/0/6192/coverbig.jpg?v=cd1bd1ac74c80758e3c79bebbca0fb57)
Perjodohan yang tak di harapkan membuat Ajeng bersikeras untuk melarikan diri menghindari pertunangan yang telah di tentukan. Namun, nasib mujur memang membuat Ajeng merasa dirinya telah menang. Lelaki yang di jodohkan tidak hadir di saat waktu yang telah di tetapkan.
Kinanti duduk terdiam dan menundukkan kepalanya saat Sang Ayah memberikan beberapa wejangan untuk dirinya yang berusaha meminta ijin untuk pergi ke Jakarta melakukan tes wawancara.
"Kamu itu kayak ndak Bapak urus, Kinan! Kamu sudah berhasil menyelesaikan studimu dengan baik dan cepat. Disini walaupun kota kecil, juga banyak pekerjaan yang layak kamu perjuangkan dengan gaji yang sesuai! Tidak perlu harus ke Jakarta!!" ucap Sang Ayah dengan suara tegas kepada anak bungsu kesayangannya itu.
Kinanti terdiam. Baru dua hari yang lalu, Kinanti mendapatkan rekomendasi dari dosen fakultasnya untuk melamar di sebuah perusahaan besar di Jakarta, karena nilainya yang sempurna dosen fakultasnya itu memberikan rekomendasi untuk langsung melakukan tes wawancara di Jakarta.
Melihat putri bungsunya yang tidak memperhatikan ucapannya malah terlihat sedang melamun pun, Sang Ayah langsung murka.
"Kinanti!! Kenapa kamu tidak menjawab pertanyaan Bapak?!" tanya Sang Ayah dengan suara tegas.
Suara lantang Bapak begitu terasa menggema di telinga Kinanti hingga Kinanti mengangkat wajah cantiknya dan memberanikan diri menatap wajah Sang Ayah.
"Maaf Pak. Kinanti tidak mendengar pertanyaan Bapak, bisa di ulang?" tanya Kinanti dengan suara lirih penuh keraguan.
"Kamu itu benar-benar tidak bisa menghargai Bapak, Kinan!!" suara lantang Bapak begitu terasa menakutkan.
"Ma ... Maafkan Kinan, Pak," ucap Kinan pelan penuh rasa takut.
"Bapak tidak akan mengijinkan kamu untuk pergi ke Jakarta!! Apapun alasan kamu, Kinan!! Tetap dirumah dan kalau perlu kamu urus usaha Bapak yang di turunkan dari Kakekmu itu," ucap Bapak Kinan dengan tegas. Semua keputusan ada di tangan Bapak, dan tidak bisa di ganggu gugat.
"Ta ... Tapi Pak. Ini kesempatan langka, yang tidak datang dua kali. Ijinkan Kinan untuk melakukan tes wawancara disana," ucap Kinanti melembut yang masih mencari cara untuk meyakinkan Sang Ayah agar tetap mau memberikan ijin untk dirinya berangkat ke Jakarta esok hari.
"Sekali Bapak bilang tidak, jawabannya pun tetap tidak!! Tidak ada yang boleh membantah apapun perintah Bapak," tegas Bapak Kinan dan langsung pergi meninggalkan Kinan sendiri di ruang tengah itu.
Kinanti hanya bisa diam menatap Sang Ayah yang pergi begitu saja meninggalkan dirinya dengan keputusa yang sebenartnya tidak bisa di terima baik oleh Kinan. Kenapa harus ada perbedaan dengan kedua kakak laki-lakinya. Dulu Mas ardi dan Mas Dimas tidak masalah mau mencari kerja hingga ke ujung pulau sekalipun, tetapi kini Kinanti harus ada sikap posesif dari Bapak.
"Argh ... Kenapa harus berbeda!!" teriak Kinan dengan kesal. Suaranya tidak keras, cukup terdengar untuk dirinya sendiri.
Kinanti pun bangkit berdiri dan pergi menuju kamar tidurnya. Tas berukuran sedang dan satu koper besar untuk keberangkatannya besok sudah di persiapkan sejak kemarin.
Saat dosen fakultasnya memberikan kesempatan baik itu, Kinanti menerimanya dengan senyum lebar. Kinanti adalah mahasiswi cerdas dan pintar.
"Ndok ...." panggil Ibu Kinan dengan suara pelan.
Sejak tadi, Ayu, Ibu Kinan memperhatikan perdebatan antara Suami dan anaknya itu.
Kinanti menoleh ke arah pintu kamar. Sudah ada Ibu yang sedang masuk ke dalam kamarnya.
"Ya Bu," jawab Kinanti dengan pelan.
"Kamu yang sabar ya Ndok. Kamu tahu kan, bagaimana sifat Bapak. Bapak itu keras dan apapun yang menjadi permintaannya harus dituruti," ucap Ibu Kinan menjelaskan dengan suara lembut.
Ayu duduk tepat di depan Kinanti yang bersandar pada sofa malas yang ada di kamar tidurnya. Bersandar sambil memegang boneka panda yang berbulu lembut dan menatap ke arah jendela besar yang mengarah pada pemandangan jalanan.
"Kinan hanya tidak habis pikir dengan jalan pikiran Bapak, Bu. Ini kesempatan langka lho Bu. Kapan lagi, Kinanti dapat rekomendasi dari dosen fakultas untuk masuk ke Perusahaan besar sekelas PT. Surya Atmaja di Jakarta, dan Kinanti langsung tes wawancara dan tidak melalui tes-tes lainnya karena nilai Kinanti yang bagus," ucap Kinanti pelan menjelaskan kepada Ayu, Ibunya.
Ayu mengangguk pelan. Ayu mengerti sekali perasaan Kinanti, putri bungsunya itu. Tentu kputusan Suaminya itu sudah dipikirkan dengan matang dan Sugondo memiliki aasan khusus yang tetap pada pendiriannya untuk tidak memperbolehkan Kinanti mencari pekerjaan dan bekerja di Kota Jakarta.
"Kamu harus sabar Ndok. Lalu, sekarang kamu ingin bagaimana?" tanya Ayu dengan suara lembut memberikan kesempatan keada Kinanti untuk memilih jalannya sendiri.
Kinanti menggelengkan kepalanya pean.
"Ndak tahu Bu. Kinanti juga bingung. Lihat semua sudah Kinanti persiapkan, termasuk memesan tiket kereta dengan jadwal keberangkatan besok pagi," ucap Kinanti dengan suara pelan. Terlihat kebingungan dan kecemasan Kinanti saat ini. Kinanti kecewa dan sangat kecewa dengan keputusan Bapak.
"Jangan pernah nekat Ndok. Pasti Bapak punya alasan lain tidak memperbolehkan kamu untuk berangkat ke Jakarta. Ambil sisi positifnya saja Ndok. Kota Jakarta itu sangat besar dan memiliki segudang misteri yang tidak kita ketahui sebagai pendatang," ucap Ayu, Ibu Kinan mengingatkan.
Kinanti mengangguk pelan. Hal itu yang selalu di ucapkan kedua kakak lelakinya yang selalu memberikan nasihat kepada adik perempuan semata wayangnya.
"Tapi, Kinan juga punya cita-cita Bu. Apakah Kinan tdak boleh menggapai cita-cita? Percuma Kinan sekolah tinggi kalau akhirnya hanya dduk diam di rumah tidak bekerja dan menunggu jodoh datang dengan sendirinya. Apa salah Kinan ingin menjadi wanita karir?" tanya Kinan dengan rentetan pertanyaan yang masuk akal.
"Ibu tahu Ndok. Ibu paham dengan perasaan kamu, Kinan. Tapi, Ibu sendiri tidak bisa berbuat banyak dan Ibu tidak bisa membantumu, apalagi harus membantu untuk merayu Bapak, agar niatmu initerkabulkan," ucap Ayu pelan sambil mengusap kepala Kinanti dengan lembut.
Kinanti mengangguk pelan dan hanya bisa pasrah dengan keadaan ini. Beginilah hidup di desa dengan segala adat istiadat yang masih diagung-agungkan hingga banyak aturan baku yang harus benar-benar diterapkan tanpa bisa menerima perubahan jaman yang sudah mulai mengikis aturan adat istiadat.
"Ya sudah Bu. Kinan hanya bisa diam bukan? Kinan hanya bisa menerima keputusan Bapak tanpa bisa mengelak atau membela diri. Biarkan ijasah dan transkip nilai Kinan di museumkan saja. Tidak perlu di keluarkan lagi, toh itu semua tidak ada gunanya," ucap Kinanti dengan rasa kecewa.
"Maafkan Ibu, Kinan. Ibu mau melanjutkan masak dulu. Hari ini akan ada teman Bapak yang mau mampir ke rumah ini," ucap Ayu dengan pelan memberitahu.
Ucapan Ayu hanya di dengarkan oleh Kinanti dan tidak sedikit pun di perhatikan dengan seksama. Kinanti memang tipe gadis yang tidak mau tahu dengan urusan orang lain, apalagi urusan kedua orang tuanya. Bapak pernah memberi pesan, bahwa jangan terlalu ingin tahu dengan urusan orang lain, karena sifat seperti itu sangat tidak baik bisa berujung kepada iri dan kecemburuan sosial hingga tidak bisa menerima diri sendiri dan kehidupan yang di jalani dengan penuh rasa syukur. Intinya manusia tidak akan pernah puas dengan semua yang telah dimiliki.
Hidup itu indah, kalau belum indah berarti hidup belum berakhir. Begitu lah motto hidup yang Nayla jalani. Setiap kali ia mengalami kesulitan dalam hidupnya. Ia selalu mengingat motto hidupnya. Ia tahu, ia sangat yakin akan hal itu. Tak pernah ada keraguan sedikitpun dalam hatinya kalau kehidupan seseorang tidak akan berakhir dengan indah. Pasti akan indah. Hanya kedatangannya saja yang membedakan kehidupan dari masing – masing orang. Lama – lama Nayla merasa tidak kuat lagi. Tanpa disadari, ia pun ambruk diatas sofa panjang yang berada di ruang tamu rumahnya. Ia terbaring dalam posisi terlentang. Roti yang dipegangnya pun terjatuh ke lantai. Berikut juga hapenya yang untungnya cuma terjatuh diatas sofa panjangnya. Diam – diam, ditengah keadaan Nayla yang tertidur senyap. Terdapat sosok yang tersenyum saat melihat mangsanya telah tertidur persis seperti apa yang telah ia rencanakan. Sosok itu pelan – pelan mendekat sambil menatap keindahan tubuh Nayla dengan jarak yang begitu dekat. “Beristirahatlah sayang, pasti capek kan bekerja seharian ?” Ucapnya sambil menatap roti yang sedang Nayla pegang. Sosok itu kian mendekat, sosok itu lalu menyentuh dada Nayla untuk pertama kalinya menggunakan kedua tangannya. “Gilaaa kenyel banget… Emang gak ada yang bisa ngalahin susunya akhwat yang baru aja nikah” Ucapnya sambil meremas – remas dada Nayla. “Mmmpphhh” Desah Nayla dalam tidurnya yang mengejutkan sosok itu.
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Aku, Rina, seorang wanita 30 Tahun yang berjuang menghadapi kesepian dalam pernikahan jarak jauh. Suamiku bekerja di kapal pesiar, meninggalkanku untuk sementara tinggal bersama kakakku dan keponakanku, Aldi, yang telah tumbuh menjadi remaja 17 tahun. Kehadiranku di rumah kakakku awalnya membawa harapan untuk menemukan ketenangan, namun perlahan berubah menjadi mimpi buruk yang menghantui setiap langkahku. Aldi, keponakanku yang dulu polos, kini memiliki perasaan yang lebih dari sekadar hubungan keluarga. Perasaan itu berkembang menjadi pelampiasan hasrat yang memaksaku dalam situasi yang tak pernah kubayangkan. Di antara rasa bersalah dan penyesalan, aku terjebak dalam perang batin yang terus mencengkeramku. Bayang-bayang kenikmatan dan dosa menghantui setiap malam, membuatku bertanya-tanya bagaimana aku bisa melanjutkan hidup dengan beban ini. Kakakku, yang tidak menyadari apa yang terjadi di balik pintu tertutup, tetap percaya bahwa segala sesuatu berjalan baik di rumahnya. Kepercayaannya yang besar terhadap Aldi dan cintanya padaku membuatnya buta terhadap konflik dan ketegangan yang sebenarnya terjadi. Setiap kali dia pergi, meninggalkan aku dan Aldi sendirian, ketakutan dan kebingungan semakin menguasai diriku. Di tengah ketegangan ini, aku mencoba berbicara dengan Aldi, berharap bisa menghentikan siklus yang mengerikan ini. Namun, perasaan bingung dan nafsu yang tak terkendali membuat Aldi semakin sulit dikendalikan. Setiap malam adalah perjuangan untuk tetap kuat dan mempertahankan batasan yang semakin tipis. Kisah ini adalah tentang perjuanganku mencari ketenangan di tengah badai emosi dan cinta terlarang. Dalam setiap langkahku, aku berusaha menemukan jalan keluar dari jerat yang mencengkeram hatiku. Akankah aku berhasil menghentikan pelampiasan keponakanku dan kembali menemukan kedamaian dalam hidupku? Atau akankah aku terus terjebak dalam bayang-bayang kesepian dan penyesalan yang tak kunjung usai?
Raina terlibat dengan seorang tokoh besar ketika dia mabuk suatu malam. Dia membutuhkan bantuan Felix sementara pria itu tertarik pada kecantikan mudanya. Dengan demikian, apa yang seharusnya menjadi hubungan satu malam berkembang menjadi sesuatu yang serius. Semuanya baik-baik saja sampai Raina menemukan bahwa hati Felix adalah milik wanita lain. Ketika cinta pertama Felix kembali, pria itu berhenti pulang, meninggalkan Raina sendirian selama beberapa malam. Dia bertahan dengan itu sampai dia menerima cek dan catatan perpisahan suatu hari. Bertentangan dengan bagaimana Felix mengharapkan dia bereaksi, Raina memiliki senyum di wajahnya saat dia mengucapkan selamat tinggal padanya. "Hubungan kita menyenangkan selama berlangsung, Felix. Semoga kita tidak pernah bertemu lagi. Semoga hidupmu menyenangkan." Namun, seperti sudah ditakdirkan, mereka bertemu lagi. Kali ini, Raina memiliki pria lain di sisinya. Mata Felix terbakar cemburu. Dia berkata, "Bagaimana kamu bisa melanjutkan? Kukira kamu hanya mencintaiku!" "Kata kunci, kukira!" Rena mengibaskan rambut ke belakang dan membalas, "Ada banyak pria di dunia ini, Felix. Selain itu, kamulah yang meminta putus. Sekarang, jika kamu ingin berkencan denganku, kamu harus mengantri." Keesokan harinya, Raina menerima peringatan dana masuk dalam jumlah yang besar dan sebuah cincin berlian. Felix muncul lagi, berlutut dengan satu kaki, dan berkata, "Bolehkah aku memotong antrean, Raina? Aku masih menginginkanmu."
Menikahi single mom yang memiliki satu anak perempuan, membuat Steiner Limson harus bisa menyayangi dan mencintai bukan hanya wanita yang dia nikahi melainkan anak tirinya juga. Tetapi pernikahan itu rupanya tidak berjalan mulus, membuat Steiner justru jatuh cinta terhadap anak tirinya.
Kisah Daddy Dominic, putri angkatnya, Bee, dan seorang dosen tampan bernama Nathan. XXX DEWASA 1821