Galuh tidak menyangka jika pada akhirnya akan menjadi duda. Di hianati satu dan dua kali oleh mantan istrinya ia maafkan, namun kata maaf tertutup rapat kala sang mantan istrinya kembali berselingkuh untuk yang ketiga kalinya. Trauma pada pernikahan, akankah nantinya Galuh bisa menemukan cinta yang baru?
Bibi Mutia menyambut kedatanganku dengan penuh ceria dan hangat. Ia memeluk tubuhku dengan penuh sayang, bahkan wajahku tak luput dari kecupan-kecupan manisnya.
"Kangen," rengek ku pada bibi Mutia yang masih terus memelukku bahkan kini semakin erat.
"Sama. Bibi juga kangen banget sama kamu, ndok."
"Boong!" godaku.
"Serius ndok, Bibi, Paman dan Usron kangen banget sama kamu."
"Hmm, iya deh, aku percaya." ku lepaskan pelukan Bibi. "Aku gak disuruh masuk nih?" rajuk ku memasang wajah cemberut, pura-pura merajuk.
Aku langsung terkekeh begitu melihat bibi menepuk jidatnya sendiri. "Oalah! Lupa bibi. Ayo masuk ndok." ajaknya yang ku angguki.
Aku pun dengan semangat masuk ke dalam rumahnya sembari menggeret koperku.
"Paman dan Usron sudah berangkat kerja, Bi?" tanyaku setelah menaruh koper di kamar tamu.
Karena aku datang berkunjung ke rumah bibi, otomatis aku adalah tamu.
"Ya udahlah ndok, udah jam segini juga. Telat dikit yang ada langsung dipecat bos." kata bibi tersenyum.
"Apa bos barunya galak, Bi?" tanyaku entah kenapa malah kepo dengan bos pabrik tempat paman dan sepupuku bekerja. Kenapa aku tahu bosnya baru? Karena aku pernah mendengar Usron mengeluh mengenai bos barunya.
Kalau tidak salah, bos barunya ini adalah anak dari bos lama mereka. Ya istilahnya, bos baru ini menggantikan posisi orang tuanya.
"Enggak sih, cumanya semenjak sebulan terakhir ini resmi menjadi duda. Pak Galuh jadi sedikit lebih dingin dan kejam gitu."
"Pak Galuh?" ulang ku.
"Iya, nama bosnya Paman dan Usron yang sekarang itu Pak Galuh?" aku manggut-manggut mengerti. Oh, jadi namanya Galuh.
Dan, apa kata Bibi tadi? Pak Galuh baru sebulan resmi menjadi duda? Wow!
"Hmm, aku jadi penasaran sama rupanya Pak Galuh." gumamku pelan.
"Kamu bilang apa tadi ndok?" tanya Bibi yang rupanya samar-samar mendengar ucapanku.
Aku nyengir, "gak ada kok Bi. Aku gak bilang apa-apa."
"Masa sih? Kok tadi Bibi denger kamu kayak ngeremeng-ngeremeng gitu."
"Enggak kok Bi, enggak ada." elak ku berbohong.
Bibi Mutia lantas menyuruhku untuk mandi, lalu makan dan setelahnya untuk langsung beristirahat. Duh, aku merasa terharu melihat perhatian bibi yang sangat mengerti sekali jika aku memang capek.
Maklumlah, perjalanan naik bus dari kota tempatku tinggal kemari lumayan jauh. Sekitar lima jam lah kurang lebih.
Kenapa aku tidak naik pesawat? Sedikit info kalau aku takut naik pesawat. Hehe!
Sebagai keponakan yang baik aku pun mengangguk menuruti perintah bibi. Aku pun segera bergegas menuju kamar dan mandi, setelah selesai berpakaian aku pun segera makan sambil menonton televisi.
Film kartun adalah tontonan favoritku, sayangnya konsentrasi menonton ku terganggu saat ku dengar dering ponsel ku berbunyi.
"Ya, hallo Ma?" sapaku pada mama seberang telepon.
"........"
"Iya, sudah Ma."
"........."
"Hehe, lupa Ma. Ya ampun maafin aku," sahutku nyengir. Sungguh, aku beneran lupa menghubungi mama ketika sudah sampai di rumah bibi. Padahal kan aku sudah berjanji saat akan mau berangkat tadi.
"........"
"Ini lagi makan, Ma. Sambil nonton televisi," sahutku.
"........."
"Bibi lagi ... di dapur kayaknya Ma. Kenapa? Mama mau ngomong sama Bibi?"
"........"
"Hmm, oke Ma. Nanti bakal aku sampaikan ke Bibi. Dah Mama, mmmuuaacchh." aku mengecup ponselku seakan-akan tengah mengecup mama secara langsung.
Sambungan telepon berakhir dan aku pun kembali fokus makan sembari nonton televisi.
Setelah selesai makan aku pun langsung mencuci piring kotor bekas makan ku tadi. Lalu kembali menonton televisi lagi sampai aku pun merasa ngantuk dan menguap beberapa kali.
Aku pun memutuskan untuk tidur, dan baru terbangun saat hari menjelang sore. Gelagapan aku segera bergegas bangun dan keluar dari kamar.
"Hei sayang, gimana tidur kamu? Nyenyak ndok?" aku mengangguk dan tersenyum malu.
Malu karena bisa-bisanya aku tertidur cukup lama. Ya ampun!
"Maaf ya Bi, aku tidurnya nyenyak banget."
"Iya gak apa-apa sayang, Bibi maklum kok. Namanya juga capek," bibi menepuk lembut pipiku.
"Seharusnya Bibi bangunin aja aku," rengek ku pura-pura cemberut.
"Uluh-uluh, lebay banget kamu." kali ini bibi menoel hidung mancungku.
"Udah sana mandi," titah bibi yang langsung ku angguki.
"Siap, bos!"
Ting tong....
"Biar aku saja yang buka, Bi." kataku yang segera bergegas membuka pintu.
Tapi, sebelum itu aku mengintip dulu siapa orang yang datang dari jendela. Bibirku tersenyum senang kala melihat paman dan Usron.
"Surprise!" ucapku riang seraya membuka pintu. Paman dan sepupuku tampak terkejut dengan kejutan ku ini.
"Stecy!" seruan keduanya kompak. "Kapan sampai?" lagi, keduanya bahkan kompak bertanya.
Aku terkikik geli mendengarnya, "tadi pagi." sahutku.
"Ya ampun! Kangen banget gue sama lu, tau gak!" kata Usron seraya menghambur memelukku.
"Lebay, ih!" cibirku bermaksud menggoda Usron.
"Dih, biarin! Orang kangen juga sama sepupu sendiri. Emang salah?" aku menggeleng.
"Wah, gila! Gue juga kangen sama lo."
"Ehemm," ku dengar paman berdeham. Usron pun melepaskan pelukannya.
"Eci, sama paman gak kangen?" goda paman memasang wajah ngambek.
"Astaga! Ya ampun, Eci juga kangen sama Paman. Sini-sini peluk," aku pun menghamburkan memeluk tubuh paman yang ternyata jauh lebih acem baunya dari Usron.
"Hmm, mulai deh drama kangen-kangenannya." cibir Usron mendengus kesal.
"Biarin!" aku dan paman kompak menjulurkan lidah pada Usron yang cemberut.
***
Saat hari libur tiba, Usron mengajakku untuk lari pagi. Duh, aku paling males banget.
Namun, tidak ada kata malas bila berhubungan dengan Usron yang super duper rajin ini bila mengenai olahraga.
Pagi-pagi sekali bahkan dia sudah merecoki ku untuk segera bangun. Huffhh!
"Duh, Usron! Lo kalo mau lari pagi ya udah sana sendirian aja. Ngapain ngajak-ngajak gue sih?" protes ku kesal dengan mata setengah mengantuk.
"Ya biar lo sehat lah."
"Hmm, jadi maksud lo, gue kayak orang sakit gitu?" omel ku sembari menguap.
Dan saat aku hendak membaringkan tubuhku kembali ke ranjang, si menyebalkan Usron justru menahan ku.
"Ayo, bangun!" katanya seraya menarik tubuhku untuk segera bangun dan membawaku ke dalam kamar mandi. Dan....
Byurrr!
Langsung saja air dingin yang ada di dalam bak mandi mengguyur tubuhku. "Arghhh, Usron!" jeritku kaget dan merasa kedinginan. Urson tertawa dan kembali mengguyur tubuhku dengan air.
"Mau lagi atau kita jadi lari pagi?" tanyanya seakan menawar pilihan padaku. Sial!
"Gak ada yang gue pilih!" sahutku ketus.
"Oh, lo mau diguyur lagi-"
"Eh, enggak-enggak." sela ku memotong ucapan Usron.
"Hmm, enggak apa?"
"Iya gue mau lari pagi."
"Beneran?"
"Iyeee. Tapi gue mandi dulu."
"Oke!" Usron mengacungkan satu jempolnya dan setelahnya berlalu pergi dari kamarku.
"Arghh! Usron sialan!" umpat ku kesal.
Ah, sudahlah. Kepalang basah, baju ku juga udah basah gara-gara Usron. Cuss! Langsung mandi.
***
Blurb : Bertemu dengan pria di masa lalunya bukanlah keinginan Marilyn. Namun keadaan yang memaksa mempertemukannya lagi dengan pria di masa lalunya. Alvaro adalah cinta pertamanya, pria yang sudah berhasil mencuri dan meluluhkan hatinya. Tapi secepat itu pula Alvaro membuatnya patah hati dan hancur saat sebuah fakta terungkap. Sebuah fakta yang sangat menyakiti Marilyn hingga memutuskan untuk pergi dari hidup Alvaro. Kini, sepuluh tahun sudah dan takdir mempertemukan mereka lagi. Mungkinkah ini hanya permainan takdir ataukah cinta sejati yang memang tak bisa terpisahkan?
Kisah cinta yang terhalang oleh status dan derajat antara pembantu dan sang majikan. Akankah berakhir indah atau malah sebaliknya?
Kisah seorang istri yang selalu sabar menghadapi sikap dingin tak tersentuh suaminya, dan berusaha membuat kata cinta hadir di dalam rumah tangga mereka. Akankah sang istri berhasil menaklukkan hati suaminya? atau dia justru kalah dan menyerah?
Wika Adelia tidak akan pernah percaya jika tetangga yang baru pindah di samping rumahnya adalah dosen yang mengajar di kampusnya. Dan lucunya Wika saat mendapati desas-desus kabar miring si dosen, banyak gosip yang mengabarkan jika pak dosen tersebut seorang duda beranak satu yang diceraikan sang mantan istrinya karena impoten. Rasa penasaran di dalam diri Wika pun muncul untuk menguak gosip tersebut, benarkah si pak dosen itu seseorang yang impoten? Lalu, mengapa dia bisa mempunyai anak? Dengan melakukan berbagai macam hal gila, mampukah Wika memecahkan rasa penasarannya?
Siska teramat kesal dengan suaminya yang begitu penakut pada Alex, sang preman kampung yang pada akhirnya menjadi dia sebagai bulan-bulannya. Namun ketika Siska berusaha melindungi suaminya, dia justru menjadi santapan brutal Alex yang sama sekali tidak pernah menghargainya sebagai wanita. Lantas apa yang pada akhirnya membuat Siska begitu kecanduan oleh Alex dan beberapa preman kampung lainnya yang sangat ganas dan buas? Mohon Bijak dalam memutuskan bacaan. Cerita ini kgusus dewasa dan hanya orang-orang berpikiran dewasa yang akan mampu mengambil manfaat dan hikmah yang terkandung di dalamnya
"Kau harus membayar utangmu sekarang juga," desis Lucas, matanya dingin seperti es. Flora terpaku, tak bergeming, dadanya sesak. Hutang? Hutang apa? Sebuah perjanjian hutang antara mendiang orang tua Flora dengan Lucas, yang kini berakhir mengikat Flora dengan pria yang baru dikenalnya malam ini di pesta lajang sahabatnya. Menjerumuskannya dalam lingkaran neraka. Flora tak pernah tahu orang tuanya berhutang pada seorang pria kejam, berusia lima belas tahun lebih tua darinya, pemilik Perusahaan Blackwood tempatnya magang sebagai staf marketing. Lucas, pria yang tak kenal ampun, menuntut pembayaran detik itu juga. "Jika kau tidak bisa bayar nominal utangnya, tubuhmu untukku malam ini!" tegas Lucas, menarik tangan Flora masuk ke kamar hotel.
Raina terlibat dengan seorang tokoh besar ketika dia mabuk suatu malam. Dia membutuhkan bantuan Felix sementara pria itu tertarik pada kecantikan mudanya. Dengan demikian, apa yang seharusnya menjadi hubungan satu malam berkembang menjadi sesuatu yang serius. Semuanya baik-baik saja sampai Raina menemukan bahwa hati Felix adalah milik wanita lain. Ketika cinta pertama Felix kembali, pria itu berhenti pulang, meninggalkan Raina sendirian selama beberapa malam. Dia bertahan dengan itu sampai dia menerima cek dan catatan perpisahan suatu hari. Bertentangan dengan bagaimana Felix mengharapkan dia bereaksi, Raina memiliki senyum di wajahnya saat dia mengucapkan selamat tinggal padanya. "Hubungan kita menyenangkan selama berlangsung, Felix. Semoga kita tidak pernah bertemu lagi. Semoga hidupmu menyenangkan." Namun, seperti sudah ditakdirkan, mereka bertemu lagi. Kali ini, Raina memiliki pria lain di sisinya. Mata Felix terbakar cemburu. Dia berkata, "Bagaimana kamu bisa melanjutkan? Kukira kamu hanya mencintaiku!" "Kata kunci, kukira!" Rena mengibaskan rambut ke belakang dan membalas, "Ada banyak pria di dunia ini, Felix. Selain itu, kamulah yang meminta putus. Sekarang, jika kamu ingin berkencan denganku, kamu harus mengantri." Keesokan harinya, Raina menerima peringatan dana masuk dalam jumlah yang besar dan sebuah cincin berlian. Felix muncul lagi, berlutut dengan satu kaki, dan berkata, "Bolehkah aku memotong antrean, Raina? Aku masih menginginkanmu."
Karin jatuh cinta pada Arya pada pandangan pertama, tetapi gagal menangkap hatinya bahkan setelah tiga tahun menikah. Ketika nyawanya dipertaruhkan, dia menangis di kuburan orang terkasihnya. Itu adalah pukulan terakhir. "Ayo bercerai, Arya." Karin berkembang pesat dalam kebebasan barunya, mendapatkan pengakuan internasional sebagai desainer. Ingatannya kembali, dan dia merebut kembali identitasnya yang sah sebagai pewaris kerajaan perhiasan, sambil merangkul peran barunya sebagai ibu dari bayi kembar yang cantik. Arya panik ketika pelamar yang bersemangat berduyun-duyun ke arah Karin. "Aku salah. Tolong biarkan aku melihat anak-anak kita!"
Setelah menghabiskan malam dengan orang asing, Bella hamil. Dia tidak tahu siapa ayah dari anak itu hingga akhirnya dia melahirkan bayi dalam keadaan meninggal Di bawah intrik ibu dan saudara perempuannya, Bella dikirim ke rumah sakit jiwa. Lima tahun kemudian, adik perempuannya akan menikah dengan Tuan Muda dari keluarga terkenal dikota itu. Rumor yang beredar Pada hari dia lahir, dokter mendiagnosisnya bahwa dia tidak akan hidup lebih dari dua puluh tahun. Ibunya tidak tahan melihat Adiknya menikah dengan orang seperti itu dan memikirkan Bella, yang masih dikurung di rumah sakit jiwa. Dalam semalam, Bella dibawa keluar dari rumah sakit untuk menggantikan Shella dalam pernikahannya. Saat itu, skema melawannya hanya berhasil karena kombinasi faktor yang aneh, menyebabkan dia menderita. Dia akan kembali pada mereka semua! Semua orang mengira bahwa tindakannya berasal dari mentalitas pecundang dan penyakit mental yang dia derita, tetapi sedikit yang mereka tahu bahwa pernikahan ini akan menjadi pijakan yang kuat untuknya seperti Mars yang menabrak Bumi! Memanfaatkan keterampilannya yang brilian dalam bidang seni pengobatan, Bella Setiap orang yang menghinanya memakan kata-kata mereka sendiri. Dalam sekejap mata, identitasnya mengejutkan dunia saat masing-masing dari mereka terungkap. Ternyata dia cukup berharga untuk menyaingi suatu negara! "Jangan Berharap aku akan menceraikanmu" Axelthon merobek surat perjanjian yang diberikan Bella malam itu. "Tenang Suamiku, Aku masih menyimpan Salinan nya" Diterbitkan di platform lain juga dengan judul berbeda.
Hari itu adalah hari yang besar bagi Camila. Dia sudah tidak sabar untuk menikah dengan suaminya yang tampan. Sayangnya, sang suami tidak menghadiri upacara tersebut. Dengan demikian, dia menjadi bahan tertawaan di mata para tamu. Dengan penuh kemarahan, dia pergi dan tidur dengan seorang pria asing malam itu. Dia pikir itu hanya cinta satu malam. Namun yang mengejutkannya, pria itu menolak untuk melepaskannya. Dia mencoba memenangkan hatinya, seolah-olah dia sangat mencintainya. Camila tidak tahu harus berbuat apa. Haruskah dia memberinya kesempatan? Atau mengabaikannya begitu saja?