/0/20586/coverbig.jpg?v=e96a5454d5b04d4c1fdae6aa6401d974)
Warning 18+ !! Bacaan untuk yang cukup umur! Harap Bijak memilih bacaan. "Apakah kamu tidak mempunyai hati nurani, Rama?" tanya Ratna dengan mata yang berkaca-kaca. "Tidak. Kurasa kamu yang harus memikirkan tentang hati nurani! Aku sudah bertahun-tahun berpacaran dengan Shinta!" seru Rama setengah berteriak. "Lalu? Kamu ingin aku menggugurkan janin ini?" tanya Ratna dengan pandangan penuh amarah. Rama terdiam sejenak. Mencoba untuk berpikir harus melakukan hal apa kepada sahabat termasuk selingkuhannya. Jujur saja ia sama sekali tidak sengaja melakukan kesalahan itu sehingga membuat kekacauan seperti sekarang. "Untuk sekarang jangan hubungi aku. Aku perlu waktu sebelum mengambil keputusan penting ini." "Kamu.. Benar-benar jahat," gumam Ratna dengan air mata yang menetes membasahi wajahnya. Dunianya hancur karena satu kesalahan kecil di malam itu.
Biasanya malam hari dihabiskan oleh Shinta untuk memeriksa laporan keuangan di rumah. Namun, tiba-tiba saja Rama mengajaknya untuk bertemu sepulangnya dari bekerja. Walaupun terasa capek, karena bertemu dengan orang terkasih, rasanya pegal itu tiba-tiba hilang. Bahkan, Shinta berniat untuk menginap di rumah Rama dan berbagi kehangatan seperti satu minggu lalu. Karena ia merindukan sentuhan intim dari kekasihnya.
Sekarang mereka sedang dalam perjalanan menuju restoran yang sudah di booking oleh Rama. Katanya restoran itu cukup terkenal dengan suasana dan pemandangan yang indah. Alasannya adalah karena berada di pinggir pantai Jimbaran. Pasti langit pekat bertabur bintang menjadi pemandangan tak terlupakan.
Selama di dalam mobil, Shinta melempar pandangan keluar jendela. Mengamati lalu lintas yang padat, sehingga membuat mobil Pajero yang dikendarai Rama harus mengantre memasuki daerah Jimbaran. Padahal bukan hari libur, tapi jalanan di sini cukup macet.
"Bosen ya, Sayang?" tanya Rama. Menoleh pada Shinta dan mengusap tangannya lembut.
"Nggak kok... Cuma lagi capek aja," jelas Shinta. Membalas senyuman kekasihnya dan menggenggam telapak tangannya.
"Tidur sebentar juga nggak apa.. Nanti aku bangunin," tawar Rama kepada Shinta.
Wanita muda itu mengangguk mengerti. Kemudian, menurunkan sandaran kursinya hingga bisa berbaring dengan nyaman. Ia pun memejamkan matanya. Mencoba mengusir rasa lelah yang sejak tadi dirasakan. Membuat laporan keuangan di akhir bulan terasa begitu berat. Meskipun begitu, Shinta harus bertahan karena masih mempunyai banyak tanggungan. Seorang adik dan ibu yang bergantung hidup padanya.
Rama tersenyum melihat wajah pulas dari kekasihnya. Benar-benar terlihat menggemaskan. Padahal mereka sudah berpacaran begitu lama, namun sedikit pun tidak ada rasa bosan di hati Rama. Baginya kekasihnya akan selalu menjadi nomor satu di kehidupannya.
Seperti sekarang, Rama melewatkan pertemuan bersama pengusaha lain di Bali, hanya untuk mengajak makan malam Shinta. Sudah lama mereka tidak makan berdua di luar. Apalagi dengan suasana yang romantis.
Meskipun macet, Rama masih menikmati waktu yang terus berjalan. Terdengar suara dengkuran pelan dari kekasihnya. "Sepertinya Shinta benar-benar lelah," gumam Rama pelan. Lalu, menjalankan mobilnya pada saat melihat sudah cukup lenggang.
Drrtttt... Drrrttt...
Sebuah pesan singkat masuk ke ponselnya. Sambil menyetir ia pun berusaha membaca pesan masuk.
'Kamu sibuk? Cepat hubungi aku' tulisan itu muncul dengan pengirimnya bernama Ratna.
Rama mengernyitkan dahi membaca pesan yang ada di dalamnya. Merasa was-was, ia menoleh pada kekasihnya. Untung saja Shinta belum bangun. Kalau tidak mereka pasti akan bertengkar. Karena kekasihnya tipe pencemburu, terutama pada Ratna. Mereka tidak pernah cocok, meskipun Rama pernah mengenalkannya pada kekasihnya. Baginya tidak ada hubungan pertemanan antara pria dan wanita.
Sementara di perjalanan menuju restoran. Rama tidak hentinya memikirkan pesan yang dikirimkan oleh Ratna. Wanita itu jarang menghubungi jika bukan karena hal penting. Dan, karena itulah ia menjadi benar-benar cemas pada kemungkinan yang ada. Ketakutan yang dirasakan oleh mereka sewaktu terakhir bertemu. Ia benar-benar tidak habis pikir bisa sebodoh itu.
Setelah menaruh kembali ponselnya, Rama menoleh pada kekasihnya yang masih tertidur nyenyak. Dalam hatinya merasa benar-benar bersalah telah berkhianat dan membuat masalah. Kalau memang Ratna sampai hamil, ia tidak akan pernah tahu yang terjadi. Ia benar-benar mencintai Shinta, namun di sisi lain tidak tega membiarkan Ratna menanggung semua masalah sendirian. Jujur saja ia akan kebingungan nantinya. Dalam hati berdoa kalau sahabatnya hanya ingin berbicara mengenai proyek yang ditawarkan terakhir kali.
***
Pengunjung memadati pantai Jimbaran. Mereka duduk pada kursi kayu dan memesan makanan sambil menikmati suasana di pantai. Karena hari telah gelap, angin bertiup cukup kencang dan langit dipenuhi bintang yang begitu indah. Rama telah sampai pada restoran yang sudah di booking. Blue Ocean Restaurant merupakan restoran seafood terkenal di Jimbaran. Tidak heran walaupun hari biasa dipenuhi pengunjung.
Ada dua pilihan tempat duduk. Indoor dan outdoor. Kalau outdoor, meja dan kursi diletakkan di pinggir pantai. Berada cukup jauh dari air pantai, namun dapat melihat dengan jelas pemandangan air pantai yang begitu tenang. Kalau indoor hanya ada meja kayu yang berjejer rapi lengkap dengan nomor meja. Dan, terdapat lukisan abstrak beserta foto-foto nelayan yang sedang mencari ikan di lautan.
"Kita mau duduk di mana?" tanya Rama setelah mereka berjalan menuju pantai dan sibuk memilih meja.
"Di sini saja," tunjuk Shinta pada sebuah meja dengan nomor delapan di dekat lampu pencahayaan restoran.
Baru saja duduk, mereka sudah dihampiri oleh pelayan restoran yang memakai seragam biru. Gadis muda itu tersenyum tipis sebelum menyerahkan buku menu.
"Silakan dipilih menu makanannya," ucap pelayan itu. Kemudian, berdiri di samping Shinta, menunggu pesanan dicatat.
"Kami pesan dua paket seafood bakar. Itu sudah termasuk ikan ya?" tanya Rama memastikan.
"Iya, Pak.. Paket seafood bakar untuk dua orang sudah lengkap. Termasuk ikan, udang, kerang, cumi-cumi, dan tumis kangkung," jelas gadis muda itu menerangkan dengan sabar.
"Oke. Kalau begitu kami pesan itu.." ucap Rama. "Ada tambahan nggak, Sayang?" tanya Rama menanyakan keinginan kekasihnya. Siapa tahu ingin menambah menu lain. Karena banyak sekali menu yang menggugah selera.
"Boleh deh Ayang.. Aku mau udang goreng mentega dan cumi goreng tepung. Untuk minumnya air mineral aja," pinta Shinta.
"Ya udah, mbak. Tambahannya udang goreng mentega dan cumi goreng tepung. Minumannya satu botol air mineral dan jus semangka," ucap Rama memberitahukan pada pelayan tersebut tambahan makanannya.
Gadis muda ini menulis dengan serius pada kertas memo yang dibawanya. Setelah mengulangi pesanan. Ia pun berpamitan.
"Kalau begitu saya duluan. Nanti pesanannya akan dibawakan oleh rekan saya dalam waktu tiga puluh menit. Mohon menunggu," jelas pelayan itu.
"Baik.. Terima kasih," ucap Rama dan Shinta berbarengan.
Setelah pelayan pergi, Rama tersenyum memandangi wajah Shinta. Ia benar-benar senang dapat pergi makan malam. Walaupun ada sedikit kekhawatiran menyelimuti hatinya mendapatkan pesan singkat tadi.
"Sudah lapar, Sayang?" tanya Rama perhatian pada kekasihnya. Menurut pemikirannya pasti Shinta belum makan, karena Rama menjemputnya setelah kekasihnya pulang kerja.
"Iya, lapar banget.. Hehe," ucap Shinta tersenyum tipis.
"Sabar ya..." balas Rama. Kemudian, mengulurkan tangannya untuk menyentuh telapak tangan Shinta lembut.
"Iya, Ayang," ucap Shinta dengan tersenyum simpul sambil menggenggam tangan Rama.
Selama mereka berpacaran, begitu banyak momen yang telah dilewati. Namun, baru kali ini Rama merisaukan hal lain di saat mereka bersama. Untung saja Shinta tidur selama perjalanan, kalau tidak pasti akan ada pertengkaran dan mereka batal untuk makan malam.
Ddrrttt.. Drrrttt...
Tiba-tiba ponsel milik Rama yang ada di atas meja bergetar. Hal itu membuatnya terlihat sedikit panik. Takutnya Shinta akan mencoba untuk membaca pesan masuk.
"Siapa?" tanya Shinta menarik tangannya.
"Ah, bukan siapa-siapa," jawab Rama setelah membaca pesan yang diterima.
Ia tersenyum tipis. Lalu, kembali menggenggam tangan kekasihnya. Padahal di dalam hati berusaha untuk menyembunyikan kekhawatirannya. Membalas pesan dari Ratna di saat sekarang bukanlah hal bagus. Yang terpenting ia harus melewati makan malam bersama kekasihnya. Barulah nanti akan mengurus perihal Ratna. Semoga saja hal-hal buruk yang dipikirkannya tidak terjadi. Karena kebohongan awal akan diikuti oleh kebohongan lainnya. Dan, hubungan mereka yang menjadi taruhannya.
Citra tidak pernah menyangka kalau Dwiyan akan pergi menyisakan luka yang masih membekas di sudut memorinya. Setelah kepergian pemuda yang mengisi hari-harinya, ia harus menghadapi kenyataan mengenai penyakit yang dideritanya. Setelah melewati hari-hari penuh sakit hati yang berkepanjangan, Citra bertemu Panggih yang membuat segala luka di masa lalu mulai membaik. Mampukah Citra menyingkirkan bayang-bayang di masa lalu? Dan, berbahagia dengan Panggih? Atau, terperangkap dalam bayangan di sudut memori?
Diperuntukkan bagi dewasa berumur 18+. Harap bijak dalam memilih bacaan.***Seperti biasa mas bram pun selalu punya cara untuk memberikan alasan pada ibundanya setiap bulan ketika harus bertemu dengan aku. Dan hal itu bukan masalah yang besar untuk mas bram mengingat dirinya seorang atasan pada perusahaannya dimana dirinya diharuskan untuk mengontrol beberapa cabang diluar kota.Seperti pagi ini disaat aku sedang mamasak, mas bram diam-diam memelukku dari belakang dan mendaratkan ciuman nya di tengkuk leherku. Kami seperti pengantin baru saja, padahal kami sudah menikah selama sepuluh tahun lamanya. Dan dia adalah seorang lelaki yang romantis dan penuh pengertian dan sangat paham apa yang membuat aku bertekuk lutut dihadapan. Atau paling tidak disangat mengerti apa yang kuingini ketika kami dimabuk asmara seperti ini.Aku hanya mendesah, “ Mas, geli aah..Dia tambah bersemangat dengan memelukku tambah erat. Hingga akupun merasakan kelelakiannya ketika menyentuhku dari belakang.
Warning! Area 21+! Harap bijak memilih bacaan. Gerald King adalah seorang CEO terkenal dari perusahaan android, Stazy. Kepiawaiannya dalam berbisnis membuat perusahaan yang telah dinaungi olehnya menjadi berkembang hanya dalam waktu lima tahun. Selain terkenal dengan sifatnya yang pekerja keras. Wajahnya pun bisa terbilang sangat tampan dan digilai oleh banyak wanita. Tidak heran, banyak wanita sudah bertekuk lutut di hadapannya. Sayangnya, Gerald bertemu dengan salah satu pegawainya yang sama sekali tidak terpikat oleh pesonanya. Di saat Gerald menghabiskan waktu dengan wanita cantik dan seksi. Pikirannya tidak hentinya membayangkan tubuh dari pegawainya, Lana. Semenjak kehadiran Lana, ranjang yang biasanya terasa panas karena kelihaian para wanita yang tidur dengannya, menjadi tidak berguna. Gerald hanya menginginkan Lana sebagai pemuas nafsunya. Mampukah Gerald menaklukan Lana? Ataukah ia akan terus bertualang di ranjang asmara?
Warning 21+! Mengandung adegan dewasa! Tara seorang gadis cantik jelita dan mempunyai hati baik, akhirnya mengetahui jati diri sebenarnya, dari tanda lahir yang ada di tubuhnya. Dan seorang wanita yang tak lain adalah ibu kandungnya adalah orang yang pernah melabrak dan menghina dia, kala diketahui ia dan suaminya mempunyai hubungan khusus yang tak lain adalah ayah sambungnya. Perkenalan dengan lelaki itu, membuat rentetan peristiwa terkuak dalam kehidupannya. Apakah Tara akan memaafkan kesalahan sang mama yang telah membuangnya? Apakah Tara akan meninggalkan lelaki yang tak lain adalah ayah sambungnya?
Siska teramat kesal dengan suaminya yang begitu penakut pada Alex, sang preman kampung yang pada akhirnya menjadi dia sebagai bulan-bulannya. Namun ketika Siska berusaha melindungi suaminya, dia justru menjadi santapan brutal Alex yang sama sekali tidak pernah menghargainya sebagai wanita. Lantas apa yang pada akhirnya membuat Siska begitu kecanduan oleh Alex dan beberapa preman kampung lainnya yang sangat ganas dan buas? Mohon Bijak dalam memutuskan bacaan. Cerita ini kgusus dewasa dan hanya orang-orang berpikiran dewasa yang akan mampu mengambil manfaat dan hikmah yang terkandung di dalamnya
Seto lalu merebahkan tubuh Anissa, melumat habis puting payudara istrinya yang kian mengeras dan memberikan gigitan-gigitan kecil. Perlahan, jilatannya berangsur turun ke puser, perut hingga ke kelubang kenikmatan Anissa yang berambut super lebat. Malam itu, disebuah daerah yang terletak dipinggir kota. sepasang suami istri sedang asyik melakukan kebiasaan paginya. Dikala pasangan lain sedang seru-serunya beristirahat dan terbuai mimpi, pasangan ini malah sengaja memotong waktu tidurnya, hanya untuk melampiaskan nafsu birahinya dipagi hari. Mungkin karena sudah terbiasa, mereka sama sekali tak menghiraukan dinginnya udara malam itu. tujuan mereka hanya satu, ingin saling melampiaskan nafsu birahi mereka secepat mungkin, sebanyak mungkin, dan senikmat mungkin.
Aku mengira, kalo ini hanya mimpi. Atau kalo enggak, ini hanya prank sebagai kejutan ulang tahunku yang ke delapan belas. Tapi ternyata, ini realita pahit yang harus kuterima. Aku terpaksa menerima pernikahan ini, dengan seorang laki-laki berumur yang sama sekali belum kukenal sebelumnya. "Kamu bisa masak?" tanyanya. "Bisa." "Saya jarang masak disini. Jadi kamu bisa masak kalo lapar, atau kamu bisa delivery. Ini kartu kredit dan ATM buat kamu," Aku menoleh, melihat David meletakkan dua kartu itu di atas meja rias. "Aku nggak butuh kartunya deh," kataku sambil bangkit. David mengernyit. "Kasih duit aja. Keperluanku nggak seberapa. Susah juga kalo pake itu buat beli pentol, abangnya bingung mau gesek kemana," "Kamu bisa ambil pake ATM, berapapun kamu mau, kapan pun. Zaman sekarang tuh udah mudah, nggak perlu lagi bawa duit kemana-mana," "Kamu janji mau ngurusin aku kan?" tanyaku. "Itu emang janji saya," "Kalo gitu jangan nyusahin aku. Tinggal kasih aku duit nyata, apa susahnya sih," dengusku. Apa yang bisa kuharapkan dari pernikahan yang nggak kuinginkan ini? Bahagia, atau aku hanya sengsara. Apalagi, seorang laki-laki bernama Dinar datang dan dengan bangga mengatakan kalo dirinya sanggup menungguku sampai aku menjanda.
Angeline adalah seorang pekerja keras, ia baru saja dipecat dari tempat kerjanya karena fitnah rekan kerjanya. Angeline yang harus menjadi tulang punggung keluarganya berusaha mencari pekerjaan apa pun yang bisa menghasilkan. Hingga akhirnya ia bertemu dengan Bryan yang menawarkan sebuah pekerjaan dengan bayaran yang sangat tinggi. Bryan adalah seorang presdir perusahaan ternama. Dirinya yang sebagai keturunan terakhir dituntut untuk segera menikah agar bisa meneruskan keturunan. Dijodohkan dengan kenalan ibu tirinya, membuat Bryan enggan melakukannya karena tau niat dibalik sikap sang ibu tiri. Bryan pun bertemu dengan Angeline dan menawarkan pekerjaan untuk menyewakan rahimnya dan melahirkan keturunannya. Apakah Angeline bersedia untuk menyewakan rahimnya dan melahirkan anak dari Bryan? Akan kah benih-benih cinta tumbuh di antara keduanya dan menjadikan pernikahan mereka sebagai pernikahan yang sah?
Billy melepas Rok ku, aku hanya bisa menggerakan kaki ku agar Billy lebih mudah membuka Rok ku, sehingga Rok ku terlepas menyisakan celana pendek dan CD di dalamnya. Lalu Billy melepas celana pendek ku dan pahaku terpampang jelas oleh Billy, paha putih mulus tanpa cacat. Billy lulu menelusuri pahaku. Aku hanya bisa menikmati dengan apa yang billy lakukan padaku.