/0/20417/coverbig.jpg?v=18aef677d92ac82f7f462cf43795790e)
Hidup Amber hancur dalam satu malam. Lahir sebagai putri keluarga kaya, dalam sekejap berubah menjadi bukan siapa-siapa. Amber yang merasa putus asa, dia pergi ke klub malam, dan berakhir mabuk. Siapa sangka di kala dia ingin masuk ke kamar hotel, dia salah masuk kamar. Dia masuk ke kamar Julian Kingston-pria tampan penuh pesona-tapi terkenal kejam. Empat tahun berlalu, takdir mempertemukan Amber kembali dengan Julian. Kali ini berbeda, karena kondisinya Amber telah melahirkan anak kembar-darah daging dari Julian Kingston. Wanita itu terjebak dalam situasi rumit. Lantas bagaimana kelanjutan kisah Amber dan Julian?
"Astaga, kepalaku pusing sekali," gerutu Amber sambil memijat keningnya.
Dengan rambut pirang yang berantakan dan mata berkaca-kaca, Amber berdiri di lorong hotel yang remang-remang. Gaunnya yang indah kusut dan berlumuran noda, mencerminkan keadaan hatinya yang hancur.
"Apa salahku, Tuhan! Kenapa hidupku jadi begini?"
Dia baru saja kehilangan seorang ayah, dan diusir oleh ibu tirinya yang licik, kata-kata kasar dan penghinaan wanita itu masih terngiang di telinganya. Amber tak tahu harus ke mana, hanya rasa sakit dan frustrasi yang menemaninya.
Tanpa tujuan, Amber berjalan sempoyongan, kakinya hampir tak mampu menopang tubuhnya yang lemah karena alkohol. Dia tersandung beberapa kali, hampir jatuh, tetapi berhasil bangkit kembali.
Akhirnya, dia sampai di depan sebuah pintu kamar hotel. Dia mengeluarkan kartu pass dari tasnya yang berantakan, berusaha keras untuk menempelkannya ke sensor.
"Klik!"
Pintu tak kunjung terbuka. Amber mencoba lagi, dan lagi, tapi sia-sia. Rasa frustrasi mulai menggerogoti dirinya.
"Kenapa tidak mau terbuka?!" teriaknya dengan suara parau, air mata mengalir deras di pipinya. "Kau juga ingin menyiksaku, huh?" tanya Amber kepada pintu di hadapannya.
Amber mulai merancau, menendang pintu dengan kakinya yang lemah. Dia menggedor-gedor gagang pintu dengan panik, tak peduli dengan suara gaduh yang ditimbulkannya.
Tiba-tiba, pintu terbuka. Di balik pintu berdiri seorang pria, raut wajahnya terkejut melihat Amber yang mabuk dan berantakan.
"Ughhh, akhirnya terbuka," Amber terhuyung masuk tanpa memedulikan pria itu. "Aku pikir pintu ini juga akan bersikap jahat padaku."
Pria itu menatapnya dengan heran. "Hey, dengan penampilan seperti ini kah kau akan melayani tamumu?"
Amber tidak menggubris Julian, dia membanting tubuh di atas kasur yang empuk dan mulai memejam meskipun mulutnya masih merancau tak jelas.
"Yang benar saja, apa Megan sedang mempermainkanku? Bisa-bisanya dia mengirim gadis mabuk untukku." Julian Kingston mengira Amber adalah wanita bayaran yang dia pesan untuk memuaskannya malam ini. Julian merasa kesal, karena gadis di depannya sangat tidak profesional, berani sekali gadis itu datang dengan kondisi berantakan. "Hey, beginikah cara mucikarimu mendidik anak buahnya?"
Amber menggelengkan kepalanya. "Tidak," isaknya. "Jangan salahkan ayahku. Dia memang bodoh karena menikahi wanita ular itu, tapi semua ini bukan salah Dad. Aku yang salah, aku yang kekanakan. Andai saja aku tidak meninggalkan rumah...."
"Shit ... bagaimana mungkin dalam keadaan melantur dan kacau seperti ini dia tetap kelihatan cantik." Julian mengumpat dan berbicara sendiri. "Kurasa kau memang sebaiknya segera kutiduri." Julian mencari-cari pengaman di dompetnya, tapi dia tidak menemukan apa pun.
Biasanya dia tidak menggunakan pengaman ketika berhubungan dengan gadis-gadis milik Megan Brown, Julian sudah mendapat jaminan kalau semua pelacur binaan Megan telah menjalani pemeriksaan kesehatan dan vaksin rutin. Namun, kali ini, melihat sosok Amber yang berantakan, Julian sedikit sanksi. Dia merogoh saku celana, mencari gawai untuk menghubungi Megan. Sialnya, Megan sedang tidak bisa mengangkat telepon. Julian pun ingat, ketika dia mengunjungi rumah bordir yang Megan kelolah, betapa temannya itu sangat hati-hati dan teliti dalam menjaga kesehatan anak -buahnya, serta kesehatan para tamunya.
"Oke, yakin saja, anak buah Megan tidak mungkin membawa penyakit macam-macam untukku." Julian sudah membayar mahal, dia tidak akan menyia-nyiakan santapan di hadapannya. Tentu saja, tidak, apalagi Amber cukup menggiurkan. Gadis berambut pirang itu mungkin berusia sekitar 20-an. Meski tanpa riasan, Amber memancarkan kecantikan yang memukau. Rambut pirangnya yang panjang terurai indah, bagaikan ombak yang berkilauan di bawah sinar matahari. Matanya yang saat ini terpejam itu berwarna biru langit, jernih dan penuh kepedihan, bagaikan dua batu safir yang berkilauan. Bibirnya yang tipis dan merah muda, Julian membayangkan bagaimana rasanya melumat bibir itu dengan bibirnya.
Perawakan Amber pun tak kalah ideal. Tubuhnya ramping dan tinggi semampai, dengan lekuk tubuh yang sempurna. Kulitnya halus dan mulus, berwarna putih cerah seperti porselen. Dia memiliki kaki yang jenjang dan ramping, serta pinggang yang menggiurkan. Amber adalah gadis yang menawan, dengan kecantikan yang alami, di luar fakta bahwa saat ini dia bau alkohol dan teler di hadapan Julian.
"Hey, bisakah kau bangun dan laksanakan tugasmu?" Julian menepuk ringan lengan Amber.
Amber mencoba membuka mata, dengan sisa-sisa kesadaran, dia bergumam, "Aku sudah tidak punya apa-apa, harta ayah disita dan dibekukan akibat hutang si perempuan ular itu...."
"Apa maksudmu, sadarlah, atau aku akan merendammu di bathtub." Dengan arogan Julian mengancam. Namun di sisi lain dia juga sadar, ancamannya sia-sia, sebab gadis mabuk tetaplah gadis mabuk. Dengan harga diri yang sedikit terluka, Julian melepaskan pakaiannya. Lalu lanjut menurunkan paksa gaun Amber. Meskipun sempat sedikit kesulitan, tapi bukan hal sulit bagi Julian untuk merobek-robek gaun tipis gadis di depannya. "Hmmm, tubuh yang sempurna."
"Dingin...," keluh Amber sembari memeluk tubuh telanjangnya.
Julian tak menggubris celetukan Amber. Dia bergerak kembali ke arah si gadis, mengaitkan tangannya di bawah lutut Amber dan kembali duduk di antara kedua kaki si rambut pirang. "Persetan dengan pemanasan. Lagian siapa yang akan melakukan pemanasan pada gadis mabuk?"
Sebelum menggerakkan pinggulnya ke atas kaki Amber yang telah dia buka, Julian mengocok juniornya dengan tangan kanan. Ekor depan itu dengan cepat mengeras dan membengkak maksimal. Dia mulai dengan menekan tepat di liang yang paling Julian butuhkan saat ini. Tubuh Julian turun, agar kepalanya sejajar dengan kepala Amber. Sebuah ciuman didaratkan, awalnya lembut, tapi makin lama makin brutal.
"Mmmmffftt, apa yang kau lakukan!" Amber mencakarnya, walaupun kepalanya berat dan matanya berkunang-kunang, Amber bisa merasakan bahwa bahaya akan segera dia alami.
Satu tangan Julian menangkup satu rembulan kembar Amber, meremasnya, mempermainkan putingnya. Erangan lolos dari bibir Amber. Mata perak Julian terangkat dan terkunci dengan mata Amber saat lidahnya keluar dan dia menusukkan juniornya dengan kuat, agar bisa menyusup ke dalam celah surgawi Amber. Gadis itu berteriak sambil menarik segenggam seprai.
"Ya Tuhan, ternyata kau manis sekali," Julian terengah-engah sambil menundukkan kepalanya untuk menaruh lidahnya pada mulut Amber lagi.
"Tolong hentikan...." Amber merintih.
Kehangatan napas Julian di wajah Amber memandikan denyut yang diciptakannya pada sang gadis. "Kau bercanda. Malam ini akan jadi malam yang panjang, Sayang. Kurasa kau tak seburuk penilaianku saat pertama kali melihatmu tadi."
Amber menggelengkan kepala dan memejamkan matanya erat-erat. Cengekeraman daging lembut milik Amber membuat dunia Julian seperti akan meledak dalam warna-warni dan napasnya memburu sementara kenikmatan menjalari dirinya.
"Menyingkirlah, akh." Suaranya tegang dan urat di lehernya menonjol saat Amber menekankan kata itu lebih dalam.
Julian mulai kewalahan karena Amber meronta di bawahnya. "Jangan bergerak. Kumohon Sayang, jangan bergerak," pinta Julian sambil menahan pinggul Amber.
Kemudian Julian mendorong lebih jauh ke dalam, Amber menggigit bibir, merasakan sesak dan sengatan rasa sakit di kewanitaannya. Julian mundur lalu pinggulnya digerakkan ke depan dengan satu dorongan keras. Rasa sakit yang panas mengiris tubuh Amber dan gadis itu berteriak lebih lantang, meremas lengan Julian erat-erat pada saat gelombang rasa sakit mengguncang tubuhnya.
Amber bisa mendengar napas Julian yang cepat dan keras. Julian menutup matanya dan menundukkan kepalanya ke belakang. Dia mengerang saat mulai bergerak lebih cepat. Pria itu bisa merasakan gairahnya naik lebih tinggi lagi. Julian mengangkat pinggul Amber untuk memenuhi dorongannya dan itu sepertinya membuat si gadis panik. "Brengsek, kau luar biasa. Sangat ketat. Pirang, kau sangat ketat," puji Julian ketika cairan panasnya memenuhi milik Amber.
Beberapa detik setelah denyut terakhir, Julian akhirnya menggulingkan tubuhnya ke amping tubuh Amber. Dia tidak kelelahan, Julian hanya dimabuk kenikmatan. Belum pernah Julian merasakan seks senikmat dan semanis ini dengan pelacur lain yang dia tiduri. Dia bahkan sudah memikirkan akan membuat Amber mengerang sepanjang malam ini, tapi melihat gadis di sampingnya meringkuk sambil berlinang air mata, Julian menarik selimut untuk menutupi tubuh telanjang Amber.
"Mungkin mabuk membuatmu lebih emosional. Baiklah, kau boleh istirahat dulu, nanti kita lanjutkan setelah kau merasa lebih baik...."
Saat mengetahui bahwa dirinya bukan putri kandung keluarga Brantley, Hailey dipaksa menerima kondisi bahwa dia harus menggantikan sang kakak, dan menikahi seorang miliader tua demi membalas budi. Namun di hari pernikahan semua orang terkejut, ternyata miliader tua itu adalah pemuda yang tampan. Kemudian, saat malam pernikahan tiba, Hailey gemetar ketakutan setelah Mathias mendorongnya ke dinding dan berkata bahwa dia tahu kalau Hailey bukan putri pertama keluarga Brantley!
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
Hanya ada satu pria di hati Regina, dan itu adalah Malvin. Pada tahun kedua pernikahannya dengannya, dia hamil. Kegembiraan Regina tidak mengenal batas. Akan tetapi sebelum dia bisa menyampaikan berita itu pada suaminya, pria itu menyodorinya surat cerai karena ingin menikahi cinta pertamanya. Setelah kecelakaan, Regina terbaring di genangan darahnya sendiri dan memanggil Malvin untuk meminta bantuan. Sayangnya, dia pergi dengan cinta pertamanya di pelukannya. Regina lolos dari kematian dengan tipis. Setelah itu, dia memutuskan untuk mengembalikan hidupnya ke jalurnya. Namanya ada di mana-mana bertahun-tahun kemudian. Malvin menjadi sangat tidak nyaman. Untuk beberapa alasan, dia mulai merindukannya. Hatinya sakit ketika dia melihatnya tersenyum dengan pria lain. Dia melabrak pernikahannya dan berlutut saat Regina berada di altar. Dengan mata merah, dia bertanya, "Aku kira kamu mengatakan cintamu untukku tak terpatahkan? Kenapa kamu menikah dengan orang lain? Kembalilah padaku!"
Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Ketika istrinya tak lagi mampu mengimbangi hasratnya yang membara, Valdi terjerumus dalam kehampaan dan kesendirian yang menyiksa. Setelah perceraian merenggut segalanya, hidupnya terasa kosong-hingga Mayang, gadis muda yang polos dan lugu, hadir dalam kehidupannya. Mayang, yang baru kehilangan ibunya-pembantu setia yang telah lama bekerja di rumah Valdi-tak pernah menduga bahwa kepolosannya akan menjadi alat bagi Valdi untuk memenuhi keinginan terpendamnya. Gadis yang masih hijau dalam dunia dewasa ini tanpa sadar masuk ke dalam permainan Valdi yang penuh tipu daya. Bisakah Mayang, dengan keluguannya, bertahan dari manipulasi pria yang jauh lebih berpengalaman? Ataukah ia akan terjerat dalam permainan berbahaya yang berada di luar kendalinya?
Selama sepuluh tahun, Delia menghujani mantan suaminya dengan pengabdian yang tak tergoyahkan, hanya untuk mengetahui bahwa dia hanyalah lelucon terbesarnya. Merasa terhina tetapi bertekad, dia akhirnya menceraikan pria itu. Tiga bulan kemudian, Delia kembali dengan gaya megah. Dia sekarang adalah CEO tersembunyi dari sebuah merek terkemuka, seorang desainer yang banyak dicari, dan seorang bos pertambangan yang kaya raya, kesuksesannya terungkap saat kembalinya dia dengan penuh kemenangan. Seluruh keluarga mantan suaminya bergegas datang, sangat ingin memohon pengampunan dan kesempatan lagi. Namun Delia, yang sekarang disayangi oleh Caius yang terkenal, memandang mereka dengan sangat meremehkan. "Aku di luar jangkauanmu."
Hidup itu indah, kalau belum indah berarti hidup belum berakhir. Begitu lah motto hidup yang Nayla jalani. Setiap kali ia mengalami kesulitan dalam hidupnya. Ia selalu mengingat motto hidupnya. Ia tahu, ia sangat yakin akan hal itu. Tak pernah ada keraguan sedikitpun dalam hatinya kalau kehidupan seseorang tidak akan berakhir dengan indah. Pasti akan indah. Hanya kedatangannya saja yang membedakan kehidupan dari masing – masing orang. Lama – lama Nayla merasa tidak kuat lagi. Tanpa disadari, ia pun ambruk diatas sofa panjang yang berada di ruang tamu rumahnya. Ia terbaring dalam posisi terlentang. Roti yang dipegangnya pun terjatuh ke lantai. Berikut juga hapenya yang untungnya cuma terjatuh diatas sofa panjangnya. Diam – diam, ditengah keadaan Nayla yang tertidur senyap. Terdapat sosok yang tersenyum saat melihat mangsanya telah tertidur persis seperti apa yang telah ia rencanakan. Sosok itu pelan – pelan mendekat sambil menatap keindahan tubuh Nayla dengan jarak yang begitu dekat. “Beristirahatlah sayang, pasti capek kan bekerja seharian ?” Ucapnya sambil menatap roti yang sedang Nayla pegang. Sosok itu kian mendekat, sosok itu lalu menyentuh dada Nayla untuk pertama kalinya menggunakan kedua tangannya. “Gilaaa kenyel banget… Emang gak ada yang bisa ngalahin susunya akhwat yang baru aja nikah” Ucapnya sambil meremas – remas dada Nayla. “Mmmpphhh” Desah Nayla dalam tidurnya yang mengejutkan sosok itu.
Hari itu adalah hari yang besar bagi Camila. Dia sudah tidak sabar untuk menikah dengan suaminya yang tampan. Sayangnya, sang suami tidak menghadiri upacara tersebut. Dengan demikian, dia menjadi bahan tertawaan di mata para tamu. Dengan penuh kemarahan, dia pergi dan tidur dengan seorang pria asing malam itu. Dia pikir itu hanya cinta satu malam. Namun yang mengejutkannya, pria itu menolak untuk melepaskannya. Dia mencoba memenangkan hatinya, seolah-olah dia sangat mencintainya. Camila tidak tahu harus berbuat apa. Haruskah dia memberinya kesempatan? Atau mengabaikannya begitu saja?