/0/3428/coverbig.jpg?v=a5d622b7a70e5d7b3c23f2266d5c447c)
Kisah cinta dan peperangan antara bangsa manusia, Penyihir, Elf, Peri Hutan dan Srigala Putih. Ketika buku merah membuka catatan takdirnya, klan terkuat di muka bumi tidak akan mampu lepas darinya.
Penyihir tua Marton dengan tulang hidung panjang dan mata tajam yang menjorok ke dalam tulang tengkoraknya menatap marah pada Emily yang berdiri ketakutan.
Emily merasakan udara kemarahan Marton mengisi seluruh ruangan. Benda-benda di sekitar mereka bergerak seolah kutub magnet utara dan selatan sedang terguncang.
"Membantu penyihir yang bersekutu dengan bangsa srigala hanya akan membuatmu menjadi pengkhianat. Para tetua kita sudah memutus hubungan kita dengan penyihir yang tersesat itu sejak lama."
Tersesat adalah kata yang sering dipakai Marton untuk muridnya yang membangkang, diam-diam tidak mentaati peraturan dan tidak menghafal mantra sebelum tidur.
"Tapi dia hanya seorang anak kecil keturunan penyihir yang tersesat. Lagi pula aku hanya menunjukkan jalan pulang. Tidak ada yang salah dengan itu." Emily membela diri.
Marton yang marah segera melemparkan tongkat sihirnya ke arah Emily, namun gadis itu menangkisnya dengan cepat.
"Tuan Marton, aku hanya berniat membantu," kata Emily dengan lembut. Gadis itu mencoba bersabar menghadapi amarah gurunya. Amarah yang menurutnya sama sekali tidak masuk akal.
"Tidak ada toleransi! Kau akan tetap kuhukum dengan menjadi tahanan di hutan bayangan dan kau tidak akan pernah bisa keluar dari sana sampai ada seorang laki-laki keturunan Elf yang mencium bibirmu."
Splash!
Setelah mengucapkan kalimat panjang itu, Marton membaca mantra singkat dan Emily menghilang. Gadis cantik itu harus menghadapi takdirnya sendirian terkurung dalam hutan bayangan. Hutan yang tidak pernah di huni manusia dan binatang kecuali rusa emas langka yang merupakan jelmaan dari peri hutan.
****
Dalam beberapa detik, Emily sudah mendapati dirinya berada di antara pohon pinus yang menjulang tinggi. Gadis itu menghela nafas panjang. Penyihir Marton benar-benar tidak pernah bercanda soal hukuman. Tapi Emily tidak akan pernah menangis. Dia bukan gadis cengeng. Sepanjang penyihir tua Marton memiliki murid, hanya Emily yang sangat keras kepala. Bahkan Emily menambah tahun pendidikan sihirnya karena selalu gagal dalam ujian praktik sihir dan itu membuat Marton merasa jengkel.
Sinar matahari yang begitu cerah, menunjukkan musim panas di dunia manusia. Sinar matahari menembus di antara dedaunan lebat pohon pinus sehingga Emily bisa melihat sekitar. Emily sangat takjub ketika seekor rusa emas melintas di hadapannya. Emily berniat menyapa, tapi rusa itu lari melesat meninggalkannya secepat anak panah.
"Baiklah. Mungkin para peri hutan tidak terbiasa dengan penyihir sepertiku," kata Emily dengan sedih. Emily merasa benar-benar kesepian. Tidak ada lagi burung hantu Sady yang bisa diajaknya bicara seperti ketika dia ada di rumah sihir milik Penyihir Marton. Hanya bunyi hembusan angin yang membunuh kesepian di sekitar Emily. Juga kakinya yang menimbulkan suara berisik ketika menginjak semak belukar.
Emily terus berjalan. Inchi demi inchi hutan hutan bayangan membuat Emily takjub. Di mata Emily, pohon pinus yang tersusun rapi seperti menggambarkan keteraturan, seperti yang disukai Penyihir Marton.
"Keteraturan dan keseimbangan adalah aspek penting yang diperlukan dalam dunia sihir. Semua penyihir harus memiliki dua hal itu dalam jiwanya." Emily mengingat lagi ucapan penyihir Marton.
Emily terus berjalan. Sekitar lima puluh meter ke depan, pandangannya menemukan sebuah tanah terbuka dengan rumput yang menghijau. Emily ingin mencoba kekuatan sihir berpindah tempat, tapi gadis itu lupa mantranya.
"Baiklah, aku akan berjalan kaki. Bahkan manusia juga tidak pernah mengeluh ketika mereka tidak memiliki sihir sama sekali dan mereka baik-baik saja. Ya, semuanya akan baik-baik saja untukku." Emily menghibur diri.
Emily berjalan lambat. Sesekali berhenti ketika kakinya tersangkut semak berduri. Lalu mengasihani diri dan berjalan kembali. Tanah terbuka hampir di depan matanya.
Satu langkah lagi! Emily akan sampai. Ketika Emily mencoba keluar dari hutan, tubuhnya tersengat listrik. Gadis itu mundur sambil merintih. Rasanya tubuhnya seperti terbakar.
"Kau tidak akan pernah bisa keluar dari hutan, Emily. Berhenti menjadi keras kepala atau tubuhmu akan terbakar jika bersikeras untuk keluar dari hutan bayangan. Tunggulah laki-laki keturunan Elf datang padamu. Atau jika dia tidak datang, kau akan menunggu seumur hidup." penyihir Marton bicara pada Emily lewat telepati.
Emily mendengarnya, tapi dia mencerna kalimat penyihir Marton dengan marah. Emily merasa murka, menyalahkan penyihir Marton yang terlalu berlebihan menghukumnya hanya karena menyelamatkan seorang anak perempuan yang sedang tersesat. Emily bahkan tidak tahu kalau dia adalah keturunan penyihir yang berkhianat.
Tidak ada yang bisa di lakukan. Emily hanya bisa duduk di pinggir hutan, melihat tanah terbuka hijau sendirian. Matanya yang tajam bisa melihat beberapa ratus meter ke depan. Di sana ada sebuah perkampungan kecil. Emily melihat orang-orang yang sedang berkumpul di alun-alun saat musim panas untuk menonton balap kuda. Ah, sepertinya hanya ini hiburan kecil untuk Emily.
Srek!
Bunyi semak-semak yang berisik di belakang mengejutkan Emily. Gadis itu menoleh ke belakang, mencari-cari lewat mata tajamnya. Barangkali ada sesuatu yang bersembunyi di balik semak-semak.
Tidak ada apa-apa.
Emily berbalik. Menikmati lagi lomba pacuan kuda yang berjarak ratusan meter dari dirinya. Tiba-tiba suara berisik itu kembali terdengar. Emily mengabaikannya.
"Hai." sebuah suara lembut mengejutkan Emily.
"Apa kau peri hutan?" tanya Emily menelisik makhluk di depannya. Dia sama sekali tidak seperti gambaran peri dalam bayangannya. Dia seperti manusia sama seperti dirinya, hanya saja tubuhnya berwarna hijau.
"Ya. Aku rusa emas yang tadi kau sapa. Perkenalkan, namaku John." peri hutan mengulurkan tangannya pada Emily.
Emily membalas uluran tangan John canggung. Di dalam dunia sihir miliknya, perkenalan tidak dilakukan dengan jabat tangan, melainkan langsung adu kekuatan.
"Aku Emily. Senang bertemu denganmu, John," kata Emily sambil tersenyum.
"Jadi, apa yang kau lakukan di sekitar sini? Sepertinya kau bukan manusia. Aku tadi melihatmu muncul tiba-tiba di dekat tempat kesukaanku," jelas John.
"Ya, aku bukan manusia. Aku di beri hukuman oleh guruku, penyihir Marton tua. Sepertinya aku akan terus berada di sini sampai laki-laki dari keturunan Elf menciumku. Entahlah, sepertinya itu jalan keluar mustahil. Tidak mungkin ada mahkluk yang ketika bertemu, mereka langsung berciuman."
John mendengarkan cerita Emily dengan prihatin. "Sayang sekali, tapi hutan bayangan ini tidak pernah di kunjungi oleh manusia bumi sejak puluhan tahun lalu. Terakhir, sembilan puluh tahun lalu ketika seorang wanita membuang bayinya di sini dan kami memakannya. Tapi itu sudah sangat lama."
Emily bergidik mendengar cerita John. Memakan bayi? Ah, yang benar saja. Mengerikan sekali.
"Apakah peri hutan semengerikan itu?" tanya Emily, tidak percaya dengan apa yang baru di dengarnya.
John tertawa melihat wajah pias milik Emily. Peri hutan itu akhirnya berkata "tentu saja, tidak. Aku hanya bercanda."
"Syukurlah. Aku pikir kalian semengerikan itu. Aku hampir saja ketakutan mendengarnya," kata Emily.
Tapi, ketika Emily sedang melihat ke arah lain, senyum di wajah John berubah menjadi seringaian lebar.
Warning! Cerita ini mengandung kekerasan dan adegan 21+. Harap bijak memilih bacaan. Amber diculik ayah tirinya di rumahnya sendiri. Semenjak ibunya meninggal, Amber malah dipaksa menjadi konten kreator di bawah tekanan ayah tirinya tanpa gaji. Ayah tirinya juga dengan tega memaksa Amber agar membuat video telanjang untuk dijual di situs porno. Jika Amber menolak, maka dia akan diberi hadiah berupa hukuman cambuk. Amber tidak tahan. Dia memutuskan membalas dendam. Langkah pertama yang dilakukannya adalah membuat ayah tirinya jatuh cinta dan dia menikahinya.
Suamiku orang baik. Dia suami dan dan ayah baik untuk keluarga kami. Karena ekonomi yang sulit, suamiku memutuskan menjadi waria.
Laki-laki yang mentalak istrinya sebanyak tiga kali tidak akan bisa rujuk kembali kecuali si istri menikahi sang muhallil
Dokter juga manusia, punya rasa, punya hati juga punya birahi
Setelah Ibu yang mengasuhnya meninggal karena kanker payudara, Shahsya memilih berhenti sekolah dan bekerja di sebuah Cafe. Pergaulan bebas membawanya terjerumus pada seks bebas. Mudah nya mencari uang dari menjual tubuhnya telah membutakan Semua rasa. Yang ia lihat hanya uang, ia ingin menunjukkan oada dunia kalau ia bisa kaya seperti keluarga yang sudah mengadopsi nya. Sampai ia akhirnya ia bertemu dengan seorang Pria Buta yang tampan yang meminta nya menjadi istrinya.
Dua tahun lalu, Regan mendapati dirinya dipaksa menikahi Ella untuk melindungi wanita yang dia sayangi. Dari sudut pandang Regan, Ella tercela, menggunakan rencana licik untuk memastikan pernikahan mereka. Dia mempertahankan sikap jauh dan dingin terhadap wanita itu, menyimpan kehangatannya untuk yang lain. Namun, Ella tetap berdedikasi sepenuh hati untuk Regan selama lebih dari sepuluh tahun. Saat dia menjadi lelah dan mempertimbangkan untuk melepaskan usahanya, Regan tiba-tiba merasa ketakutan. Hanya ketika nyawa Ella berada di tepi kematian, hamil anak Regan, dia menyadari, cinta dalam hidupnya selalu Ella.
Selama tiga tahun pernikahannya dengan Reza, Kirana selalu rendah dan remeh seperti sebuah debu. Namun, yang dia dapatkan bukannya cinta dan kasih sayang, melainkan ketidakpedulian dan penghinaan yang tak berkesudahan. Lebih buruk lagi, sejak wanita yang ada dalam hati Reza tiba-tiba muncul, Reza menjadi semakin jauh. Akhirnya, Kirana tidak tahan lagi dan meminta cerai. Lagi pula, mengapa dia harus tinggal dengan pria yang dingin dan jauh seperti itu? Pria berikutnya pasti akan lebih baik. Reza menyaksikan mantan istrinya pergi dengan membawa barang bawaannya. Tiba-tiba, sebuah pemikiran muncul dalam benaknya dan dia bertaruh dengan teman-temannya. "Dia pasti akan menyesal meninggalkanku dan akan segera kembali padaku." Setelah mendengar tentang taruhan ini, Kirana mencibir, "Bermimpilah!" Beberapa hari kemudian, Reza bertemu dengan mantan istrinya di sebuah bar. Ternyata dia sedang merayakan perceraiannya. Tidak lama setelah itu, dia menyadari bahwa wanita itu sepertinya memiliki pelamar baru. Reza mulai panik. Wanita yang telah mencintainya selama tiga tahun tiba-tiba tidak peduli padanya lagi. Apa yang harus dia lakukan?
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
Shella memiliki masalah serius ketika keluarganya mencoba memaksanya untuk menikah dengan pria tua yang mengerikan. Dalam kemarahan, dia menyewa gigolo untuk berakting sebagai suaminya. Dia kira gigolo itu membutuhkan uang dan melakukan ini untuk mencari nafkah. Sedikit yang dia tahu bahwa pria tersebut tidak seperti itu. Suatu hari, dia melepas topengnya dan mengungkapkan dirinya sebagai salah satu orang terkaya di dunia. Ini menandai awal dari cinta mereka. Pria itu menghujaninya dengan semua yang dia inginkan. Mereka bahagia. Namun, keadaan tak terduga segera menjadi ancaman bagi cinta mereka. Akankah Shella dan suaminya berhasil melewati badai? Cari tahu!