Nadine Arwen dijual oleh ayah tirinya kepada seorang muncikari dan dibeli oleh Leonardo Ethan, seorang taipan sukses yang sedang mencari istri dengan syarat harus perawan. Namun, di balik pernikahan mendadak ini, Leonardo memiliki agenda tersembunyi: ia ingin menghindari pernikahan yang dipaksakan oleh kakeknya. Pernikahan mereka jauh dari kata bahagia. Leonardo bersikap dingin dan tidak peduli terhadap Nadine. Apa pun yang Nadine lakukan selalu salah di mata suaminya, seakan Leonardo menyimpan dendam dan obsesi tersembunyi yang membuat Nadine merasa terperangkap dalam kehidupan yang penuh kesulitan. Mampukah Nadine bertahan dalam pernikahan tanpa cinta ini? Atau, akankah ia memilih untuk menyerah menghadapi pria yang misterius dan dingin seperti Leonardo?
Nadine Arwen menatap pantulan dirinya di cermin besar yang berdiri di sudut kamar. Gaun pengantin yang dikenakannya tampak sempurna; renda halus mengalir dari bahu hingga ke ujung kaki, mengikuti lekuk tubuhnya dengan elegan. Warna putih yang melambangkan kesucian itu seakan bertolak belakang dengan perasaan batinnya yang kacau. Matanya memerah, menahan air mata yang nyaris tumpah. Ini bukan pernikahan impiannya, bukan hari yang dipenuhi kebahagiaan dan cinta. Ini adalah hari yang dipaksakan-dan dia tahu, hidupnya takkan pernah sama lagi.
"Nadine, sudah siap?" Suara pelayan wanita yang ditugaskan untuk membantu persiapan hari itu terdengar dari balik pintu. Suaranya lembut, tetapi tidak menyembunyikan kesan tergesa. Waktu pernikahan semakin dekat, dan tidak ada lagi alasan untuk menunda.
Nadine menghela napas panjang, menenangkan dirinya sebelum menjawab. "Iya, sebentar lagi." Ucapannya nyaris berbisik, seolah berbicara pada dirinya sendiri. Namun, tubuhnya enggan bergerak. Kakinya terasa berat untuk melangkah keluar dari kamar yang sempit ini menuju kehidupan barunya yang penuh ketidakpastian.
Di luar kamar, hiruk-pikuk persiapan pernikahan terus berlangsung. Para pelayan berlalu-lalang menata tempat resepsi di rumah mewah milik Leonardo Ethan, suaminya yang dingin dan tak tersentuh. Leonardo, pria yang membeli hidupnya seperti sebuah barang dagangan. Nadine tidak tahu banyak tentangnya, hanya beberapa hal yang didengarnya dari muncikari yang menyerahkannya pada pria itu. Dia kaya, berkuasa, dan tampak tanpa emosi-semua hal yang membuat Nadine merasa terperangkap.
Pernikahan ini bukan atas dasar cinta. Leonardo tidak pernah menunjukkan niat baik, tak ada romantisme, hanya kontrak yang tidak tertulis dan sebuah pernikahan yang harus terlaksana. Kakeknya menuntut agar Leonardo segera menikah, dan Nadine hanya alat untuk memenuhi tuntutan itu. Ia hanyalah pion kecil dalam permainan kekuasaan yang lebih besar.
Pintu kamar mendadak terbuka, memperlihatkan sosok Leonardo yang berdiri dengan ekspresi dingin seperti biasanya. Pria itu mengenakan tuksedo hitam, dengan postur tegap dan tatapan mata tajam yang selalu mengintimidasi. Setiap kali Nadine menatap wajahnya, dia merasakan ketidaknyamanan yang tak terjelaskan. Bukan karena Leonardo tidak menarik, melainkan karena auranya yang selalu terasa penuh dengan tekanan.
"Kau sudah siap?" Suaranya terdengar tegas, tanpa nada lembut yang bisa menenangkan hati Nadine. "Kita tidak punya banyak waktu. Para tamu sudah menunggu."
Nadine menelan ludahnya, mencoba meredakan kegugupan yang menghantuinya sejak pagi. Dia mengangguk pelan dan berdiri dari tempat duduknya. "Aku siap," jawabnya dengan suara lirih, meski jauh di lubuk hatinya, dia merasa sangat tidak siap.
Leonardo memerhatikannya sejenak dengan tatapan tajam yang membuat Nadine merasa seperti sedang dinilai, seolah apa pun yang dia lakukan tidak akan pernah cukup di mata pria itu. "Baiklah. Mari kita selesaikan ini," ucapnya dingin, berbalik meninggalkan kamar tanpa menunggu tanggapan dari Nadine.
Nadine mengikutinya, langkahnya terasa berat saat mereka berjalan menuju aula tempat pernikahan akan dilangsungkan. Lorong-lorong rumah besar itu tampak begitu asing, penuh dengan kemewahan yang justru membuatnya merasa semakin terisolasi. Sejak hari pertama tiba di rumah ini, Nadine tidak pernah merasa nyaman. Semuanya terasa dingin, mulai dari dekorasi hingga suasana yang selalu kaku di antara dirinya dan Leonardo.
Ketika mereka tiba di aula, tamu-tamu sudah berkumpul, semua berpakaian indah, berbicara dengan suara pelan sambil sesekali menoleh ke arah Nadine dan Leonardo. Nadine bisa merasakan tatapan mereka yang penuh rasa ingin tahu, bahkan beberapa di antaranya tampak merendahkan. Mereka pasti bertanya-tanya siapa dirinya, seorang gadis yang tiba-tiba muncul dan menjadi istri Leonardo Ethan, pria paling berpengaruh di kota ini.
Di depan altar, seorang pendeta sudah menunggu. Leonardo berhenti di hadapan pendeta itu, sementara Nadine berdiri di sisinya. Jantungnya berdegup kencang saat prosesi dimulai, tetapi semuanya terasa seperti mimpi buruk yang tidak nyata. Kata-kata pendeta tentang cinta dan kesetiaan hanya terdengar kosong di telinganya. Bagaimana mungkin dia bisa menjalani hidup bersama pria yang bahkan tidak pernah menunjukkan secuil perasaan hangat kepadanya?
"Kau siap menerima Leonardo sebagai suamimu, dalam suka maupun duka?" Suara pendeta memecah lamunan Nadine, membuatnya tersadar kembali pada kenyataan yang pahit.
Sejenak, Nadine terdiam. Apakah dia benar-benar siap? Hatinya menjerit, tetapi dia tahu, tidak ada jalan keluar dari ini. "Ya, saya bersedia," jawabnya dengan suara yang hampir tidak terdengar.
Tatapan Leonardo tidak berubah. Bahkan setelah kata-kata itu diucapkan, tidak ada sedikit pun ekspresi yang muncul di wajahnya. Semua ini hanyalah formalitas baginya, sebuah kewajiban yang harus dipenuhi.
Setelah cincin disematkan, pernikahan itu resmi. Mereka kini adalah suami istri. Namun, tak ada ciuman yang menghangatkan, tak ada pelukan yang menghibur. Leonardo hanya menoleh sebentar, memberi anggukan kecil kepada tamu-tamu yang hadir, lalu segera berbalik, meninggalkan Nadine tanpa berkata apa-apa.
---
Malam itu, Nadine duduk sendirian di kamar pengantin yang besar. Sementara di luar, suara riuh rendah dari para tamu yang masih merayakan pernikahan mereka terdengar samar. Namun di dalam kamar itu, kesunyian terasa begitu menusuk. Nadine menatap ke arah pintu, menunggu Leonardo datang. Tapi yang datang hanyalah keheningan yang semakin membuatnya merasa terasing.
Pintu kamar akhirnya terbuka, dan Leonardo masuk tanpa ekspresi. Dia menatap Nadine dengan tatapan yang sama seperti biasa-dingin dan jauh.
"Kau bisa tidur di sini, atau di kamar lain. Aku tidak peduli," ucap Leonardo tanpa basa-basi. Nadine terdiam, tak tahu harus berkata apa.
"Besok kita akan bicara tentang aturan dalam pernikahan ini," lanjutnya, "Tapi jangan harap ini akan seperti pernikahan pada umumnya."
Nadine menggigit bibirnya, menahan air mata yang nyaris jatuh. Inilah suaminya. Seorang pria yang membeli hidupnya, namun tak sedikit pun menunjukkan perasaan.
Leonardo berbalik tanpa menunggu tanggapan, meninggalkan Nadine sendirian dalam kegelapan.
Pak Darma adalah seorang pengusaha yang pernah sukses. Namun, karena beberapa keputusan bisnis yang salah dan kejatuhan pasar yang tidak terduga, ia mulai kehilangan kendali atas perusahaannya. Akhirnya, ia terpaksa meminjam uang dalam jumlah besar dari seorang konglomerat kejam, Dimas Santoso. Dimas adalah CEO dari perusahaan multinasional yang sangat berpengaruh, namun dikenal karena sifatnya yang dingin dan tidak berperasaan. Alia tak pernah tahu bahwa ayahnya sedang berada di ujung tanduk, berusaha menyelamatkan perusahaan keluarga dari kebangkrutan. Setiap hari, Alia bekerja keras dan mencoba memberikan yang terbaik di tempat kerjanya, tak menyadari bahwa di rumah, ayahnya sedang berjuang melawan waktu dan tekanan finansial yang tak kunjung reda.
Kisah cinta antara Rina dan Arman terus berlanjut, penuh dengan tantangan dan kebahagiaan. Mereka belajar untuk saling mendukung dan menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan hubungan pribadi. Setiap hari di PT Jaya Abadi menjadi semakin bermakna bagi Rina, karena dia tidak hanya menemukan karir yang diimpikan, tetapi juga cinta yang tak terduga.
WARNING AREA 21+ Harap bijak dalam membaca. Berisi kata-kata kasar dan adegan dewasa yang tak cocok dibayangkan oleh anak dibawah umur. Jadi hati-hati ya. ***** Diputuskan sang kekasih hanya karena tak mau memberikan keperawanannya membuat Renata frustasi. Ia sangat mencintai Dinar namun pria itu dengan seenak hati membuangnya. Galaunya Rena dilampiaskan oleh gadis itu mabuk di bar sampai tak sadarkan diri. Beruntung, Ervin teman Rena dari kecil sekaligus musuh bebuyutan Rena diminta oleh papinya Rena untuk mencari gadis itu. Dengan ditemukannya Rena di bar oleh Ervin, papinya Rena meminta Ervin menjadi bodyguardnya dan memantau kemana pun Rena pergi. Hal itu membuat Rena emosi. Ia selalu mencari cara untuk Ervin tak tahan dengannya. Namun waktu berlalu, siapa sangka Sebuah ciuman lembut dari Ervin mampu membuat Rena terbuai, bahkan sejak saat itu kehidupan keduanya berubah menjadi lebih panas.
Bagi publik, dia adalah sekretaris eksekutif CEO. Di balik pintu tertutup, dia adalah istri yang tidak pernah diakui secara resmi. Jenessa sangat gembira ketika mengetahui bahwa dia hamil. Tapi kegembiraan itu digantikan dengan ketakutan ketika suaminya, Ryan, menghujani kasih sayangnya pada cinta pertamanya. Dengan berat hati, dia memilih untuk melepaskan pria itu dan pergi. Ketika mereka bertemu lagi, perhatian Ryan tertangkap oleh perut Jenessa yang menonjol. "Anak siapa yang kamu kandung?!" tuntutnya. Tapi dia hanya mencemooh. "Ini bukan urusanmu, mantan suamiku tersayang!"
Ketika mereka bertemu lagi, Juan mengesampingkan paranoia dan harga dirinya, dengan hangat memeluk Cynthia. "Tolong, kembalilah padaku?" Selama tiga tahun, wanita itu telah menjadi sekretarisnya di siang hari dan pendampingnya di malam hari. Cynthia selalu memenuhi permintaannya, seperti hewan peliharaan yang patuh. Namun, ketika Juan menyatakan rencananya untuk menikahi orang lain, dia memilih untuk berhenti mencintai pria itu dan melepaskannya. Namun, hidup berubah secara tak terduga. Pengejarannya yang pantang menyerah, kehamilannya, dan keserakahan ibunya secara bertahap mendorongnya ke tepi jurang. Akhirnya, dia mengalami penderitaan yang luar biasa. Lima tahun kemudian, ketika dia kembali, dia bukan lagi wanita seperti dulu. Namun, pria itu telah jatuh ke dalam kekacauan selama lima tahun.
"Tanda tangani surat cerai dan keluar!" Leanna menikah untuk membayar utang, tetapi dia dikhianati oleh suaminya dan dikucilkan oleh mertuanya. Melihat usahanya sia-sia, dia setuju untuk bercerai dan mengklaim harta gono-gini yang menjadi haknya. Dengan banyak uang dari penyelesaian perceraian, Leanna menikmati kebebasan barunya. Gangguan terus-menerus dari simpanan mantan suaminya tidak pernah membuatnya takut. Dia mengambil kembali identitasnya sebagai peretas top, pembalap juara, profesor medis, dan desainer perhiasan terkenal. Kemudian seseorang menemukan rahasianya. Matthew tersenyum. "Maukah kamu memilikiku sebagai suamimu berikutnya?"
Menikahi single mom yang memiliki satu anak perempuan, membuat Steiner Limson harus bisa menyayangi dan mencintai bukan hanya wanita yang dia nikahi melainkan anak tirinya juga. Tetapi pernikahan itu rupanya tidak berjalan mulus, membuat Steiner justru jatuh cinta terhadap anak tirinya.