Blurb : Bertemu dengan pria di masa lalunya bukanlah keinginan Marilyn. Namun keadaan yang memaksa mempertemukannya lagi dengan pria di masa lalunya. Alvaro adalah cinta pertamanya, pria yang sudah berhasil mencuri dan meluluhkan hatinya. Tapi secepat itu pula Alvaro membuatnya patah hati dan hancur saat sebuah fakta terungkap. Sebuah fakta yang sangat menyakiti Marilyn hingga memutuskan untuk pergi dari hidup Alvaro. Kini, sepuluh tahun sudah dan takdir mempertemukan mereka lagi. Mungkinkah ini hanya permainan takdir ataukah cinta sejati yang memang tak bisa terpisahkan?
Alvaro kembali memimpikan wanita itu. Wanita yang sangat dicintainya dan tak sedetikpun Alvaro mampu melupakannya. Sosoknya sudah melekat dalam jiwa dan raga Alvaro.
"Lyn," gumam Alvaro menyebut nama wanita yang sangat di rindukannya.
Sepuluh tahun sudah berlalu, tapi tidak pernah sekalipun ia bertemu dengan sosok Lyn yang seakan lenyap di telan bumi.
Sampai sekarang Alvaro bahkan tidak berhenti mencarinya. Walau sampai ke ujung dunia pun Alvaro akan terus mencarinya.
Tapi Lyn benar-benar pintar bersembunyi hingga sampai sepuluh tahun pun Alvaro tidak juga menemukannya.
"Mungkin memang belum waktunya aku bertemu dengannya. Ataukah Tuhan tidak akan mengizinkan ku untuk bertemu dengannya lagi?" gumam Alvaro mengusap kasar wajah tampannya.
Wajah tampan yang membuat para wanita tergila-gila padanya. Tak sedikit wanita yang antri dan suka rela menyerahkan diri mereka ke dalam pelukannya. Tapi Alvaro hanya menginginkan Marilyn, wanita yang pernah hadir di hidupnya.
Tapi kini wanita itu menghilang. Menghilang dari hidupnya yang semula bahagia kini menjadi murung.
Pencapaian yang dia dapat sekarang ini terasa tak berarti tanpa adanya Lyn di sisinya. Tapi ia tidak bisa menyalahkan siapa-siapa. Ini semua murni karena kesalahannya.
Alvaro akui dia sangat bajingan, mencintai wanita lain disaat ia sendiri sudah memiliki tunangan.
Namun perasaan cinta itu tidak bisa dicegah, justru semakin bertambah seiring kedekatannya dengan Lyn.
"Wajar jika dia marah dan benci padaku. Wajar jika dia pergi menjauh dariku." Alvaro tersenyum sedih sembari membayangkan wajah cantik Lyn.
Alvaro merasa sesak dengan perasaan rindu yang begitu menggebu-gebu ini. Ya Tuhan! Ingin sekali rasanya Alvaro bertemu dengan Lyn, meminta maaf dan menumpahkan segala kerinduannya lewat pelukan hangat dan juga kecupan mesra.
Sekelebat ingatan bayangan mereka berdua yang tengah bercinta kembali berputar di kepala tampan Alvaro. Dia benar-benar rindu saat-saat seperti dulu dengan Lyn.
Satu hal yang Lyn tidak tahu adalah, Alvaro memutuskan tunangannya dan lebih memilih Lyn. Sayangnya Lyn tidak pernah mau mendengarkan ucapannya. Jangankan itu, Lyn bahkan tak sudi bertemu dengannya lagi.
Lalu setelahnya Alvaro mendengar kabar Lyn pergi dari kota ini. Kota yang penuh kenangan mereka berdua.
Alvaro mengabaikan teleponnya yang terus berbunyi, nama Feldo pun tertera dilayar ponselnya.
Hari ini ia sangat malas sekali beraktifitas. Padahal hidupnya selama ini memang tidak pernah ada gairah semangatnya semenjak Marilyn pergi.
Astaga! Nama itu lagi.
Sial! Benar-benar sedetikpun Alvaro tidak bisa melupakannya.
Terdengar ketukan pintu di kabarnya, dengan kesal pun Alvaro menyuruh seseorang itu untuk masuk.
"Ada apa?" tanya Alvaro dingin pada salah satu pelayan yang bekerja di rumahnya.
"Nyonya Samira berpesan pada saya, beliau meminta anda untuk mengangkat panggilan teleponnya Tuan-"
"Hmm ya, pergilah." usir Alvaro tak acuh.
"B-baik Tuan." sedikit terbata pelayan itu menganggukkan kepala dan segera beranjak pergi dari kamar sang majikan.
Pelayan tersebut bisa bernafas lega, sungguh ia merasa sangat gugup dan juga takut pada majikan tampannya. Sayangnya majikannya itu sangat dingin dan kejam.
Walau begitu, pelayan tersebut tetap mengagumi sosok Alvaro. Mengidolakan Alvaro terlalu berlebihan.
Pelayan itu merasa beruntung karena bisa bekerja di rumah ini. Rumah besar nan mewah yang terasa sangat sunyi karena hanya dihuni satu orang saja, yaitu Alvaro sendiri.
"Hmm, ya Ma?" ucap Alvaro setelah mengangkat panggilan telepon mamanya.
Mamanya dan Feldo tidak akan berhenti mengganggunya dan akan terus menelponnya sepanjang hari.
Alvaro bahkan menganggap panggilan telepon mereka sebagai gangguan. Gangguan yang terus menerornya tiada henti. Bar-bar sekali!
"Iya Ma," kata Alvaro yang setelahnya mematikan panggilan telepon sepihak. Padahal mamanya masih bicara ini dan itu.
Alvaro kesal pada mamanya yang setiap hari mengomel saja. Rasanya tiap hari Alvaro selalu salah dimata mamanya.
Bagi nyonya Samira, kesalahan terbesar anaknya adalah ketika Alvaro memutuskan hubungan dengan Marissa. Wanita yang ia pilihkan untuk menjadi pasangan hidup putranya. Tapi Alvaro dengan sangat jahatnya malah membatalkan perjodohan yang sedikit lagi ke tahap pernikahan.
Semua ini karena wanita itu, wanita pengganggu yang telah membuat Alvaro berpaling dari Marissa. Padahal sebelumnya hubungan mereka baik-baik saja, tapi semenjak wanita itu hadir Alvaro jadi lupa diri.
Lupa diri akan segalanya, termasuk pada Marissa. Alvaro seakan lupa jika dirinya sudah bertunangan dengan Marissa.
"Entah apa yang sudah dilakukan wanita itu hingga membuat Alvaro terlena padanya." gumam nyoya Samira kesal dan menduga jika wanita yang bernama Marilyn itu memakai pelet untuk menarik Alvaro ke dalam pelukannya.
Jika Alvaro mendengar ucapan nyonya Samira ini, pastilah Alvaro marah dan tidak terima dengan tuduhannya.
Dan dengan bangganya Alvaro mengatakan jika Marilyn berbeda dengan wanita lainnya. Marilyn istimewa, memiliki sesuatu yang tidak ada di diri Marissa.
Yaitu kenyamanannya. Bersama dengan Marilyn, Alvaro merasakan kenyamanan yang sejati. Berbeda dengan Marissa yang justru selalu membuat Alvaro merasa tertekan.
Sifat pemaksa Marissa membuat Alvaro tidak tahan dan segera memutuskan hubungan mereka. Kini meskipun perjodohan sudah dibatalkan, tetapi Marissa tidak lelah mendekatinya kembali.
Pernah suatu hari Marrisa memohon pada Alvaro untuk melanjutkan hubungan mereka. Tak sekali dua kali, Marissa kembali memohon-mohon padanya.
Tapi sekeras apapun usaha Marissa tetap tidak membuahkan hasil. Alvaro tidak akan pernah mau kembali lagi padanya. Karena perasaan tidak bisa dibohongi, dihatinya hanya ada nama Marilyn. Dulu, kini, dan selamanya. Sampai kapanpun hanya Marilyn yang Alvaro mau.
***
Feldo membawa kabar gembira untuk ia sampaikan pada sahabatnya. Sahabat yang merangkap jadi bosnya sekarang ini, Alvaro.
Pria itu menatap malas pada Feldo yang nyengir cengengesan. Tampak sekali raut bahagia di wajah Feldo.
"Kelihatannya lo lagi senang ya?"
"Banget. Gue memang lagi senang banget. Lo tahu kenapa?"
Alvaro menggelengkan kepalanya, "sayangnya gue gak ingin tahu tuh."
"Yakin lo gak mau tahu gue lagi senang karena apa?"
"Yes! Malas banget gue dengarnya."
"Yakin?" goda Feldo memancing reaksi Alvaro yang tadinya tak acuh namun kemudian jadi penasaran.
"Penasaran kan, lo?!" tebak Feldo benar.
"Udah, gak usah bertele-tele. Cepat katakan!"
"Dih, maksa! Sabar atuh Mas bro, rileks."
Alvaro menghela nafas sabar menghadapi temannya yang satu ini. Feldo tersenyum puas melihat Alvaro yang mulai tenang.
"Gue yakin lo pasti senang banget dengar kabar ini."
Alvaro tersenyum sinis, merasa tak yakin dengan ucapan Feldo. "Tak ada kabar yang membahagiakan selain tentang Marilyn."
"Lah, gue memang mau kasih kabar mengenai Marilyn." Alvaro langsung menatap tajam Feldo.
"Serius lo? Jangan coba-coba ngerjain gue ya. Gue hajar lo!" ancam Alvaro agak kurang yakin meskipun ia sangat berharap temannya ini bicara serius.
"Iya, gue serius Al."
Dada Alvaro berdebar bahagia mendengarnya, ia pun meminta Feldo untuk segera mengatakannya.
Feldo pun mengatakan jika ia tahu dimana keberadaan Marilyn saat ini. Dengan penuh semangat Alvaro ingin pergi menemui Marilyn tapi Feldo by dengan cepat mencegahnya.
"Jangan gegabah! Kamu akan bertemu dengannya tapi tidak begini caranya."
"Lalu bagaimana caranya? Kenapa harus menunggu lagi jika aku sudah mengetahui dimana keberadaannya?"
"Hei, dengarkan aku. Aku mempunyai cara untuk mempertemukan kalian berdua kembali. Tapi tidak dengan cara kamu menemuinya."
"Lalu?"
Feldo membisikkan sesuatu di telinga Alvaro yang mengangguk-angguk mengerti dan kemudian setuju. Setuju dengan usulan Feldo.
Kisah cinta yang terhalang oleh status dan derajat antara pembantu dan sang majikan. Akankah berakhir indah atau malah sebaliknya?
Kisah seorang istri yang selalu sabar menghadapi sikap dingin tak tersentuh suaminya, dan berusaha membuat kata cinta hadir di dalam rumah tangga mereka. Akankah sang istri berhasil menaklukkan hati suaminya? atau dia justru kalah dan menyerah?
Galuh tidak menyangka jika pada akhirnya akan menjadi duda. Di hianati satu dan dua kali oleh mantan istrinya ia maafkan, namun kata maaf tertutup rapat kala sang mantan istrinya kembali berselingkuh untuk yang ketiga kalinya. Trauma pada pernikahan, akankah nantinya Galuh bisa menemukan cinta yang baru?
Wika Adelia tidak akan pernah percaya jika tetangga yang baru pindah di samping rumahnya adalah dosen yang mengajar di kampusnya. Dan lucunya Wika saat mendapati desas-desus kabar miring si dosen, banyak gosip yang mengabarkan jika pak dosen tersebut seorang duda beranak satu yang diceraikan sang mantan istrinya karena impoten. Rasa penasaran di dalam diri Wika pun muncul untuk menguak gosip tersebut, benarkah si pak dosen itu seseorang yang impoten? Lalu, mengapa dia bisa mempunyai anak? Dengan melakukan berbagai macam hal gila, mampukah Wika memecahkan rasa penasarannya?
Bad boy adalah istilah yang dipakai untuk menjuluki Elang. Mahasiswa tampan yang tingkahnya masuk dalam kategori 'nakal'. Dalam acara malam keakraban dengan mahasiswa baru yang digelar di alam terbuka, Elang hadir sebagai panitia dengan misi pribadi. Yaitu mendekati mahasiswi yang memiliki paha mulus seperti Syahreni. Mahasiswi yang jadi sasaran kadal kampus karena daya tariknya yang konon seperti Afrodit. Namun, Elang yang setengah mabuk bukannya mengencani sang pujaan hati, tapi justru terdampar di tenda dengan dosen pembimbing saat malam sebelum acara rafting dimulai. "Ini salah paham, Bu Nindya!" ujar Elang tercekat. Wajahnya pucat dan penuh sesal sesaat setelah mengendurkan gairahnya. Sang dosen melotot, menaikkan kedua alis lalu menyahut galak, "Ini bukan salah paham namanya! Ini murni salah paha, Elang!"
Haris dan Lidya sedang berada di ranjang tempat mereka akan menghabiskan sisa malam ini. Tubuh mereka sudah telanjang, tak berbalut apapun. Lidya berbaring pasrah dengan kedua kaki terbuka lebar. Kepala Haris berada disana, sedang dengan rakusnya menciumi dan menjilati selangkangan Lidya, yang bibir vaginanya kini sudah sangat becek. Lidah Haris terus menyapu bibir itu, dan sesekali menyentil biji kecil yang membuat Lidya menggelinjang tak karuan. “Sayaaang, aku keluar laghiiii…” Tubuh Lidya mengejang hebat, orgasme kedua yang dia dapatkan dari mulut Haris malam ini. Tubuhnya langsung melemas, tapi bibirnya tersenyum, tanda senang dan puas dengan apa yang dilakukan Haris. Harispun tersenyum, berhasil memuaskan teman tapi mesumnya itu. “Lanjut yank?”
Li Mei terbangun dan menyadari bahwa dia tidak sedang berada di rumahnya. Di mana ini? Bukankah tadi dia terjatuh dari tangga? Kenapa dia tidak berada di rumah sakit dan malah berada di dalam rumah reyot seperti ini? Dan … siapa pula laki-laki tampan yang tidur di sebelahnya ini? "Kalau kamu sudah tidak tahan dengan pernikahan kita, tunggulah beberapa hari lagi. Aku pasti akan menceraikanmu. Jangan berusaha bunuh diri lagi," ucap Bai Changyi menatapnya dengan muram. Bercerai? Kenapa dia mau bercerai dari suami yang tampan seperti ini? Bai Chanyi menatapnya dengan kebingungan? Bukankah perceraian adalah hal yang paling Li Mei inginkan selama ini? "Aku tidak ingin bercerai, aku hanya ingin menjadi kaya!" Bisakah Li Mei mewujudkan impiannya untuk menjadi seorang pengusaha kaya di era kuno bersama suaminya? IG : @summerrainwriter FB : Summer Rain
"Tanda tangani surat cerai dan keluar!" Leanna menikah untuk membayar utang, tetapi dia dikhianati oleh suaminya dan dikucilkan oleh mertuanya. Melihat usahanya sia-sia, dia setuju untuk bercerai dan mengklaim harta gono-gini yang menjadi haknya. Dengan banyak uang dari penyelesaian perceraian, Leanna menikmati kebebasan barunya. Gangguan terus-menerus dari simpanan mantan suaminya tidak pernah membuatnya takut. Dia mengambil kembali identitasnya sebagai peretas top, pembalap juara, profesor medis, dan desainer perhiasan terkenal. Kemudian seseorang menemukan rahasianya. Matthew tersenyum. "Maukah kamu memilikiku sebagai suamimu berikutnya?"
*Warning Mature Conten* Banyak adengan 21+. Mohon bijak dalam memilih bacaan. Dalam kondisi mabuk dan kecewa berat kepada sang kekasih yang berselingkuh, Floretta Shopia Copper mengambil memutuskan memberikan kehormatannya kepada Jeff Nickolas Edmund, bodyguard nya sendiri. “Nona yakin ingin melakukan yang pertama kalinya denganku?” Nick memastikan sekali lagilagi sambil mata tajamnya menatap serius. Shopia mengangguk, “ya, saat ini aku sangat menginginkanmu. Aku tidak akan menyesal memberikan keperawananku kepadamu.” “Kalau itu yang Nona mau, aku akan melakukannya. Untuk terakhir kalinya aku meminta Nona untuk berpikir sekali lagi. Sebab, aku tidak akan mundur atau berhenti nantinya." “Lakukanlah, berikan aku pengalaman pertama yang menakjubkan.” Entah memang benar keinginan dari hati atau hanya pelampiasan semata, Shopia menyerahkan diri seutuhnya kepasa sang bodyguard tanpa tahu niat tersembunyi pria itu terhadapnya dan terhadap orang tuanya.
Marsha terkejut saat mengetahui bahwa dia bukanlah anak kandung orang tuanya. Karena rencana putri asli, dia diusir dan menjadi bahan tertawaan. Dikira terlahir dari keluarga petani, Marsha terkejut saat mengetahui bahwa ayah kandungnya adalah orang terkaya di kota, dan saudara laki-lakinya adalah tokoh terkenal di bidangnya masing-masing. Mereka menghujaninya dengan cinta, hanya untuk mengetahui bahwa Marsha memiliki bisnis yang berkembang pesat. “Berhentilah menggangguku!” kata mantan pacarnya. “Hatiku hanya milik Jenni.” “Beraninya kamu berpikir bahwa wanitaku memiliki perasaan padamu?” kata seorang tokoh besar misterius.