Chryssant Elettra-akrab disapa Ysee-mendapati diri berpindah ke tubuh lain setelah 'dikutuk' oleh korban perundungan kawanannya atas perlakuan buruk mereka. Tragisnya, ialah satu-satunya yang terkena imbas atas 'kutukan' itu. Ysee berakhir di sebuah kontinen bernama Earthalic, terancam mati pada perjumpaan pertama dengan Remus Valez, sang putra mahkota kekaisaran. Dituduh sebagai penggerak utama agresi suku Ace, Ysee hampir menjadi tawanan kekaisaran sampai seorang tabib istana memvalidasi kejujurannya. Atas izin dari sang Putra Mahkota, Ysee menempati manornya, dijadikan sebagai pelayan pribadi pria itu secara sepihak. Sampai kehadiran Ysee berdampak pada terkuaknya satu demi satu kebenaran yang selama ini luput dari jangkauan pengetahuan Remus. Tetapi, mereka tidak sadar bila keduanya telah menjadi bagian dari permainan skema seseorang-memainkan peran sebagai dua buah bidak yang akan menjadi awal dari kehancuran.
MENURUT strategi yang telah diperhitungkan, mereka akan keluar dari penjagaan tepat 'alat' itu berhasil membelokkan atensi dua orang prajurit kekaisaran. Berpindah dari mata ke mata, akhirnya pandangan empat kawanan pria itu mendarat serempak ke satu-satunya kaum hawa di sana. Yang ditatap tidak merasa terusik, ia masih sibuk memancangkan pandangan lurus ke depan.
"Firasatku buruk," gumam salah seorang pria, kerutan dalam muncul di permukaan keningnya. "Cih, gelagatnya begitu kaku."
"Diamlah, Viktas. Jangan memancing keributan."
Pria kedua menegur si pria pertama bernama Viktas itu dengan bisikan hati-hati. Viktas kembali meludah, tetapi ia memutuskan untuk diam. Mereka berlima terus mengamati panggung terbuka, melihat bagaimana Engar-pemuda memprihatinkan yang dijadikan sebagai 'alat' baru dalam suku mereka-mulai mengikuti fase-fase dalam skenario; menangis, tertawa, menggila, kemudian kabur.
Pada fase terakhir ini, si prajurit kekaisaran kemungkinan besar akan mengejar Engar dan kelima orang itu dapat memulai aksi mereka. Untuk kelanjutan dari nasib Engar sendiri, tidak akan ada yang memedulikan. Bila beruntung, Engar dapat kembali dengan utuh bersama mereka, kemudian melanjutkan pelatihan untuk diperalat lagi oleh kelima orang itu.
"Mereka sudah pergi," suara setenang riak air dari satu-satunya gadis tiba-tiba menarik kesimpulan di antara keheningan, "ayo, bergerak."
Gadis berparas oriental dengan garis asertif di setiap fitur wajahnya mulai memimpin keempat pria keluar dari hutan, sekitar setengah kilometer dari gerbang kekaisaran. Engar sudah tidak lagi tampak, begitu pun si prajurit kekaisaran yang bertugas menjaga gerbang. Entah prajurit itu dungu atau bagaimana, atensinya begitu mudah dibelokkan oleh 'alat' suku.
Meneguhkan misi utama suku Ace untuk mengguncang kekaisaran, kelimanya semakin mempercepat langkah untuk menggapai gerbang. Tetapi, keteguhan mereka menjadi bias, berganti keterkejutan karena tahu-tahu saja lima prajurit melompat keluar dari semak sisi kanan dan kiri gerbang. Jelas presensi mereka tidak terjangkau oleh visual para anggota suku. Lagi pula, semenjak kapan mereka bisa berkamuflase dengan baik di antara semak-semak itu?
Sepertinya mereka sudah belajar dari kesalahan, batin si gadis berparas oriental itu, binar netra hitamnya sedikit mengejek. "Halo, prajurit-prajurit sampah kekaisaran."
"Cih, kita tertangkap basah oleh sampah, huh?" Viktas turut melontarkan olok-olok, tidak merasa terintimidasi walau kelimanya kini terkepung tanpa celah. "Ace Tribes, tunjukkan mana kebanggaan dari leluhur kita! Balas mata dengan mata!"
Bertepatan orasi singkat itu dikumandangkan, Viktas dan kesemua anggota suku Ace mulai mengabsen seluruh mana yang mendiami aliran darah mereka. Viktas memusatkan mananya di telapak tangan dan merunduk menggapai tanah, menciptakan getaran berskala besar yang cukup menimbulkan patahan. Seringai brutal menghiasi bibir pria itu ketika dilihatnya para prajurit kekaisaran menunduk.
Arah retakan dari area patahan mulai bercabang, tersebar merangkak untuk menjangkau sepatu bot kulit mereka.
Dalam sekejap, area patahan mulai menjorok naik ke atas. Itu perbuatan Gylan, ia memusatkan seluruh mana pada area tapak kaki kanannya. Hanya dengan satu kali entakan kuat, ia berhasil mengekspos lebar-lebar puncak retakan dan menguarkan lava pijar. Atmosfer kekaisaran kian intens. Satu per satu dari kelima anggota suku Ace mulai memamerkan anugerah dari leluhur mereka.
Para prajurit kekaisaran terus beringsut mundur setiap kali cairan lava merangkak ganas ke arah mereka. Buih-buih jingga kemerahan yang muncul seakan-akan mengejek bahwa presensi mereka di sini cuman untuk mencari mati. Pedang yang tersampir pada atribut zirah besi jelas tidak memiliki nilai kegunaan untuk melawan mana para anggota suku Ace.
Di tengah arogansi dan kepercayaan diri akan kemenangan suku Ace atas kekaisaran, mereka tidak tahu bila situasi saat ini merupakan bagian dari taktik Remus Valez, sang Putra Mahkota. Dari balik pilar istana, netranya memancang lurus ke depan. Ia sudah mempelajari bagaimana mana itu bekerja, serta menarik kesimpulan cara untuk melemahkan kinerja mana mereka.
Lima orang itu perlu dibuat lengah di masing-masing titik pemusatan mereka. Jadi, Remus mulai menginstruksikan keempat prajurit kekaisaran di balik pilar yang sama dengannya. Pembawaan tenang dari pria itu membuat seluruh instruksi sang Putra Mahkota didengar baik-baik oleh bawahannya.
Hunjaman belasan anak panah sukses mengalihkan atensi suku Ace dari kelima prajurit. Mereka spontan menoleh cepat ke arah gerbang. Sage cepat-cepat memasang tubuh untuk melindungi keempat kawannya. Ia mulai memusatkan mana pada daerah mata dan kening, dari sana sebuah mekanisme pertahanan dalam bentuk selubung transparan muncul. Belasan anak panah langsung tertancap di sana.
Tidak mau mengulur-ulur waktu, Kaz-pria kedua yang sempat menegur Viktas-menjentikkan jari di dekat selubung. Listrik mengarus tidak lama setelahnya, menghanguskan belasan anak panah lain yang baru diarahkan kepada mereka.
Masih mengamati situasi memanas dari balik pilar, Remus mengerutkan kening tidak senang. Ia menggeser tatapan menuju busur di tangan, terselip anak panah dengan ujung besi panas mematikan pada talinya. Mau bagaimana lagi? pikirnya, berlari keluar dari pilar untuk turun tangan dalam menumpas para kotoran yang kerap mengusik ketenangan kontinennya.
Ia berdiri tidak jauh dari keempat kesatria yang masih menghunjam anak panah lain. Tanpa berminat meminta kesatrianya menggeser, ia memicingkan netra dan menjentikkan tali busur. Anak panah berujung besi panas memelesat di antara dua kepala kesatrianya, terhunjam lurus ke depan tepat pada selubung.
"Argh! Mataku panas!" Sage mengerang, konsentrasinya seketika buyar.
Selubung ciptaan mananya terpecah. Kaz menghadap Sage, berniat untuk meredakan kepanikan pria itu akan rasa panas yang menggerayangi netra kawannya. Di tengah erangan Sage, suara gedebuk Viktas dan Gylan terdengar di belakang. Chryssant-si gadis satu-satunya dalam suku-spontan menoleh ke balik pundak, mendapati dua dari lima kesatria itu sudah menahan punggung kedua kawan prianya dengan lutut dan siku.
Masih dengan paras setenang riak air, netra hitam gadis itu mengilat merah saat berserobok dengan si Putra Mahkota. Remus menggeserkan arah busur dari Sage dan Kaz, menuju Chryssant. Ia tentu tidak diam saja. Berbeda dengan keempat kawan prianya, pemusatan mana Chryssant ada di sekujur tubuh moleknya. Ia mengabsen mananya untuk dibangkitkan kembali, lambat laun tubuhnya menciptakan aura kemerahan.
Surai hitam Chryssant berkobar-kobar bagaikan nyala api. Ia mengangkat tangan ke atas langit. Yang tadinya cerah, situasi sekitar kekaisaran berubah seratus delapan puluh derajat. Remus secuil pun tidak merasa gentar. Ia melangkah ke tengah-tengah keempat kesatrianya, menginstruksikan mereka untuk bersama-sama melecutkan anak panah.
Disertai rintik hujan, petir menyambar. Remus tidak ingin membuang waktu lebih lama. Ia tahu tujuan Chryssant menggunakan petirnya untuk mendinginkan ujung besi panas dari anak panah. Tetapi, tidak akan semudah itu. Kekaisaran sengaja mempersiapkan pemanasan anak panah ini dari lama sekali. Secepat kilat, belasan desing anak panah biasa memelesat membelah udara mendung kekaisaran.
Petir itu terus berusaha menyambar anak panah hasil bidikan kesatria, tetapi Chryssant kesulitan untuk mengendalikan lebih banyak petir. Manik hitamnya kembali mengilat, ia mencoba mencari anak panah berujung besi panas yang terarah kepada suku Ace. Tetapi, di mana? Itu tidak terjangkau oleh visualnya.
"Kita mundur." Kaz menangkap lengan Chryssant. "Rysa!"
"Kita sudah sejauh ini!"
Chryssant masih teguh dengan pendiriannya untuk bertahan. Ia hanya perlu menghabiskan panah berujung besi panas dan mereka akan memenangkan kekaisaran. Akan tetapi, keteguhan itu menurun meski tidak ingin ia akui secara pribadi. Bagaimana tidak, anak panah biasa dari kesatria tadi kini sudah tergantikan oleh belasan anak panah berujung besi panas.
Kaz akhirnya melepaskan tangan Chryssant ketika sadar anak panah maut itu terarah kepada mereka. Tanpa repot-repot menoleh kembali ke belakang, Kaz, Sage, Viktas, dan Gylan segera melarikan diri ke hutan. Begitu tahu Chryssant sengaja ditinggal oleh keempat kawan satu sukunya, netra hitam itu menggelap dan mengilat kemerahan pekat.
Terlarut dalam amarah, Chryssant tidak sadar bila Remus sedang berancang-ancang menarik busur tepat ke arah kakinya. Dalam kecepatan tinggi, anak panah berujung besi panas sukses menancap pergelangan kaki kanannya, seketika melumpuhkan fungsi dari seluruh anggota tubuh Chryssant. Gadis berparas oriental itu jatuh terduduk di permukaan tanah.
Gemuruh menggelegak, mulanya teramat besar. Tetapi, seiring kelumpuhan itu terjadi, petir-petir lambat laun raib dan himpunan awan bersih seputih kapas kembali mendominasi langit. Angkasa jauh lebih tenang. Tidak ada lagi pemicu kemarahan, selain Chryssant yang kini diam-diam meloloskan sumpah serapah penuh murka dari tempatnya tersimpuh.
"Aku, Chryssant Elettra, bersumpah demi darah leluhurku-Dewi Achena-akan membalas keserakahan kalian semua. Mata dengan mata."
Ketika sumpah sakral itu ia turunkan, maka 'bayaran' setimpal telah menunggu di depan. Pusaka Terlarang, akan ia dapatkan.[]
Frans mahasiswa kedokteran berprestasi harus ikhlas meninggalkan bangku kuliahnya setelah kedua orang tuanya meninggal dalam kecelakaan lalulintas yang merenggut nyawa keduanya. Frans yang menjadi tukang punggung keluarga dengan memikul beban dua adik perempuannya Shireen dan Siska. Frans bekerja sebagai penyanyi di club' malam dan penyanyi di pesta pernikahan. Sampai akhirnya ia dilirik mamih Mega owner club' malam tempat ia bekerja untuk menjadi pria penjual Cinta. Dimulai kah petualangan Terong Jumbo Frans dari satu pelukan ke pelukan wanita lainnya. Sampai ia bertemu dengan Fira, gadis yang menyewanya untuk merenggut kesuciannya. Merekapun jatuh Cinta. Namun ditengah hubungan mereka Frans menikahi Anjani.
Blurb : Adult 21+ Orang bilang cinta itu indah tetapi akankah tetap indah kalau merasakan cinta terhadap milik orang lain. Milik seseorang yang kita sayangi
Warning 21+ Harap bijak memilih bacaan. Mengandung adegan dewasa! Memiliki wajak cantik dan tubuh sempurna justru mengundang bencana. Sherly, Livy dan Hanny adalah kakak beradik yang memiliki wajah cantik jelita. Masing-masing dari mereka sudah berkeluarga. Tapi sayangnya pernikahan mereka tak semulus wajah yang dimilikinya. Masalah demi masalah kerap muncul di dalam hubungan mereka. Kecantikan dan kesempurnaan tubuh mereka justru menjadi awal dari semua masalah. Dapatkah mereka melewati masalah itu semua ?
Kayla Herdian kembali ke masa lalu dan terlahir kembali. Sebelumnya, dia ditipu oleh suaminya yang tidak setia, dituduh secara salah oleh seorang wanita simpanan, dan ditindas oleh mertuanya, yang membuat keluarganya bangkrut dan membuatnya menggila! Pada akhirnya, saat hamil sembilan bulan, dia meninggal dalam kecelakaan mobil, sementara pelakunya menjalani hidup bahagia. Kini, terlahir kembali, Kayla bertekad untuk membalas dendam, berharap semua musuhnya masuk neraka! Dia menyingkirkan pria yang tidak setia dan wanita simpanannya, membangun kembali kejayaan keluarganya sendirian, membawa Keluarga Herdian ke puncak dunia bisnis. Namun, dia tidak menyangka bahwa pria yang dingin dan tidak terjangkau di kehidupan sebelumnya akan mengambil inisiatif untuk merayunya: "Kayla, aku tidak punya kesempatan di pernikahan pertamamu, sekarang giliranku di pernikahan kedua, oke?"
Rhido tak pernah menduga masa lalunya yang hitam dan kelam, ternyata sangat berpengaruh pada kehidupan rumah tangganya bersama Lisda. Wanita yang dinikahinya karena telah berhasil membuat Rhido sadar akan kesalahan masa lalunya. Ketika Rhido sedang berjuang menghilangkan jejak masa lalunya, justru halangan datang dari istrinya. Ketika sedang mengandung anak pertamanya, Lisda justru meraskan gangguan yang membuatnya selalu kesakitan saat berhubungan badan dengan suaminya. Rhido yang teramat mencintai istri dan calon anaknya, rela bertahan tidak melakukan hubungan badan dengan istrinya. Sampai akhirnya Rhido mendapat tugas kerja di daerah pedalaman Jawa Barat dan Kalimantan. Di sanalah godaan demi godaan datang silih berganti. Sanggupkah Rhido yang mantan bajingan itu bertahan dengan kesetiannya, atau malah sebaliknya. Lanas bagaimana nasib Lisda dengan anak yang baru dilahirkannya? Benarkah masa lalu Rhido yang penuh dengan aura mistis kembali menghantui dan menganggunya? Seperti apa aura dan gangguan mistis yang dia dapatkannya? Adakah pengaruhnya pada Lisda, istri sahnya?