Fayrin diibaratkan sebagai uang koin yang punya dua sisi berbeda. Saat on-cam, dia terlihat bak Dewi yang turun dari kahyangan. Sifatnya sejalan dengan tutur kata dan perilakunya. Wajar jika banyak pria di luar sana memujanya, mengelukan nama itu sebagai artis terbaik sepanjang sejarah. Namanya seindah parasnya. Namun saat off-cam, maka Fayrin adalah sisi lain dari mata uang koin. Dia sangatlah jauh berbeda dari apa yang orang-orang lihat di layar kamera. Sifatnya tidaklah sama sekali sejalan dengan perilakunya atau bahkan namanya tidak seindah yang orang-orang banggakan. Tidak ada cerminan baik dari dirinya di balik layar. Kiky menyadari itu. Dua hal berbeda dari Fayrin saat on dan saat off. Tetapi semakin mengenal Fayrin lebih jauh, seorang gadis yang punya sifat arogan dan angkuh, pemuda itu menemukan sebuah arti perasaan yang kembali datang setelah sekian lama menghilang. Perasaan yang membuat Kiky selalu berdebar jika ingat segala hal tentang dia. Ketika Kiky sadar bahwa kebencian dan ketidaksukaan yang selama ini ditujukan untuk Fayrin mulai berubah menjadi rasa cinta yang amat mendalam, pemuda ini bertekad untuk mendapatkan Fayrin seutuhnya, melupakan batasan bahwa mereka berada di dunia peran yang berbeda.
Hotel St. Regis, pukul dua siang.
Saat itu ada pemotretan majalah mingguan. Fayrin adalah modelnya kali ini. Sebenarnya, pemotretan ini akan memilih Mega bintang tiap minggunya sebagai model utama majalah ternama. Pemotretan bukan untuk meng-endorse barang-barang mahal, classy atau yang bernilai jutaan rupiah semisal tas atau baju branded. Ini hanya pemotretan untuk misi kemanusiaan (charity).
"Sebentar!" Fayrin mengangkat tangan, berdiri, mengibas gaun pengantinnya.
"Kenapa?" Fotografer bertanya. Menatap heran.
"Aku tidak suka model pria ini."
"Apa?" Pria yang duduk di sebelah Fayrin membelalakkan matanya.
"Dengar, aku tidak suka dia. Model pria ini mesum, menyentuh pinggangku dan lain-lain. Dia memanfaatkan kesempatan untuk menyentuhku. Sudah sejak tadi aku menahan diri untuk tidak kesal dengan perilaku buruknya itu." Fayrin meliriknya tak suka.
Memang, sepanjang satu jam mengambil ratusan gambar, tangan pria itu tidak bisa diam. Duduk di sofa ungu, tangannya hendak melingkar di pinggang ramping Fayrin. Atau kadang-kadang menyentuh bahu Fayrin yang tidak ditutupi kain. Mengusap lembut, bermaksud menggoda lawan potretnya saat itu. Fayrin risih. Seolah itu adalah pelecehan. Dirinya sudah menahan rasa tidak nyaman sejak tadi. Padahal Fayrin berharap bahwa pemotretan akan berlangsung normal-normal saja.
"Ngada-ngada. Baper amat jadi cewek!" Pria itu membantah. Tidak suka dituduh jelek.
Fayrin menahan geramannya. Menggertak gigi, gemelatuk beradu. Menatap serius muka pria tinggi itu. "Aku tidak ingin berfoto dengannya. Aku mau diganti model pria lain. Aku tidak suka dia!"
"Heh ...."
Fayrin meninggalkan lokasi pemotretan. Model pria menatap bingung, sementara fotografer memijit keningnya. Aduh, model perempuan itu suka betul membuat keputusan mendadak. Bahkan model pria yang tertuduh tidak bisa berkomentar apapun. Annya si manajer Fayrin sekaligus sepupunya yang baru saja menerima panggilan telepon, berpapasan dengan Fayrin di depan lobi hotel. Mengangkat gaun pengantin. Annya mencegah langkah Fayrin, segera menodong pertanyaan, menutup panggilan telepon.
"Kenapa kamu di sini? Pemotretan sudah selesai?"
"Aku sedang tidak suka membahas pekerjaan hari ini."
"Kenapa?" Annya menatap wajah jutek talentanya itu.
"Aku sedang tidak mau bekerja dengan model mesum. Aku mau pulang."
"Heh, jadwal kerja kamu hari ini masih padat. Mana bisa pulang cepat begini!" Annya mengingatkan. Fayrin mana peduli. Kalau dia tidak suka, maka dia akan pergi meninggalkan sesuatu yang tidak disukainya. Annya menatap arloji di tangan, satu jam baru berlangsung dalam pemotretan. "Ini kerjaan belum kelar juga. Nggak boleh pergi kalau pemotretan betulan selesai!"
Fayrin mendelik sebal. "Oke, aku nggak pergi. Tapi carikan model pria yang lain. Model yang lebih baik. Asal jangan si bajingan itu! Si sampah berengsek!"
"Memangnya kenapa dengan dia? Orang itu model Asia, pernah jadi juara 2nd underwear pria di Perancis. Model yang sudah pernah langgak-lenggok di panggung Paris fashion show. Sudah pas kalau kamu bisa satu frame dengannya. Jarang juga model internasional mau ikutan acara beginian."
"Mau dia model internasional pemenang juara apapun itu, aku tidak peduli. Aku tidak menyukainya. Dia mesum. Aku mau modelnya diganti, atau tidak usah sekalian ambil tantangan ini, oke. Lagian, kita nggak dibayarkan? Terus kita juga nggak tandatangan kontrak apapun, kan? Jadi kita tidak akan didenda karena tidak melanjutkan pemotretan, karena kita tidak menerima hak kekayaan intelektual apapun dari acara ini!"
"Fayrin ..., oke." Annya mendesah gusar, menghela napas panjang. Hendak dibantah, tapi Fayrin suka memutuskan sesuatu semaunya saja tanpa memikirkan pendapat orang lain.
Percakapan mereka di lobi hotel, yang ada patung pemilik bangunan yang dipalangi pita merah, tanda jangan menyentuh patung itu, ditatap banyak pengunjung. Karena hotel bintang lima, paling beken di ibukota, sudah pasti banyak orang asing yang datang ke tempat ini. Lihatlah para bule berambut pirang itu, mereka menatap Fayrin bingung. Ada pengantin sedang berdebat dengan perempuan lainnya. Mereka berspekulasi. Beberapa ambil foto diam-diam. Sebab itu artis yang sedang naik daun. Salah satu filmnya trending satu di beberapa negara. Juga tahun lalu masuk nominasi Oscar.
"Sekarang kembali dulu ke tempat pemotretan, kita bahas soal pengganti model dengan fotografernya. Kita selesaikan masalah ini baik-baik." Annya mendorong badan Fayrin, kembali ke lantai atas.
Sambil berjalan, Annya memikirkan siapa pula model pria yang mau dijadikan pasangan pengantin Fayrin hari ini. Paling tidak, besok. Kalau hari ini sudah jelas gagal. Fayrin sudah enggan melanjutkan pemotretan. Annya hafal jelas tingkah laku sepupunya itu. Kalau tidak suka, ya tidak suka. Fayrin tidak bisa dipaksa untuk urusan ini.
"Eh, aku punya ide!" Fayrin balik badan, menatap Annya. Mereka sedang berada di atas tangga berjalan.
"Apa?"
"Tiba-tiba aku kepikiran cowok itu. Kamu ingat kan, cowok seminggu lalu? Cowok manis dan menggemaskan itu? Nah, aku mau dia. Entah kenapa, aku ingin melihat dia lagi. Aku kira dia cocok jadi pengantin priaku dalam pemotretan ini."
"What the ..., gila kamu ya, Rin?" Annya melotot. "Cowok itu kan galak. Kamu kira mudah buat bertemu dia. Buset deh. Aku saja sampai nggak berani ketemu dia lagi gara-gara cerita kamu itu. Terus, pemotretan majalah ini juga brand mahal, oke. Bukan brand sebelah yang nggak punya embel-embel apapun. Di sini, semua modelnya bertaruh nama dan karir untuk bisa jadi talent sampul majalah. Dengan kamu ingin si cowok itu jadi pendamping kamu sebagai pengantin pria, kurasa itu mustahil. Bayangkan, orang-orang bahkan tidak kenal sama dia. Terus latar belakangnya. Memangnya kamu tahu kalau dia pesohor? Memangnya kamu tahu kalau dia salah satu publik figur yang punya pengaruh besar? Kamu kalau ditanya begitu pasti nggak bakal tahu."
Fayrin angkat bahu. "Nggak mau tahu. Pokoknya aku mau dia. Memangnya ada aturan khusus kalau ikut acara ini kudu pakai jasa orang yang punya pengaruh besar? Memangnya kalau pakai namaku saja belum cukup buat menjadikan cowok itu pendampingku?"
"Aku nggak bakal bantu!" Annya melongos, buang muka. Seolah-olah bertindak tidak setuju.
"Aku bisa melakukannya sendiri."
"Kamu nggak bakal bisa."
"Kita lihat saja nanti!" Fayrin tersenyum menyeringai.
•••••
Kejadian sebulan lalu. Di kafe paling masyhur di Kemang, tempat nongkrong anak-anak muda Jakarta Selatan.
Di tempat inilah Fayrin bertemu dengan prianya. Pria pertama yang membuat Fayrin tergila-gila. Sebenarnya, pertemuan Fayrin dengan pemuda itu telah terjadi sebulan lalu karena sebuah insiden kecil. Ketika Fayrin tidak sengaja menumpahkan minuman ke badan Kiky. Kala itu Fayrin sedang marah pada salah satu penguntit yang diam-diam memotret dirinya. Terutama memotret bagian bawah Fayrin secara diam-diam. Fayrin kesal. Sehingga tidak pikir dua kali dia ingin menyiram stalker itu. Sayangnya, Kiky yang kena karena tidak sengaja lewat. Gara-gara takut foto tidak senonohnya dijual ke internet, itu yang membuat Fayrin berang.
"Minta maaf!"
Fayrin mengangkat bahunya. "Tidak akan."
"Kamu menumpahkan minuman ke baju putihku. Minta maaf sekarang!" Kiky menegaskan dengan suara setengah meninggi.
Sayangnya, Fayrin masih tetap tidak mau mengatakan hal itu, biar kata sepele. Hanya dua patah kata. Kiky termasuk pria galak. Tatapan melototnya bisa membuat orang ketakutan. Tapi Fayrin tidak. Dia malah menantang.
"Buat apa aku bilang maaf? Kamu yang seharusnya bilang maaf karena orang yang aku kejar kabur. Kamu nggak lihat, orang-orang memerhatikan aku? Memangnya kamu nggak tahu siapa aku?"
Pengunjung kafe lainnya menatap nestapa. Beberapa diantaranya pasang kamera ponsel, merekam perdebatan dua muda-mudi. Satu aktris dan model ternama, Mega bintang, pesohor muda yang tengah naik daun dengan banyak membintangi serial box office negara-negara Asean. Satunya lagi pemuda galak, marah-marah, tapi terlihat enak dipandang. Wajahnya menyenangkan, tinggi, agak putih kecoklatan kulitnya. Rambut hitam pekat, selintas mirip idol Korea yang sedang digandrungi anak muda saat ini.
Bibirnya itu merah merekah. Pokoknya, Kiky macam anak berlian yang baru keluar dari pajangan. Saking bisa membuat orang jatuh cinta pada pandangan pertama, orang lain yang melihatnya bakal setuju kalau Kiky punya fitur wajah V yang tidak bosan untuk dilihat. Dalam arti sempit, Kiky punya sesuatu yang membuat orang melting dengan apapun yang ada pada tubuh itu, cara jalannya sampai suara seraknya yang menggoda. Wajah dan tubuh Kiky adalah perpaduan ketampanan dan kecantikan bangsa barat ke timur.
Pernah sekali, seorang dokter bedah plastik asal Korea Selatan berkomentar tentang wajah Kiky yang indah sewaktu satu kereta menuju ke Lebak bulus. Pria Korea berbahasa Indonesia agak lancar itu bilang kalau Kiky punya lisensi ketampanan dan kecantikan yang tidak bisa ditiru dokter bedah plastik dari belahan dunia manapun.
"Kamu pikir aku peduli siapa kamu?"
"Oh ya?" Fayrin mendelik.
"Minta maaf sekarang!" Kiky menegaskan lagi.
Fayrin tetap cuek. Jika saja ada Annya di sana, maka manajer Fayrin itu yang akan menangani masalah ini. Minta maaf berulang kali, maka perkara selesai. Beda dengan Fayrin, dia terlihat sombong.
"Begini saja. Aku beri uang, kamu beli baju baru yang sama seperti yang kamu pakai. Masalah kita beres, lalu kita tidak perlu berdebat." Fayrin merogoh kocek tas, mengeluarkan uang yang dibungkus dalam plastik transparan, yang lazim dipakai buat membungkus santan, minuman es murah seharga dua ribu atau buat membungkus sayur. Tidak tanggung-tanggung, uang ratusan ribu itu dikepal, digulung, diikat dengan tali karet. Alamak, buat malu saja. Tapi bagi Fayrin itu teramat unik. "Isinya tiga juga. Cukuplah buat orang kecil seperti kamu beli baju baru. Sekarang kan, cari uang susah."
Kiky mendesis sebal. Dikembalikannya lagi kepalan uang itu pada Fayrin agak kasar. "Aku tidak butuh. Dasar perempuan gila."
"Apa katamu?"
"Perempuan gila yang nggak punya etika." Kiky meledek. Fayrin menatap tajam, matanya melotot. Hendak protes, sayang sekali Kiky telah pergi. Tidak ingin berdebat lagi dengan Fayrin.
Pernikahan Gabriel dan Nadya ditentang oleh keluarga besar, karena perbedaan keyakinan yang dianut keduanya. Gabriel yang beragama lain memilih untuk menjadi imam terbaik dalam hidup sang calon istri demi menikahi Nadya yang beragama taat. Dampak dari keputusannya itu membuat nama Gabriel harus dicoret dari ahli waris Indofarma grup.
Jicko dipaksa ibunya menikah. Alasan klasiknya karena dia menginginkan cucu. Namun Jicko menolak hal itu. Sebagai gantinya, Jicko akan memberikan ibunya seorang cucu, tetapi tanpa status pernikahan seperti yang diinginkan ibunya. Jalan satu-satunya untuk bisa memiliki anak tanpa harus menikah adalah menawarkan kesepakatan dengan Ameera. Jicko kira itu adalah pilihan tepat. Semua akan saling menguntungkan. Ternyata perjalan kisahnya jauh lebih rumit daripada yang dibayangkan.
Zacky menikahi Indah demi tujuan balas dendam atas kematian sang adik kesayangannya. Konspirasi besar telah dibuat, Zacky berhasil melancarkan rencana jangka panjangnya itu. Akan tetapi semua rencana balas dendam yang Zacky buat tidak sepenuhnya berjalan dengan lancar, karena ada rahasia lain yang berhasil diketahuinya. Rahasia itu yang membongkar semua apa yang telah terjadi selama empat tahun lalu.
Kulihat ada sebuah kamera dengan tripod yang lumayan tinggi di samping meja tulis Mamih. Ada satu set sofa putih di sebelah kananku. Ada pula pintu lain yang tertutup, entah ruangan apa di belakang pintu itu. "Umurmu berapa ?" tanya Mamih "Sembilanbelas, " sahutku. "Sudah punya pengalaman dalam sex ?" tanyanya dengan tatapan menyelidik. "Punya tapi belum banyak Bu, eh Mam ... " "Dengan perempuan nakal ?" "Bukan. Saya belum pernah menyentuh pelacur Mam. " "Lalu pengalamanmu yang belum banyak itu dengan siapa ?" "Dengan ... dengan saudara sepupu, " sahutku jujur. Mamih mengangguk - angguk sambil tersenyum. "Kamu benar - benar berniat untuk menjadi pemuas ?" "Iya, saya berminat. " "Apa yang mendorongmu ingin menjadi pemuas ?" "Pertama karena saya butuh uang. " "Kedua ?" "Kedua, karena ingin mencari pengalaman sebanyak mungkin dalam soal sex. " "Sebenarnya kamu lebih tampan daripada Danke. Kurasa kamu bakal banyak penggemar nanti. Tapi kamu harus terlatih untuk memuaskan birahi perempuan yang rata - rata di atas tigapuluh tahun sampai limapuluh tahunan. " "Saya siap Mam. " "Coba kamu berdiri dan perlihatkan punyamu seperti apa. " Sesuai dengan petunjuk Danke, aku tak boleh menolak pada apa pun yang Mamih perintahkan. Kuturunkan ritsleting celana jeansku. Lalu kuturunkan celana jeans dan celana dalamku sampai paha.
Warning 21+ Harap bijak memilih bacaan. Mengandung adegan dewasa! Bermula dari kebiasaan bergonta-ganti wanita setiap malam, pemilik nama lengkap Rafael Aditya Syahreza menjerat seorang gadis yang tak sengaja menjadi pemuas ranjangnya malam itu. Gadis itu bernama Vanessa dan merupakan kekasih Adrian, adik kandungnya. Seperti mendapat keberuntungan, Rafael menggunakan segala cara untuk memiliki Vanessa. Selain untuk mengejar kepuasan, ia juga berniat membalaskan dendam. Mampukah Rafael membuat Vanessa jatuh ke dalam pelukannya dan membalas rasa sakit hati di masa lalu? Dan apakah Adrian akan diam saja saat miliknya direbut oleh sang kakak? Bagaimana perasaan Vanessa mengetahui jika dirinya hanya dimanfaatkan oleh Rafael untuk balas dendam semata? Dan apakah yang akan Vanessa lakukan ketika Rafael menjelaskan semuanya?
WARNING RATE 21+. Please be awise to reading!! Santi adalah anak yang dibesarkan dipanti asuhan. Tanpa dia tahu ibu dan ayahnya seperti apa. Dia bekerja sebagai kasir di sebuah toko kue. Tiba-tiba saat dia bekerja dituduh mencuri uang kasir dan dia dipecat. Demi bertahan hidup dan memenuhi kebutuhan sehari-hari yang mendesak, akhirnya Santi menerima tawaran menjadi sebuah perawat di rumah besar untuk merawat orang tua yang lumpuh. Dan terpaksa Santi harus menerima pekerjaan itu. Namun, pekerjaan itu mengharuskannya dia selalu standby 24 jam. Hingga, saat Santi membantu Bimo seorang Casanova yang sedang mabuk yang juga merupakan anak dari tuan yang dia rawat. Sosok Bimo yang selalu tak pernah puas dengan orientasi seks-nya, akhirnya menemukan pelabuhan terakhirnya pada Santi. Bagaimana kisah Santi dan Bimo selanjutnya, baca no skip ya!!
Awalnya pernikahan itu baik-baik saja. Semua menjadi hangat, luka akibat masa lalu Ainayya Hikari Salvina sedikit demi sedikit mulai sembuh. Tapi pernikahan hangat itu tiba-tiba diterpa gelombang. Menghancurkan sebuah kepercayaan dan membuatnya meninggalkan rumah yang sudah mengajarkan arti sebuah keluarga harmonis. Lalu mampukah Albara Demian Dominic sang pelaku kehancuran tersebut memperbaiki rumah tangga yang sudah membuatnya sembuh dari kejadian di masa lalu? Bisakah Albara mengobati luka yang dia berikan pada istrinya? Mari kita lihat bagaimana perjalanan Albara dalam mengejar cinta istrinya kembali.
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?