Unduh Aplikasi panas
Beranda / Fantasi / DENDAM CINTA SANG MAFIA
DENDAM CINTA SANG MAFIA

DENDAM CINTA SANG MAFIA

5.0
20 Bab
684 Penayangan
Baca Sekarang

Tentang

Konten

Seorang wanita biasa terjebak dalam dunia gelap mafia setelah jatuh cinta dengan bos mafia yang tampan namun berbahaya. Hubungan mereka dipenuhi dengan gairah yang mematikan, balas dendam, dan keputusan sulit antara cinta dan moralitas.

Bab 1 Pertemuan Tak Terduga

Malam itu, Naya berusaha menyesuaikan diri dengan suasana pesta yang mewah di sebuah hotel bintang lima. Sebagai seorang karyawan biasa di sebuah perusahaan penerbitan, dia tidak pernah menyangka bisa diundang ke acara semewah ini. Hawa dingin AC bercampur dengan wangi parfum mahal yang memenuhi ruangan, membuatnya merasa sedikit tidak nyaman. Ia bukanlah bagian dari dunia gemerlap ini-sebuah dunia yang dipenuhi oleh orang-orang kaya, selebritas, dan orang penting.

Temannya, Sara, yang mengajaknya ke acara ini. Sara adalah seorang public relations yang sering berurusan dengan klien-klien besar, dan malam ini, dia meminta Naya untuk menemaninya. Naya sempat menolak, merasa tidak cocok dengan lingkungan tersebut, namun setelah didesak oleh Sara, ia akhirnya mengalah.

"Jangan terlalu serius, Nay. Nikmati saja. Lagipula, siapa tahu kamu bertemu seseorang yang menarik di sini," goda Sara sambil menyeruput koktailnya.

Naya hanya tersenyum kecil. Ia memandang sekeliling, melihat orang-orang yang tampak sibuk dengan percakapan mereka, sebagian tertawa dan lainnya berbincang dengan intens. Ia mulai merasa sedikit canggung dan berjalan ke arah bar untuk mengambil minuman.

Saat Naya tengah menyesap minumannya, tiba-tiba seorang pria berdiri di sampingnya. Sosoknya tinggi, dengan jas hitam yang terlihat mahal dan pas membalut tubuh atletisnya. Matanya gelap, memancarkan kesan dingin sekaligus misterius. Wajahnya tegas, dengan rahang yang kokoh, dan ada aura magnetis yang membuat Naya tak bisa berpaling.

"Apa kau tidak menikmati pestanya?" tanya pria itu tiba-tiba, suaranya dalam dan menenangkan.

Naya terkejut sesaat, tidak menyangka akan diajak bicara. "Oh, tidak... maksudku, iya, aku menikmatinya,"

jawabnya terbata-bata. Ia merasa jantungnya berdebar kencang, bukan hanya karena rasa malu, tapi juga karena pria itu begitu memikat.

Pria itu tersenyum tipis, namun ada sesuatu yang gelap di balik tatapan matanya. "Kau terlihat berbeda dari kebanyakan orang di sini. Seperti tidak benar-benar ingin berada di pesta ini."

Naya tersenyum canggung. "Ya, mungkin aku memang bukan tipe orang yang biasa datang ke acara seperti ini."

Pria itu menatap Naya lebih dalam, seolah-olah sedang mencoba membaca pikirannya. "Aku Leon," ucapnya singkat, memperkenalkan diri tanpa basa-basi.

"Naya," jawabnya, merasakan getaran aneh saat menyebutkan namanya. Ada sesuatu yang aneh tentang pria ini, namun sekaligus membuatnya tertarik.

Mereka mulai berbicara, dan semakin lama, Naya semakin merasa nyaman. Leon memiliki cara bicara yang tenang, namun setiap kalimatnya memiliki beban yang membuat Naya merasa harus memperhatikan dengan seksama. Ia tidak banyak bercerita tentang dirinya, hanya sesekali memberikan jawaban singkat tentang pekerjaannya yang 'mengurus bisnis keluarga'.

Namun, di tengah percakapan mereka yang semakin akrab, ada sesuatu yang membuat Naya merasa resah. Seolah-olah ada rahasia besar yang disembunyikan oleh pria ini. Dan meskipun Leon tampak begitu menawan, ada sisi gelap yang mengintai di balik sikapnya yang dingin dan tenang.

Sebelum Naya sempat bertanya lebih jauh, Sara tiba-tiba muncul, mengajak Naya pergi karena acara sudah selesai. Naya merasa sedikit kecewa harus mengakhiri percakapan mereka. Namun saat ia bersiap untuk pergi, Leon meraih tangannya dengan lembut.

"Kita akan bertemu lagi, Naya," kata Leon dengan suara rendah, hampir seperti bisikan. Ada jaminan dalam kata-katanya, seolah ia yakin bahwa pertemuan mereka bukanlah yang terakhir.

Naya hanya bisa mengangguk pelan, masih terbawa oleh pesona pria itu. Saat dia berjalan pergi bersama Sara, hatinya masih berdebar. Di tengah rasa penasaran dan keraguan, ada sesuatu yang membuatnya ingin tahu lebih banyak tentang pria misterius itu.

Namun, yang tidak Naya sadari adalah bahwa Leon bukan sekadar pria misterius biasa. Dia adalah seorang bos mafia yang berbahaya, dan hidupnya penuh dengan kekerasan, kekuasaan, dan rahasia gelap yang bisa menghancurkan siapa saja yang mendekat.

Dan sekarang, Naya sudah mulai terjebak dalam jaring kehidupan Leon yang mematikan.

Naya berjalan perlahan di samping Sara menuju pintu keluar, tetapi pikirannya masih tertinggal bersama Leon. Setiap langkah terasa berat, seolah ada sesuatu yang memanggilnya kembali. Entah kenapa, ada daya tarik kuat yang tak bisa ia abaikan. Begitu mereka sampai di luar hotel, angin malam menyapa lembut wajahnya, tapi hal itu tak cukup mendinginkan perasaan hangat dan tegang yang ia rasakan sejak berbicara dengan Leon.

"Kau baik-baik saja, Nay? Sejak tadi kau diam saja," tanya Sara, memecah keheningan.

Naya tersentak, seakan dibangunkan dari lamunan. "Oh, ya. Aku baik-baik saja," jawabnya sambil tersenyum canggung.

"Kamu kelihatan seperti baru bertemu cinta pada pandangan pertama," canda Sara sambil mengangkat alisnya.

Naya tertawa kecil. "Kamu berlebihan, Sar."

"Jadi, siapa pria tampan itu tadi? Aku melihat kalian berbicara cukup lama. Kamu belum pernah kelihatan tertarik sama pria lain seperti tadi," tanya Sara dengan mata penuh rasa ingin tahu.

Naya terdiam sejenak, mencoba merangkai jawaban. "Namanya Leon. Dia... tampaknya seorang pengusaha. Tapi aku nggak tahu banyak tentang dia. Dia misterius."

Sara tertawa kecil, "Misterius? Itu selalu tanda bahaya, kamu tahu itu, kan?"

Naya mengangguk, tapi jauh di dalam hatinya, peringatan Sara seperti angin yang berlalu. Ada sesuatu tentang Leon yang begitu memikat-mungkin justru karena misterinya. "Aku tahu. Tapi... dia menarik. Aku nggak bisa menjelaskannya."

Sara menatap Naya dengan tatapan jahil. "Hati-hati, Nay. Orang yang terlalu menarik biasanya menyimpan masalah besar di belakangnya."

Naya tersenyum lagi, mencoba mengalihkan pikirannya dari Leon, tapi bayangannya masih membayangi benaknya. Mereka berpisah di pintu masuk parkiran, dan Naya melangkah menuju mobilnya. Saat ia merogoh tas untuk mencari kunci, suara langkah kaki terdengar mendekat dari arah belakang.

"Naya."

Suaranya dalam, tenang, dan begitu dikenalnya. Naya berbalik, dan di sana, berdiri Leon dengan wajah serius namun memikat, persis seperti beberapa saat sebelumnya di dalam pesta.

"Kau-" Naya terkejut, "bagaimana...?"

Leon tersenyum tipis. "Aku punya cara sendiri untuk menemukan orang yang aku ingin temui."

Ada sesuatu dalam caranya bicara yang membuat bulu kuduk Naya merinding. "Kenapa mencariku? Kita baru saja bertemu."

"Karena ada sesuatu tentang dirimu yang berbeda. Aku tak sering merasa seperti ini, dan aku tak bisa mengabaikannya," jawab Leon dengan nada yang tenang namun pasti. Tatapan matanya begitu dalam, seolah-olah ia melihat langsung ke dalam jiwa Naya.

Naya merasa dirinya gugup, tapi ia mencoba menenangkan diri. "Kau membuatku terdengar seperti teka-teki yang harus dipecahkan."

Leon tertawa kecil, tapi ada nada serius di balik tawa itu. "Mungkin kau memang seperti itu. Aku tertarik padamu, Naya. Dan aku jarang tertarik pada siapa pun."

Naya menelan ludah, bingung harus menjawab apa. Suara hatinya berteriak memperingatkan bahwa Leon adalah orang yang berbahaya, tapi ada sisi lain dari dirinya yang tak bisa mengabaikan pesona pria itu.

"Aku tidak tahu apa yang harus kukatakan," Naya akhirnya mengaku, suaranya pelan.

Leon mendekat, langkahnya tenang namun penuh percaya diri. "Kau tidak perlu mengatakan apa-apa. Aku hanya ingin kau tahu, kita pasti akan bertemu lagi. Dan saat itu terjadi, aku harap kau akan memberiku kesempatan untuk mengenalmu lebih baik."

Naya terdiam, merasakan jantungnya berdegup kencang. Leon begitu dekat, namun ada jarak tak terlihat di antara mereka-sesuatu yang tak bisa Naya pahami sepenuhnya.

"Aku tidak tahu apakah itu ide yang bagus, Leon. Aku bahkan tidak tahu siapa dirimu sebenarnya."

Leon menatapnya dalam-dalam, kemudian berkata pelan, "Terkadang, lebih baik tidak tahu segalanya.

Beberapa hal terlalu rumit untuk dijelaskan. Tapi aku tidak akan menyakitimu, Naya. Itu janji."

Naya menatap Leon dengan bingung. Pria ini penuh kontradiksi-begitu misterius dan menawan, namun ada sesuatu yang membuatnya takut. "Bagaimana aku bisa mempercayaimu?"

Leon tersenyum lagi, kali ini lebih lembut. "Itu keputusanmu. Tapi aku berharap, seiring waktu, kau akan menemukan jawabannya."

Tanpa berkata apa-apa lagi, Leon melangkah pergi, meninggalkan Naya yang masih terpaku di tempat. Hatinya penuh pertanyaan, tapi satu hal yang pasti-pertemuannya dengan Leon bukanlah akhir. Itu baru permulaan dari sesuatu yang jauh lebih rumit dan berbahaya.

Bersambung...

Lanjutkan Membaca
img Lihat Lebih Banyak Komentar di Aplikasi
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY