/0/2523/coverbig.jpg?v=4d31eb78c8d3cbd6100d849dde146562)
Chryssant Elettra-akrab disapa Ysee-mendapati diri berpindah ke tubuh lain setelah 'dikutuk' oleh korban perundungan kawanannya atas perlakuan buruk mereka. Tragisnya, ialah satu-satunya yang terkena imbas atas 'kutukan' itu. Ysee berakhir di sebuah kontinen bernama Earthalic, terancam mati pada perjumpaan pertama dengan Remus Valez, sang putra mahkota kekaisaran. Dituduh sebagai penggerak utama agresi suku Ace, Ysee hampir menjadi tawanan kekaisaran sampai seorang tabib istana memvalidasi kejujurannya. Atas izin dari sang Putra Mahkota, Ysee menempati manornya, dijadikan sebagai pelayan pribadi pria itu secara sepihak. Sampai kehadiran Ysee berdampak pada terkuaknya satu demi satu kebenaran yang selama ini luput dari jangkauan pengetahuan Remus. Tetapi, mereka tidak sadar bila keduanya telah menjadi bagian dari permainan skema seseorang-memainkan peran sebagai dua buah bidak yang akan menjadi awal dari kehancuran.
MENURUT strategi yang telah diperhitungkan, mereka akan keluar dari penjagaan tepat 'alat' itu berhasil membelokkan atensi dua orang prajurit kekaisaran. Berpindah dari mata ke mata, akhirnya pandangan empat kawanan pria itu mendarat serempak ke satu-satunya kaum hawa di sana. Yang ditatap tidak merasa terusik, ia masih sibuk memancangkan pandangan lurus ke depan.
"Firasatku buruk," gumam salah seorang pria, kerutan dalam muncul di permukaan keningnya. "Cih, gelagatnya begitu kaku."
"Diamlah, Viktas. Jangan memancing keributan."
Pria kedua menegur si pria pertama bernama Viktas itu dengan bisikan hati-hati. Viktas kembali meludah, tetapi ia memutuskan untuk diam. Mereka berlima terus mengamati panggung terbuka, melihat bagaimana Engar-pemuda memprihatinkan yang dijadikan sebagai 'alat' baru dalam suku mereka-mulai mengikuti fase-fase dalam skenario; menangis, tertawa, menggila, kemudian kabur.
Pada fase terakhir ini, si prajurit kekaisaran kemungkinan besar akan mengejar Engar dan kelima orang itu dapat memulai aksi mereka. Untuk kelanjutan dari nasib Engar sendiri, tidak akan ada yang memedulikan. Bila beruntung, Engar dapat kembali dengan utuh bersama mereka, kemudian melanjutkan pelatihan untuk diperalat lagi oleh kelima orang itu.
"Mereka sudah pergi," suara setenang riak air dari satu-satunya gadis tiba-tiba menarik kesimpulan di antara keheningan, "ayo, bergerak."
Gadis berparas oriental dengan garis asertif di setiap fitur wajahnya mulai memimpin keempat pria keluar dari hutan, sekitar setengah kilometer dari gerbang kekaisaran. Engar sudah tidak lagi tampak, begitu pun si prajurit kekaisaran yang bertugas menjaga gerbang. Entah prajurit itu dungu atau bagaimana, atensinya begitu mudah dibelokkan oleh 'alat' suku.
Meneguhkan misi utama suku Ace untuk mengguncang kekaisaran, kelimanya semakin mempercepat langkah untuk menggapai gerbang. Tetapi, keteguhan mereka menjadi bias, berganti keterkejutan karena tahu-tahu saja lima prajurit melompat keluar dari semak sisi kanan dan kiri gerbang. Jelas presensi mereka tidak terjangkau oleh visual para anggota suku. Lagi pula, semenjak kapan mereka bisa berkamuflase dengan baik di antara semak-semak itu?
Sepertinya mereka sudah belajar dari kesalahan, batin si gadis berparas oriental itu, binar netra hitamnya sedikit mengejek. "Halo, prajurit-prajurit sampah kekaisaran."
"Cih, kita tertangkap basah oleh sampah, huh?" Viktas turut melontarkan olok-olok, tidak merasa terintimidasi walau kelimanya kini terkepung tanpa celah. "Ace Tribes, tunjukkan mana kebanggaan dari leluhur kita! Balas mata dengan mata!"
Bertepatan orasi singkat itu dikumandangkan, Viktas dan kesemua anggota suku Ace mulai mengabsen seluruh mana yang mendiami aliran darah mereka. Viktas memusatkan mananya di telapak tangan dan merunduk menggapai tanah, menciptakan getaran berskala besar yang cukup menimbulkan patahan. Seringai brutal menghiasi bibir pria itu ketika dilihatnya para prajurit kekaisaran menunduk.
Arah retakan dari area patahan mulai bercabang, tersebar merangkak untuk menjangkau sepatu bot kulit mereka.
Dalam sekejap, area patahan mulai menjorok naik ke atas. Itu perbuatan Gylan, ia memusatkan seluruh mana pada area tapak kaki kanannya. Hanya dengan satu kali entakan kuat, ia berhasil mengekspos lebar-lebar puncak retakan dan menguarkan lava pijar. Atmosfer kekaisaran kian intens. Satu per satu dari kelima anggota suku Ace mulai memamerkan anugerah dari leluhur mereka.
Para prajurit kekaisaran terus beringsut mundur setiap kali cairan lava merangkak ganas ke arah mereka. Buih-buih jingga kemerahan yang muncul seakan-akan mengejek bahwa presensi mereka di sini cuman untuk mencari mati. Pedang yang tersampir pada atribut zirah besi jelas tidak memiliki nilai kegunaan untuk melawan mana para anggota suku Ace.
Di tengah arogansi dan kepercayaan diri akan kemenangan suku Ace atas kekaisaran, mereka tidak tahu bila situasi saat ini merupakan bagian dari taktik Remus Valez, sang Putra Mahkota. Dari balik pilar istana, netranya memancang lurus ke depan. Ia sudah mempelajari bagaimana mana itu bekerja, serta menarik kesimpulan cara untuk melemahkan kinerja mana mereka.
Lima orang itu perlu dibuat lengah di masing-masing titik pemusatan mereka. Jadi, Remus mulai menginstruksikan keempat prajurit kekaisaran di balik pilar yang sama dengannya. Pembawaan tenang dari pria itu membuat seluruh instruksi sang Putra Mahkota didengar baik-baik oleh bawahannya.
Hunjaman belasan anak panah sukses mengalihkan atensi suku Ace dari kelima prajurit. Mereka spontan menoleh cepat ke arah gerbang. Sage cepat-cepat memasang tubuh untuk melindungi keempat kawannya. Ia mulai memusatkan mana pada daerah mata dan kening, dari sana sebuah mekanisme pertahanan dalam bentuk selubung transparan muncul. Belasan anak panah langsung tertancap di sana.
Tidak mau mengulur-ulur waktu, Kaz-pria kedua yang sempat menegur Viktas-menjentikkan jari di dekat selubung. Listrik mengarus tidak lama setelahnya, menghanguskan belasan anak panah lain yang baru diarahkan kepada mereka.
Masih mengamati situasi memanas dari balik pilar, Remus mengerutkan kening tidak senang. Ia menggeser tatapan menuju busur di tangan, terselip anak panah dengan ujung besi panas mematikan pada talinya. Mau bagaimana lagi? pikirnya, berlari keluar dari pilar untuk turun tangan dalam menumpas para kotoran yang kerap mengusik ketenangan kontinennya.
Ia berdiri tidak jauh dari keempat kesatria yang masih menghunjam anak panah lain. Tanpa berminat meminta kesatrianya menggeser, ia memicingkan netra dan menjentikkan tali busur. Anak panah berujung besi panas memelesat di antara dua kepala kesatrianya, terhunjam lurus ke depan tepat pada selubung.
"Argh! Mataku panas!" Sage mengerang, konsentrasinya seketika buyar.
Selubung ciptaan mananya terpecah. Kaz menghadap Sage, berniat untuk meredakan kepanikan pria itu akan rasa panas yang menggerayangi netra kawannya. Di tengah erangan Sage, suara gedebuk Viktas dan Gylan terdengar di belakang. Chryssant-si gadis satu-satunya dalam suku-spontan menoleh ke balik pundak, mendapati dua dari lima kesatria itu sudah menahan punggung kedua kawan prianya dengan lutut dan siku.
Masih dengan paras setenang riak air, netra hitam gadis itu mengilat merah saat berserobok dengan si Putra Mahkota. Remus menggeserkan arah busur dari Sage dan Kaz, menuju Chryssant. Ia tentu tidak diam saja. Berbeda dengan keempat kawan prianya, pemusatan mana Chryssant ada di sekujur tubuh moleknya. Ia mengabsen mananya untuk dibangkitkan kembali, lambat laun tubuhnya menciptakan aura kemerahan.
Surai hitam Chryssant berkobar-kobar bagaikan nyala api. Ia mengangkat tangan ke atas langit. Yang tadinya cerah, situasi sekitar kekaisaran berubah seratus delapan puluh derajat. Remus secuil pun tidak merasa gentar. Ia melangkah ke tengah-tengah keempat kesatrianya, menginstruksikan mereka untuk bersama-sama melecutkan anak panah.
Disertai rintik hujan, petir menyambar. Remus tidak ingin membuang waktu lebih lama. Ia tahu tujuan Chryssant menggunakan petirnya untuk mendinginkan ujung besi panas dari anak panah. Tetapi, tidak akan semudah itu. Kekaisaran sengaja mempersiapkan pemanasan anak panah ini dari lama sekali. Secepat kilat, belasan desing anak panah biasa memelesat membelah udara mendung kekaisaran.
Petir itu terus berusaha menyambar anak panah hasil bidikan kesatria, tetapi Chryssant kesulitan untuk mengendalikan lebih banyak petir. Manik hitamnya kembali mengilat, ia mencoba mencari anak panah berujung besi panas yang terarah kepada suku Ace. Tetapi, di mana? Itu tidak terjangkau oleh visualnya.
"Kita mundur." Kaz menangkap lengan Chryssant. "Rysa!"
"Kita sudah sejauh ini!"
Chryssant masih teguh dengan pendiriannya untuk bertahan. Ia hanya perlu menghabiskan panah berujung besi panas dan mereka akan memenangkan kekaisaran. Akan tetapi, keteguhan itu menurun meski tidak ingin ia akui secara pribadi. Bagaimana tidak, anak panah biasa dari kesatria tadi kini sudah tergantikan oleh belasan anak panah berujung besi panas.
Kaz akhirnya melepaskan tangan Chryssant ketika sadar anak panah maut itu terarah kepada mereka. Tanpa repot-repot menoleh kembali ke belakang, Kaz, Sage, Viktas, dan Gylan segera melarikan diri ke hutan. Begitu tahu Chryssant sengaja ditinggal oleh keempat kawan satu sukunya, netra hitam itu menggelap dan mengilat kemerahan pekat.
Terlarut dalam amarah, Chryssant tidak sadar bila Remus sedang berancang-ancang menarik busur tepat ke arah kakinya. Dalam kecepatan tinggi, anak panah berujung besi panas sukses menancap pergelangan kaki kanannya, seketika melumpuhkan fungsi dari seluruh anggota tubuh Chryssant. Gadis berparas oriental itu jatuh terduduk di permukaan tanah.
Gemuruh menggelegak, mulanya teramat besar. Tetapi, seiring kelumpuhan itu terjadi, petir-petir lambat laun raib dan himpunan awan bersih seputih kapas kembali mendominasi langit. Angkasa jauh lebih tenang. Tidak ada lagi pemicu kemarahan, selain Chryssant yang kini diam-diam meloloskan sumpah serapah penuh murka dari tempatnya tersimpuh.
"Aku, Chryssant Elettra, bersumpah demi darah leluhurku-Dewi Achena-akan membalas keserakahan kalian semua. Mata dengan mata."
Ketika sumpah sakral itu ia turunkan, maka 'bayaran' setimpal telah menunggu di depan. Pusaka Terlarang, akan ia dapatkan.[]
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
BERISI ADEGAN HOT++ Seorang duda sekaligus seorang guru, demi menyalurkan hasratnya pak Bowo merayu murid-muridnya yang cantik dan menurutnya menggoda, untuk bisa menjadi budak seksual. Jangan lama-lama lagi. BACA SAMPAI SELESAI!!
Tunangan Lena adalah pria yang menyerupai iblis. Dia tidak hanya berbohong padanya tetapi juga tidur dengan ibu tirinya, bersekongkol untuk mengambil kekayaan keluarganya, dan kemudian menjebaknya untuk berhubungan seks dengan orang asing. Untuk mencegah rencana jahat pria itu, Lena memutuskan untuk mencari seorang pria untuk mengganggu pesta pertunangannya dan mempermalukan bajingan yang selingkuh itu. Tidak pernah dia membayangkan bahwa dia akan bertemu dengan orang asing yang sangat tampan yang sangat dia butuhkan. Di pesta pertunangan, pria itu dengan berani menyatakan bahwa dia adalah wanitanya. Lena mengira dia hanya pria miskin yang menginginkan uangnya. Akan tetapi, begitu mereka memulai hubungan palsu mereka, dia menyadari bahwa keberuntungan terus menghampirinya. Dia pikir mereka akan berpisah setelah pesta pertunangan, tetapi pria ini tetap di sisinya. "Kita harus tetap bersama, Lena. Ingat, aku sekarang tunanganmu." "Delon, kamu bersamaku karena uangku, bukan?" Lena bertanya, menyipitkan matanya padanya. Delon terkejut dengan tuduhan itu. Bagaimana mungkin dia, pewaris Keluarga Winata dan CEO Grup Vit, bersamanya demi uang? Dia mengendalikan lebih dari setengah ekonomi kota. Uang bukanlah masalah baginya! Keduanya semakin dekat dan dekat. Suatu hari, Lena akhirnya menyadari bahwa Delon sebenarnya adalah orang asing yang pernah tidur dengannya berbulan-bulan yang lalu. Apakah kesadaran ini akan mengubah hal-hal di antara mereka? Untuk lebih baik atau lebih buruk?
Untuk memenuhi keinginan terakhir kakeknya, Sabrina mengadakan pernikahan tergesa-gesa dengan pria yang belum pernah dia temui sebelumnya. Namun, bahkan setelah menjadi suami dan istri di atas kertas, mereka masing-masing menjalani kehidupan yang terpisah, dan tidak pernah bertemu. Setahun kemudian, Sabrina kembali ke Kota Sema, berharap akhirnya bertemu dengan suaminya yang misterius. Yang mengejutkannya, pria itu mengiriminya pesan teks, tiba-tiba meminta cerai tanpa pernah bertemu dengannya secara langsung. Sambil menggertakkan giginya, Sabrina menjawab, "Baiklah. Ayo bercerai!" Setelah itu, Sabrina membuat langkah berani dan bergabung dengan Grup Seja, di mana dia menjadi staf humas yang bekerja langsung untuk CEO perusahaan, Mario. CEO tampan dan penuh teka-teki itu sudah terikat dalam pernikahan, dan dikenal tak tergoyahkan setia pada istrinya. Tanpa sepengetahuan Sabrina, suaminya yang misterius sebenarnya adalah bosnya, dalam identitas alternatifnya! Bertekad untuk fokus pada karirnya, Sabrina sengaja menjaga jarak dari sang CEO, meskipun dia tidak bisa tidak memperhatikan upayanya yang disengaja untuk dekat dengannya. Seiring berjalannya waktu, suaminya yang sulit dipahami berubah pikiran. Pria itu tiba-tiba menolak untuk melanjutkan perceraian. Kapan identitas alternatifnya akan terungkap? Di tengah perpaduan antara penipuan dan cinta yang mendalam, takdir apa yang menanti mereka?
Untuk membayar hutang, dia menggantikan pengantin wanita dan menikahi pria itu, iblis yang ditakuti dan dihormati semua orang. Sang wanita putus asa dan kehabisan pilihan. Sang pria kejam dan tidak sabaran. Pria itu mencicipi manisnya sang wanita, dan secara bertahap tunduk pada nafsu adiktif. Sebelum dia menyadarinya, dia sudah tidak dapat melepaskan diri dari wanita tersebut. Nafsu memicu kisah mereka, tetapi bagaimana cinta bersyarat ini akan berlanjut?
Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Aku, Rina, seorang wanita 30 Tahun yang berjuang menghadapi kesepian dalam pernikahan jarak jauh. Suamiku bekerja di kapal pesiar, meninggalkanku untuk sementara tinggal bersama kakakku dan keponakanku, Aldi, yang telah tumbuh menjadi remaja 17 tahun. Kehadiranku di rumah kakakku awalnya membawa harapan untuk menemukan ketenangan, namun perlahan berubah menjadi mimpi buruk yang menghantui setiap langkahku. Aldi, keponakanku yang dulu polos, kini memiliki perasaan yang lebih dari sekadar hubungan keluarga. Perasaan itu berkembang menjadi pelampiasan hasrat yang memaksaku dalam situasi yang tak pernah kubayangkan. Di antara rasa bersalah dan penyesalan, aku terjebak dalam perang batin yang terus mencengkeramku. Bayang-bayang kenikmatan dan dosa menghantui setiap malam, membuatku bertanya-tanya bagaimana aku bisa melanjutkan hidup dengan beban ini. Kakakku, yang tidak menyadari apa yang terjadi di balik pintu tertutup, tetap percaya bahwa segala sesuatu berjalan baik di rumahnya. Kepercayaannya yang besar terhadap Aldi dan cintanya padaku membuatnya buta terhadap konflik dan ketegangan yang sebenarnya terjadi. Setiap kali dia pergi, meninggalkan aku dan Aldi sendirian, ketakutan dan kebingungan semakin menguasai diriku. Di tengah ketegangan ini, aku mencoba berbicara dengan Aldi, berharap bisa menghentikan siklus yang mengerikan ini. Namun, perasaan bingung dan nafsu yang tak terkendali membuat Aldi semakin sulit dikendalikan. Setiap malam adalah perjuangan untuk tetap kuat dan mempertahankan batasan yang semakin tipis. Kisah ini adalah tentang perjuanganku mencari ketenangan di tengah badai emosi dan cinta terlarang. Dalam setiap langkahku, aku berusaha menemukan jalan keluar dari jerat yang mencengkeram hatiku. Akankah aku berhasil menghentikan pelampiasan keponakanku dan kembali menemukan kedamaian dalam hidupku? Atau akankah aku terus terjebak dalam bayang-bayang kesepian dan penyesalan yang tak kunjung usai?