Niat hati mengunjungi kelab untuk menghilangkan stres. Joana justru memergoki kekasihnya sedang bermain panas dengan empat wanita malam sekaligus. Dilanda sakit hati berat. Joana langsung memutuskan hubungan, dan melampiaskannya pada minuman dengan kadar alkohol tinggi. Pengaruh buruk dari minuman itu, menjadi penyebab utama Joana berakhir di salah satu kamar khusus pengunjung kelab. Joana tidak menyangka dirinya akan berakhir di pelukan pria asing setelah memergoki pengkhianatan mantan kekasihnya. "Kau sudah terlanjur masuk dalam kehidupanku. Mulai detik ini, jangan pernah berharap untuk lepas dari kekuasaanku!" 'Kenapa aku harus terlibat dengan pria ini?!' Joana merasa dunianya runtuh begitu mendapati kenyataan, jika pasangan one night stand-nya malam itu adalah kakak dari mantan kekasihnya sendiri.
Di tengah derasnya hujan yang mengguyur. Joana Griselda, berlari keluar dari mobil sahabatnya--Vinka, yang baru saja parkir di samping gedung kelab.
Joana, si wanita pemilik julukan Dewi Aphrodite, karena kecantikannya yang memukau. Tampak mengibaskan rambut panjangnya yang basah.
Pemilik manik hijau, seperti zamrud yang berkilauan itu menatap ke arah sahabatnya yang baru ke luar dari mobil.
"Vin, cepat!" Joana melambai ke arah Vinka yang tampak ragu-ragu menerobos hujan.
"Kamu tinggal di situ. Aku masuk duluan!" kali ini Joana berseru lantang. Sengaja mengeluarkan nada ancaman agar Vinka segera menyusulnya menerobos hujan.
"Shit! Kau tidak lihat pakaianku sekarang, Joa?! Tunggu aku perempuan gila!" Vinka balas berteriak sembari menunjuk gaun mini sebatas paha dengan model tali spageti yang menggantung di pundak.
"I don't care! Cepat ke mari!" segala keanggunan Joana malam itu seketika menghilang diakibatkan stress yang melanda.
Joana ingin segera masuk ke dalam dan menghabiskan beberapa botol minuman.
"Oke, tunggu di situ!" Vinka dengan sangat terpaksa menerobos hujan yang membasahi riasan wajah dan gaun cantiknya.
Begitu Vinka berdiri di hadapannya sembari mengibaskan rambut. Joana lantas menarik pergelangan tangan wanita itu untuk segera masuk bersamanya.
"Astaga, Joa! Kau tidak bisa pelan-pelan? Minuman di dalam tidak akan habis. Kau tenang saja." Vinka menepis kesal tangan Joana.
Joana mengangkat kedua pundak acuh. "Siapa yang tahu kalau ada banyak pengunjung stress sepertiku, yang butuh minuman dalam jumlah banyak?"
Vinka hanya bisa menggelengkan kepala. Mencoba sabar dengan keadaan Joana yang saat ini memang sedang dilanda gundah-gulana.
Baru satu menit Joana dan Vinka berada dalam gedung itu. Beberapa pandangan langsung tertuju ke arah mereka.
Walaupun sejak kecil Joana kerap mendapat perhatian seperti ini. Namun, tetap saja ada rasa tidak nyaman yang mendera.
"Joa, aku ke toilet sebentar. Aku tidak nyaman pakaianku basah begini. Rambut dan riasanku juga berantakan," ujar Vinka sembari menunjukkan keadaannya yang tidak sempurna lagi.
Joana tentu tidak melarang. "Aku tunggu di sana." Telunjuk Joana mengarah ke meja bar, yang lantas diangguki oleh Vinka.
Beruntungnya, Joana tidak mengenakan riasan apapun. Wajahnya tetap terlihat mempesona meski hanya menggunakan lipstik.
Kedua kaki jenjang Joana melangkah percaya diri di tengah kerumunan para pengunjung, yang terus menari tanpa peduli dengan keadaan sekitar.
Setelah mengambil posisi duduk di salah satu kursi yang berhadapan dengan meja bar. Pandangan Joana memutar ke segala arah. Memandang orang-orang yang terlihat happy dengan apa yang mereka lakukan.
Pemandangan erotis. Bau alkohol yang berpadu dengan asap rokok. Musik EDM yang mengentak keras. Menyadarkan Joana di mana tempatnya berada sekarang.
Sejenak Joana mendesah berat. Jika saja tadi pagi dia tidak berdebat dengan Levin--kekasihnya. Joana tidak akan berakhir di sini. Jujur saja, selimut tebal yang lembut di kamarnya jauh lebih menggoda daripada membuang waktu di tempat ini.
Namun, berdiam diri di kamar dalam keadaan pikiran berkecamuk. Hanya akan membuat pikirannya semakin kacau. Dengan kebisingan yang memenuhi ruangan ini. Joana berharap agar keresahan yang terus membelenggu sejak pagi tadi bisa menghilang, atau setidaknya mereda.
Joana mengalihkan atensi dari pemandangan liar di hadapannya. Seorang bartender tampan dengan model rambut gimbal yang terikat satu di belakang, menyambutnya dengan senyum mempesona.
"Wiski, tolong shake pesananku sekarang."
"Wait a minute!" ujar sang bartender tampan itu.
Selang beberapa saat kemudian, sang bartender menyerahkan gelas, balok es dan tentunya sebotol wiski pesanan Joana.
Joana menikmati minumannya dalam diam. Tanpa menunggu kedatangan Vinka yang sangat lama berada di toilet.
Dentum musik EDM yang semakin mengentak keras itu nyatanya tak mampu menenangkan hati Joana. Tentu saja, cara tercepat agar hatinya kembali membaik adalah mendapat telepon dari kekasihnya. Meminta maaf padanya dan mengakui kesalahan.
Namun, pada akhirnya apa? Bahkan sampai larut malam seperti ini. Pria itu sama sekali tidak memberi kabar. Walau hanya pesan singkat pun tidak ada. Joana paling malas jika harus memulai duluan. Apalagi dirinya dalam posisi yang benar.
Semua orang akan setuju jika dialah yang benar. Joana tidak pernah meminta uang atau barang-barang branded pada sang kekasih. Hanya sebuah permintaan kecil yang sederhana, yakni bertemu dengan keluarga kekasihnya.
Apa yang salah dari permintaannya itu? Joana hanya ingin mengenal Levin lebih dekat lagi. Mereka sudah menghabiskan hampir dua tahun lamanya menjadi sepasang kekasih. Namun, Levin belum juga mengenalkannya pada keluarga pria itu.
Jangankan pada keluarga, bahkan pada teman-teman dekat Levin pun. Pria itu enggan mengenalkan padanya.
Terkadang Joana berpikir, apakah Levin benar-benar menganggap serius hubungan mereka atau justru hanya menganggapnya sebagai permainan semata yang tidak penting?
Joana terus menyesap minumannya hingga tanpa sadar ia telah menghabiskannya setengah botol. Pandanganya pun mulai berbayang sejak tadi. Kehilangan fokus tanpa seseorang yang dikenalnya di tempat itu. Sedikit membuatnya khawatir. Terlebih Vinka belum datang. Entah ke mana perginya gadis liar itu.
"Jaga minumanku. Aku ke toilet sebentar," ujar Joana pada sang pria bartender.
"Pergilah, Nona. Tempatmu aman di sini," kata pria itu serius.
Joana kemudian bangkit. Berniat menyusul Vinka yang belum datang juga. Bahkan botol minumannya sudah menyusut banyak. Namun, batang hidung gadis itu belum muncul juga.
Siulan dan berbagai macam godaan yang diterimanya, membuat Joana memutar bola mata malas. Dia sangat tidak tertarik mencari pria di tempat kotor seperti ini. Sebab, tempat ini dikunjungi sembilan puluh persen oleh pria-pria bejat.
Joana yang berjalan sedikit sempoyongan. Tidak sengaja menyambar bahu seorang wanita muda, yang sedang memegang gelas minuman.
"What the hell?! Bitch, matamu sudah buta, hah!" maki wanita muda itu dengan tatapan melotot. Sebab, bir merah itu jatuh membasahi gaunnya.
"Oh, Tuhan! Maafkan aku. Aku tidak sengaja. Tunggu sebentar!" Joana hendak menunduk meraih tissue. Namun, tiba-tiba saja punggungnya terasa dingin setelah diguyur minuman oleh wanita tadi.
Joana seketika bangkit dengan tatapan nyalang. "Apa yang kau lakukan, Bitch?!" jangan pikir wanita itu saja yang bisa memanggil Joana dengan panggilan hina. Joana pun bisa melakukannya.
"Itu balasan atas kesalahanmu!" ucap wanita itu sebelum akhirnya berbalik pergi dengan langkah lebar. Joana belum sempat membalas. Namun, wanita itu sudah menghilang di antara kerumunan pengunjung.
Desahan keras ke luar dari bibir ranum Joana. Mencoba bersabar dengan segala kejadian yang menimpanya.
Tissue yang baru saja Joana tarik ternyata tinggal selembar. Manik hijau zamrud itu memutar ke segala arah untuk mencari tissue lainnya.
Deg!
Deg!
Bukanya mendapatkan benda yang dicarinya. Joana justru mendapati hal lain yang sukses membuat jantungnya seolah berhenti berdetak.
"Levin?!" Joana menutup mulutnya yang terbuka. Pemandangan erotis di hadapannya itu seketika membuat hatinya terluka.
Didorong oleh sakit hati dan amarah. Yara, nekat membatalkan pernikahan di hadapan calon suami dan seluruh tamu undangan. Yara bahkan tak segan-segan melempar test pack tepat di hadapan calon suaminya. Pada akhirnya pernikahan yang diimpikan Yara, berakhir di hari H pernikahannya. Dihancurkan oleh calon suami dan rival-nya sendiri, membuat Yara depresi untuk waktu yang lama. Setelah berhasil mengumpulkan serpihan hatinya yang hancur, Yara memutuskan untuk kembali ke Indonesia dengan tujuan memulai hidup baru. Nahas, bukannya memulai kehidupan yang lebih baik di negara kelahirannya. Takdir justru mempertemukan Yara dengan Hayden--pria tampan yang cacat. Pernikahan impian yang diidamkan Yara bersama sang mantan calon suami pun justru gagal, dan berakhir di pelaminan bersama Hayden. Seolah dipermainkan takdir, kehidupan pernikahan Yara kembali diuji. Tidak hanya kembalinya sang mantan calon suami. Namun, rival yang menghancurkan hubungannya, serta wanita yang pernah berhubungan dengan Hayden pun memainkan intrik licik. Mantan kekasih suaminya tidak datang seorang diri. Melainkan membawa seorang anak yang 'katanya' anak dari Hayden. Mampukah Yara dan Hayden bertahan? Ataukan justru menyerah dan memilih jalan masing-masing?
Zain, seorang pengusaha terkenal yang terlihat muda di usianya yang mendekati empat puluh. Ia adalah seorang pria yang nyaris sempurna tanpa cela. Namun, tidak seorang pun yang tahu. Lima tahun yang lalu pasca menyaksikan pengkhianatan istrinya, Zain mengalami kecelakaan tragis. Dampak kecelakaan itu ia mengalami disfungsi seksual. Demi harga dirinya, Zain menjaga aib itu rapat-rapat. Namun, hal itu dimanfaatkan Bella untuk berbuat semena-mena. Kecewa karena Zain tidak mampu memberinya kepuasan, Bella bermain gila dengan banyak pria. Zain tidak berkutik, hanya bisa pasrah karena tidak ingin kekurangan dirinya diketahui oleh orang banyak. Namun, semuanya berubah saat Zain mengenal Yvone, gadis muda yang mabuk di kelab malam miliknya. Untuk pertama kalinya, Zain kembali bergairah dan memiliki hasrat kepada seorang wanita. Namun, Yvone bukanlah gadis sembarangan. Ia adalah kekasih Daniel, anak tirinya sendiri. Mampukah Zain mendapatkan kebahagiaannya kembali?
Maya terpaksa menggantikan posisi adik perempuannya untuk bertunangan dengan Arjuna, seorang pria cacat yang telah kehilangan statusnya sebagai pewaris keluarga. Pada awalnya, mereka hanyalah pasangan nominal. Namun, segalanya berubah ketika identitas Maya yang sebenarnya secara bertahap terungkap. Ternyata dia adalah seorang peretas profesional, komposer misterius, dan satu-satunya penerus master pemahat giok internasional .... Semakin banyak yang terungkap tentang Maya, Arjuna semakin merasa gelisah. Penyanyi terkenal, pemenang penghargaan aktor, pewaris dari keluarga kaya - ada begitu banyak pria yang menawan sedang mengejar tunangannya, Maya. Apa yang harus dilakukan Arjuna?!
Sayup-sayup terdengar suara bu ustadzah, aku terkaget bu ustazah langsung membuka gamisnya terlihat beha dan cd hitam yang ia kenakan.. Aku benar-benar terpana seorang ustazah membuka gamisnya dihadapanku, aku tak bisa berkata-kata, kemudian beliau membuka kaitan behanya lepas lah gundukan gunung kemabr yang kira-kira ku taksir berukuran 36B nan indah.. Meski sudah menyusui anak tetap saja kencang dan tidak kendur gunung kemabar ustazah. Ketika ustadzah ingin membuka celana dalam yg ia gunakan….. Hari smakin hari aku semakin mengagumi sosok ustadzah ika.. Entah apa yang merasuki jiwaku, ustadzah ika semakin terlihat cantik dan menarik. Sering aku berhayal membayangkan tubuh molek dibalik gamis panjang hijab syar'i nan lebar ustadzah ika. Terkadang itu slalu mengganggu tidur malamku. Disaat aku tertidur…..
Ayahnya menjadi seorang pengkhianat pada group mafia terbesar di negaranya bernama group Limson, membuat Arabella harus hidup dalam bahaya. Bagaimana tidak, Arabella harus menjadi tawanan kamar Tuan Stanley yang merupakan ketua mafia group Limson atau dia berkeliaran diluar sana dan diburu oleh anggota mafia lainnya.
Tanpa membantah sedikit pun, aku berlutut di antara sepasang paha mulus yang tetap direnggangkan itu, sambil meletakkan moncong patokku di mulut kenikmatan Mamie yang sudah ternganga kemerahan itu. Lalu dengan sekuat tenaga kudorong batang kenikmatanku. Dan …. langsung amblas semuanya …. bleeesssssssssssskkkkkk … ! Setelah Mamie dua kali melahirkan, memang aku merasa dimudahkan, karena patokku bisa langsung amblas hanya dengan sekali dorong … tanpa harus bersusah payah lagi. Mamie pun menyambut kehadiran patokku di dalam liang kewanitaannya, dengan pelukan dan bisikan, “Sam Sayang … kalau mamie belum menikah dengan Papa, pasti mamie akan merengek padamu … agar kamu mau mengawini mamie sebagai istri sahmu. “ “Jangan mikir serumit itu Mam. Meski pun kita tidak menikah, kan kita sudah diijinkan oleh Papa untuk berbuat sekehendak hati kita. Emwuaaaaah …. “ sahutku yang kuakhiri dengan ciuman hangat di bibir sensual Mamie Tercinta. Lalu aku mulai menggenjotnya dengan gerakan agak cepat, sehingga Mamie mulai menggeliat dan merintih, “Dudududuuuuuh …. Saaaam …