/0/2291/coverbig.jpg?v=5d75c6aa99a48bade6fc5c348781a1be)
Tisa perempuan cantik dan matre. Dia selalu mengaet laki-laki yang kaya. Suatu saat masalah demi masalah menimpa dirinya. Apakah Tisa akan memperbaiki kesalahan atau sebaliknya?
Malam itu berbeda dengan malam yang lainnya. Ya, Tisa dan Egi berkencan di sebuah restoran termahal. Dengan nuansa yang sangat romantis mereka menghabiskan malam mereka di sana.
"Kamu mau pesan apa, Sayang?" tanya Egi sambil meyodorkan menu ke Tisa.
"Aku mau steak dan minum orange juice," ucap Tisa.
Egi mengangguk lalu memanggil seorang pelayan restoran dan pelayan restoran itu segera datang.
"Mau pesan apa, Mas?" tanya pelayan perempuan memakai baju hitam dengan rambut dikuncir satu.
"Steak dua sama orange juice dua."
Pelayan itu mengangguk dan beberapa saat kembali dengan pesanan mereka. Ia meletakkannya di meja lalu beranjak dari meja itu.
Akhirnya Egi dan Tisa melahap makanan mereka. Sesaat kemudian mereka selesai dan pulang dengan mobil. Di tengah perjalanan, Egi meminggirkan mobilnya membuat Tisa bertanya-tanya.
"Kok mobilnya berhenti, Sayang?" tanya Tisa mengerutkan keningnya. Egi hanya terdiam dan menyodorkan sebuah tas belanja.
"Ini buat kamu." Tisa terbelalak kaget dan langsung menerima pemberian Egi.
"Ya ampun, Sayang. Pasti ini mahal." Ternyata Egi membelikan Tisa sebuah gaun mahal. Gadis itu sangat senang karena Egi membelikannya barang mahal.
"Nggak mahal kalau buat kamu."
Tisa menyenderkan bahunya di badan Egi dan cowok itu membelai rambut Tisa.
Setelah beberapa saat, Egi melanjutkan perjalanannya untuk mengantar Tisa ke rumahnya.
"Makasih buat malam ini, Sayang. Kamu cinta kan sama aku?" tanya Tisa sebelum keluar dari mobil Egi saat sudah sampai di depan rumahnya.
Egi hanya mengangguk, "pasti.
"Kalau gitu, kamu mau kan membelikan apa yang aku inginkan?" tanya Tisa lagi. Ia paham betul kalau Egi benar-benar sudah jatuh kepelukannya dan pasti akan menuruti apa yang ia mau.
"Iya, Sayang. Pasti. Aku janji. Aku pulang dulu." Egi menutup kaca mobilnya dan melanjutkan perjalanannya.
Dari kejauhan Tisa menatap mobil Egi yang sudah tak terlihat. Ia bergumam dalam hatinya, akhirnya ia bisa menemukan sosok laki-laki kaya yang mau membelikannya barang-barang mahal.
Kevin melangkahkah ke kelas Zara untuk menemui kekasihnya itu. Sesampainya di sana, tak ada sosok Zara, yang ada hanya Tisa dengan beberapa temannya yang lain. Tisa yang mengetahui Kevin langsung menghampirinya.
"Nyari Zara, ya?"
Entah kenapa akal bulus Tisa muncul, memang sikap buruknya selalu iri dengan kebahagiaan orang lain. Ya, tanpa Zara sadari selama ini dia salah memilih teman. Kelihatannya Tisa baik, padahal sebaliknya, dia selalu punya seribu cara untuk menghancurkan kebahagiaan orang lain.
Kevin mengangguk. "Iya, kamu tahu Zara di mana?"
"Belum berangkat. Kamu udah jadian sama Zara?" tanya Tisa menyelidik.
"Kenapa?"
"Nggak apa, sih. Hati-hati aja kalau kamu jadi bahan pelampiasannya Zara," celetuk Tisa bermaksud jahat dan berusaha menghancurkan hubungan keduanya.
"Maksud kamu apa bilang kayak gitu?" Kevin tak tahu arah pembicaraan Tisa yang menurutnya nyeleneh.
"Kamu nggak paham maksudku?"
Kevin menggeleng.
"Aku jelasin ya, aku tahu dari dulu Zara suka sama Ian, dan sayangnya Ian memilih aku, tapi udah putus. Kemungkinan besar Zara sakit hati, dan melampiaskan sakit hatinya sama kamu, terus dia mau jadian sama kamu. Kasihan, ya!" Tisa tertawa sambil menepuk bahu Kevin. Ucapan Tisa barusan membuat Kevin sedikit emosi. Sebenarnya Kevin juga sudah tahu kalau Zara memang suka dengan Ian yang dimaksud Tisa, tetapi Kevin mencoba tak memedulikan perkataan Tisa. Dia paham tipe perempuan apa Tisa ini, perempuan yang mudah mengobral cinta pada laki-laki. Benar saja, belum lama putus dengan Ian, dia sudah berpacaran dengan Egi, Kevin tahu karena Egi adalah teman satu kelasnya.
"Udah ngomongnya? Aku nggak peduli! Aku yakin Zara bisa nerima aku suatu saat nanti!" ucap Kevin dengan rasa percaya diri. Apapun akan dilakukannya demi mendapatkan cinta Zara.
"Terserah, jangan terlalu percaya diri, nanti kecewa." Tisa mengibaskan tangan dihadapan muka Kevin. Enggan menanggapi, Kevin memilih pergi meninggalkan Tisa dengan perkataannya yang julid.
***
"Tadi pagi aku nyariin kamu." Kevin menghampiri Zara di kelasnya saat istirahat tiba.
"Maaf tadi aku belum datang, Vin," jawab Zara.
"Aku boleh nanya sesuatu?" tanya Kevin, serius.
"Silakan."
"Kamu masih suka sama Ian?"
Perkataan Kevin membuat Zara bingung apa yang harus dijawab. Di lain sisi, jujur dia masih sedikit menyimpan rasa pada Ian, di lain sisi kalau dia menjawab jujur akan menyakiti perasaan Kevin.
Zara hanya menggeleng tanpa mengucapkan sepatah kata apapun. Kevin mengerti dan mengajak kekasihnya itu pergi ke kantin yang tak jauh dari kelas.
"Kamu mau pesan apa?" tanya Kevin sesampainya di kantin.
"Es jeruk aja, Vin."
Kevin beranjak untuk memesan dan beberapa saat dia kembali membawa psanan mereka, lalu duduk dihadapan Zara sambil meletakkan minuman pesanan Zara.
Zara hanya terdiam, dia tak tahu harus mulai mengobrol apa dengan Kevin padahal cowok itu adalah pacarnya, tetapi rasa canggung masih menyelimutinya.
"Aku bawa sesuatu buat kamu, Ra." Kevin mengambil sesuatu dari balik badannya dan menyodorkan sebuah cokelat pada Zara.
Zara langsung menerimanya. "Sejak kapan kamu bawa cokelat?"
"Itu sulapan," Kevin menjawab pertanyaan gadis itu dengan bercanda.
Zara yang mendengar jawaban Kevin hanya menggeleng dan dalam hatinya tertawa. Kevin ternyata bukan laki-laki yang terlalu buruk untuk dijadikan kekasih, dia baik dan perhatian, selain itu penyabar.
Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Aku, Rina, seorang wanita 30 Tahun yang berjuang menghadapi kesepian dalam pernikahan jarak jauh. Suamiku bekerja di kapal pesiar, meninggalkanku untuk sementara tinggal bersama kakakku dan keponakanku, Aldi, yang telah tumbuh menjadi remaja 17 tahun. Kehadiranku di rumah kakakku awalnya membawa harapan untuk menemukan ketenangan, namun perlahan berubah menjadi mimpi buruk yang menghantui setiap langkahku. Aldi, keponakanku yang dulu polos, kini memiliki perasaan yang lebih dari sekadar hubungan keluarga. Perasaan itu berkembang menjadi pelampiasan hasrat yang memaksaku dalam situasi yang tak pernah kubayangkan. Di antara rasa bersalah dan penyesalan, aku terjebak dalam perang batin yang terus mencengkeramku. Bayang-bayang kenikmatan dan dosa menghantui setiap malam, membuatku bertanya-tanya bagaimana aku bisa melanjutkan hidup dengan beban ini. Kakakku, yang tidak menyadari apa yang terjadi di balik pintu tertutup, tetap percaya bahwa segala sesuatu berjalan baik di rumahnya. Kepercayaannya yang besar terhadap Aldi dan cintanya padaku membuatnya buta terhadap konflik dan ketegangan yang sebenarnya terjadi. Setiap kali dia pergi, meninggalkan aku dan Aldi sendirian, ketakutan dan kebingungan semakin menguasai diriku. Di tengah ketegangan ini, aku mencoba berbicara dengan Aldi, berharap bisa menghentikan siklus yang mengerikan ini. Namun, perasaan bingung dan nafsu yang tak terkendali membuat Aldi semakin sulit dikendalikan. Setiap malam adalah perjuangan untuk tetap kuat dan mempertahankan batasan yang semakin tipis. Kisah ini adalah tentang perjuanganku mencari ketenangan di tengah badai emosi dan cinta terlarang. Dalam setiap langkahku, aku berusaha menemukan jalan keluar dari jerat yang mencengkeram hatiku. Akankah aku berhasil menghentikan pelampiasan keponakanku dan kembali menemukan kedamaian dalam hidupku? Atau akankah aku terus terjebak dalam bayang-bayang kesepian dan penyesalan yang tak kunjung usai?
Warning 21+ Harap bijak memilih bacaan. Mengandung adegan dewasa! Bermula dari kebiasaan bergonta-ganti wanita setiap malam, pemilik nama lengkap Rafael Aditya Syahreza menjerat seorang gadis yang tak sengaja menjadi pemuas ranjangnya malam itu. Gadis itu bernama Vanessa dan merupakan kekasih Adrian, adik kandungnya. Seperti mendapat keberuntungan, Rafael menggunakan segala cara untuk memiliki Vanessa. Selain untuk mengejar kepuasan, ia juga berniat membalaskan dendam. Mampukah Rafael membuat Vanessa jatuh ke dalam pelukannya dan membalas rasa sakit hati di masa lalu? Dan apakah Adrian akan diam saja saat miliknya direbut oleh sang kakak? Bagaimana perasaan Vanessa mengetahui jika dirinya hanya dimanfaatkan oleh Rafael untuk balas dendam semata? Dan apakah yang akan Vanessa lakukan ketika Rafael menjelaskan semuanya?
Untuk membayar hutang, dia menggantikan pengantin wanita dan menikahi pria itu, iblis yang ditakuti dan dihormati semua orang. Sang wanita putus asa dan kehabisan pilihan. Sang pria kejam dan tidak sabaran. Pria itu mencicipi manisnya sang wanita, dan secara bertahap tunduk pada nafsu adiktif. Sebelum dia menyadarinya, dia sudah tidak dapat melepaskan diri dari wanita tersebut. Nafsu memicu kisah mereka, tetapi bagaimana cinta bersyarat ini akan berlanjut?
Sayup-sayup terdengar suara bu ustadzah, aku terkaget bu ustazah langsung membuka gamisnya terlihat beha dan cd hitam yang ia kenakan.. Aku benar-benar terpana seorang ustazah membuka gamisnya dihadapanku, aku tak bisa berkata-kata, kemudian beliau membuka kaitan behanya lepas lah gundukan gunung kemabr yang kira-kira ku taksir berukuran 36B nan indah.. Meski sudah menyusui anak tetap saja kencang dan tidak kendur gunung kemabar ustazah. Ketika ustadzah ingin membuka celana dalam yg ia gunakan….. Hari smakin hari aku semakin mengagumi sosok ustadzah ika.. Entah apa yang merasuki jiwaku, ustadzah ika semakin terlihat cantik dan menarik. Sering aku berhayal membayangkan tubuh molek dibalik gamis panjang hijab syar'i nan lebar ustadzah ika. Terkadang itu slalu mengganggu tidur malamku. Disaat aku tertidur…..
Yolanda mengetahui bahwa dia bukanlah anak kandung orang tuanya. Setelah mengetahui taktik mereka untuk memperdagangkannya sebagai pion dalam kesepakatan bisnis, dia dikirim ke tempat kelahirannya yang tandus. Di sana, dia menemukan asal usulnya yang sebenarnya, seorang keturunan keluarga kaya yang bersejarah. Keluarga aslinya menghujaninya dengan cinta dan kekaguman. Dalam menghadapi rasa iri adik perempuannya, Yolanda menaklukkan setiap kesulitan dan membalas dendam, sambil menunjukkan bakatnya. Dia segera menarik perhatian bujangan paling memenuhi syarat di kota itu. Sang pria menyudutkan Yolanda dan menjepitnya ke dinding. "Sudah waktunya untuk mengungkapkan identitas aslimu, Sayang."