sekali," gerutu Amber s
berdiri di lorong hotel yang remang-remang. Gaunnya yang indah kus
han! Kenapa hidu
k, kata-kata kasar dan penghinaan wanita itu masih terngiang di telinganya.
ampu menopang tubuhnya yang lemah karena alkohol. Dia tersandu
l. Dia mengeluarkan kartu pass dari tasnya yang beran
li
oba lagi, dan lagi, tapi sia-sia. Ras
u, air mata mengalir deras di pipinya. "Kau juga ingin m
ang lemah. Dia menggedor-gedor gagang pintu dengan pan
erdiri seorang pria, raut wajahnya terkeju
masuk tanpa memedulikan pria itu. "Aku piki
"Hey, dengan penampilan seperti
tubuh di atas kasur yang empuk dan mulai memej
er adalah wanita bayaran yang dia pesan untuk memuaskannya malam ini. Julian merasa kesal, karena gadis di depannya sangat tida
memang bodoh karena menikahi wanita ular itu, tapi semua ini bukan salah Dad.
atan cantik." Julian mengumpat dan berbicara sendiri. "Kurasa kau memang sebaiknya seger
n vaksin rutin. Namun, kali ini, melihat sosok Amber yang berantakan, Julian sedikit sanksi. Dia merogoh saku celana, mencari gawai untuk menghubungi Megan. Sialnya, Megan sedang tidak bisa mengangkat
is berambut pirang itu mungkin berusia sekitar 20-an. Meski tanpa riasan, Amber memancarkan kecantikan yang memukau. Rambut pirangnya yang panjang terurai indah, bagaikan ombak yang berkilauan di bawah sinar matahari. Matanya
ulus, berwarna putih cerah seperti porselen. Dia memiliki kaki yang jenjang dan ramping, serta pinggang yang menggiurkan. Amber a
laksanakan tugasmu?" Julian
a bergumam, "Aku sudah tidak punya apa-apa, harta ayah dis
sebab gadis mabuk tetaplah gadis mabuk. Dengan harga diri yang sedikit terluka, Julian melepaskan pakaiannya. Lalu lanjut menurunkan paksa gaun Ambe
mber sembari memeluk
tangannya di bawah lutut Amber dan kembali duduk di antara kedua kaki si rambut pirang.
tu dengan cepat mengeras dan membengkak maksimal. Dia mulai dengan menekan tepat di liang yang paling Julian butuhkan saat ini. Tub
alaupun kepalanya berat dan matanya berkunang-kunang, A
ir Amber. Mata perak Julian terangkat dan terkunci dengan mata Amber saat lidahnya keluar dan dia menusukkan juniorn
terengah-engah sambil menundukkan kepalanya
ikan...." Am
pada sang gadis. "Kau bercanda. Malam ini akan jadi malam yang panjang, Sa
daging lembut milik Amber membuat dunia Julian seperti akan meledak dala
dan urat di lehernya menonjol saat A
ahnya. "Jangan bergerak. Kumohon Sayang, jangan be
ya. Julian mundur lalu pinggulnya digerakkan ke depan dengan satu dorongan keras. Rasa sakit yang panas mengiris tubuh Amber
ak lebih cepat. Pria itu bisa merasakan gairahnya naik lebih tinggi lagi. Julian mengangkat pinggul Amber untuk memenuhi dorongannya dan itu sepertin
n. Belum pernah Julian merasakan seks senikmat dan semanis ini dengan pelacur lain yang dia tiduri. Dia bahkan sudah memikirkan akan membuat Amber menger
iklah, kau boleh istirahat dulu, nanti kita