bisa berbuat banyak dan Ibu tidak bisa membantumu, apalagi harus membantu untuk merayu Bapak, agar niatmu initerkabulkan," ucap Ayu pelan sambil mengusap kepala Kinanti dengan lembut.
Kinanti mengangguk pelan dan hanya bisa pasrah dengan keadaan ini. Beginilah hidup di desa dengan segala adat istiadat yang masih diagung-agungkan hingga banyak aturan baku yang harus benar-benar diterapkan tanpa bisa menerima perubahan jaman yang sudah mulai mengikis aturan adat istiadat.
"Ya sudah Bu. Kinan hanya bisa diam bukan? Kinan hanya bisa menerima keputusan Bapak tanpa bisa mengelak atau membela diri. Biarkan ijasah dan transkip nilai Kinan di museumkan saja. Tidak perlu di keluarkan lagi, toh itu semua tidak ada gunanya," ucap Kinanti dengan rasa kecewa.
"Maafkan Ibu, Kinan. Ibu mau melanjutkan masak dulu. Hari ini akan ada teman Bapak yang mau mampir ke rumah ini," ucap Ayu dengan pelan memberitahu.
Ucapan Ayu hanya di dengarkan oleh Kinanti dan tidak sedikit pun di perhatikan dengan seksama. Kinanti memang tipe gadis yang tidak mau tahu dengan urusan orang lain, apalagi urusan kedua orang tuanya. Bapak pernah memberi pesan, bahwa jangan terlalu ingin tahu dengan urusan orang lain, karena sifat seperti itu sangat tidak baik bisa berujung kepada iri dan kecemburuan sosial hingga tidak bisa menerima diri sendiri dan kehidupan yang di jalani dengan penuh rasa syukur. Intinya manusia tidak akan pernah puas dengan semua yang telah dimiliki.
Joelle mengira dia bisa mengubah hati Adrian setelah tiga tahun menikah, tetapi dia terlambat menyadari bahwa hati itu sudah menjadi milik wanita lain. "Beri aku seorang bayi, dan aku akan membebaskanmu." Pada hari Joelle melahirkan, Adrian bepergian dengan wanita simpanannya dengan jet pribadi. "Aku tidak peduli siapa yang kamu cintai. Utangku sudah terbayar. Mulai sekarang, kita tidak ada hubungannya satu sama lain." Tidak lama setelah Joelle pergi, Adrian mendapati dirinya berlutut memohon. "Tolong, kembalilah padaku."
Luna tidak pernah menyangka bahwa cinta pertamanya harus berakhir tragis. Reno, pria yang dia cintai ternyata adalah calon kakak tirinya. Romansa yang baru akan dimulai itu pun seolah pupus dalam sekejap. Kendati begitu, cinta yang menggebu antara Luna dan Reno tak dapat dihentikan begitu saja. Mereka memilih berjalan di atas bara api, meski tau perlahan-lahan terbakar bersama. Jika hubungan terlarang diantara mereka terungkap, akankah mereka bisa terus bersama? Dan bagaimana nasib Luna ketika dia harus merelakan masa depannya karena mengandung buah dari hubungan terlarang mereka?
Nafas Dokter Mirza kian memburu saat aku mulai memainkan bagian bawah. Ya, aku sudah berhasil melepaskan rok sekalian dengan celana dalam yang juga berwarna hitam itu. Aku sedikit tak menyangka dengan bentuk vaginanya. Tembem dan dipenuhi bulu yang cukup lebat, meski tertata rapi. Seringkali aku berhasil membuat istriku orgasme dengan keahlihanku memainkan vaginanya. Semoga saja ini juga berhasil pada Dokter Mirza. Vagina ini basah sekali. Aku memainkan lidahku dengan hati-hati, mencari di mana letak klitorisnya. Karena bentuknya tadi, aku cukup kesulitan. Dan, ah. Aku berhasil. Ia mengerang saat kusentuh bagian itu. "Ahhhh..." Suara erangan yang cukup panjang. Ia mulai membekap kepalaku makin dalam. Parahnya, aku akan kesulitan bernafas dengan posisi seperti ini. Kalau ini kuhentikan atau mengubah posisi akan mengganggu kenikmatan yang Ia dapatkan. Maka pilihannya adalah segera selesaikan. Kupacu kecepatan lidahku dalam memainkan klitorisnya. Jilat ke atas, sapu ke bawah, lalu putar. Dan aku mulai memainkan jari-jariku untuk mengerjai vaginanya. Cara ini cukup efektif. Ia makin meronta, bukan mendesah lagi. "Mas Bayuu, oh,"
WARNING 21+ !!! - Cerita ini di buat dengan berhalu yang menimbulkan adegan bercinta antara pria dan wanita. - Tidak disarankan untuk anak dibawah umur karna isi cerita forn*graphi - Dukung karya ini dengan sumbangsihnya Terimakasih
Setelah tiga tahun tanpa cinta, pengkhianatan Nando sangat melukai Kumala. Dia tidak membuang waktu untuk menyingkirkan pria itu! Setelah perceraian, dia mengabdikan dirinya untuk mengejar karier. Menjadi terkenal sebagai desainer top, dokter yang terampil, dan peretas brilian, dia menjadi figur yang dihormati. Nando, menyadari kesalahan besarnya, mencoba dengan-untuk memenangkannya kembali, hanya untuk menyaksikan pernikahannya yang megah dengan orang lain. Saat sumpah mereka disiarkan di papan reklame terbesar di dunia, Farhan menyelipkan cincin ke jari Kumala dan menyatakan, "Kumala sekarang adalah istriku, harta karun yang tak ternilai harganya. Biarlah semua orang yang menginginkannya berhati-hati!"
Hari itu adalah hari yang besar bagi Camila. Dia sudah tidak sabar untuk menikah dengan suaminya yang tampan. Sayangnya, sang suami tidak menghadiri upacara tersebut. Dengan demikian, dia menjadi bahan tertawaan di mata para tamu. Dengan penuh kemarahan, dia pergi dan tidur dengan seorang pria asing malam itu. Dia pikir itu hanya cinta satu malam. Namun yang mengejutkannya, pria itu menolak untuk melepaskannya. Dia mencoba memenangkan hatinya, seolah-olah dia sangat mencintainya. Camila tidak tahu harus berbuat apa. Haruskah dia memberinya kesempatan? Atau mengabaikannya begitu saja?