Kepuasan pelanggan nomor satu.
Jam menunjukkan pukul 10.00 pagi, biasanya penghuni kos berkumpul di ruang tamu, namun kini tidak ada satupun di antara mereka. Rasa penasaran menyeruak dalam diri, dan akhirnya aku segera menelpon Mbak Lala.
"Tut...tut..."
"Hallo, Mbak?"
"Hallo, Dek. Ada apa?" jawab Mba Lala.
"Lagi di mana, Mbak?" tanyaku.
"Aku di kos, kenapa?" jawabnya.
Aku terdiam sejenak, mencoba merangkai kata demi kata. Mengapa Mbak Lala berbohong kepadaku?
Mungkinkah dia belum tahu bahwa aku kembali lebih cepat dari rencana? Aku mengumpulkan keberanian untuk melanjutkan pembicaraan.
"Tapi, kenapa tidak ada penghuni lain di sini, Mbak?"
"A...pa... Kamu sudah pulang? Bukannya masih ada tiga hari lagi sebelum kontrakmu selesai?" Suaranya berubah, lebih berat dan tampak gelisah.
"Itu tidak penting, yang lebih penting kenapa Mbak bohong?" tanyaku.
"Mbak segera ke sana! Nanti Mbak jelaskan." Jawabnya.
Seribu tanya menggelayut di kepala. Ada apa sebenarnya? Hatiku terasa berdebar, menanti penjelasan yang akan mengurai benang kusut yang terjadi di sini. Aku takut akan kebenaran yang sedang bersembunyi di balik kesunyian pagi ini.
Tanpa menjawabnya, aku segera mematikan teleponku. Sepertinya aku ketinggalan peristiwa penting. Sambil menunggu kedatangannya, aku kembali keluar untuk menemani Kak Anti dan Valen, sahabatku yang masih duduk di taman sambil memperhatikan sekeliling kompleks ini.
"Bro, tangan lu beneran terkilir?" tanyaku dengan nada prihatin.
"Iya nih, bukan pertama kali sih. Biasanya kalau lagi di kampung nenek, sekali ditiup langsung lurus aja," jelas Valen sambil meringis kesakitan.
Sebenarnya, aku masih merasakan sakit di sekujur tubuhku. Namun, aku berusaha tegar agar Kak Anti tidak terlalu khawatir.
"Kita ke rumah sakit sekarang," kataku, berubah pikiran.
"Masih bisa nyetir, kan?" tanyaku lagi.
"Bisa saja. Kalau begitu, kita berangkat sekarang juga. Takutnya nanti susah baliknya," jawab Valen.
Sebelum berangkat, aku sempat mengirimkan pesan singkat ke Mbak Lala, namun tak ada balasan darinya. Lima belas menit kemudian, akhirnya kami sampai di rumah sakit umum di kota ini. Karena Valen termasuk pasien darurat, begitu tiba di depan pintu rumah sakit, aku langsung berlari ke petugas kesehatan.
Tak berapa lama, Valen sudah ditangani oleh tim medis. Aku sebenarnya enggan mendapatkan perawatan di rumah sakit ini, namun Kak Anti memintaku untuk segera diobati di sini saja. Sekitar satu jam kemudian, aku keluar dengan beberapa perban yang hampir memenuhi wajahku. Sementara itu, Kak Anti masih tetap duduk sambil asyik mengutak-atik ponselnya.
"Sok sibuk, padahal nggak punya pacar," celetukku ketika berdiri di sampingnya.
"Sirik aja deh jadi orang," sahutnya dengan wajah tengil.
Tiba-tiba, dalam lamunan, aku melihat bayangan Muti dan si duo kembar di kejauhan. Rasa penasaran menyergap, lantas aku menarik lengan Kakakku untuk mengikutiku. "Mau kemana?" tanyanya.
"Ikuti saja dulu," jawabku sambil menariknya perlahan.
Awalnya, mereka seakan tidak mengenalku, jadi aku sedikit iseng bermain peran dengan mereka.
"Pagi, Tante. Bolehkah saya bertanya?" ucapku dengan tampang polos.
Meskipun ekspresi wajahku terlihat biasa saja, namun dalam hati, aku berusaha menahan tawa karena melihat wajah Muti yang langsung geram saat aku memanggilnya
"Tante".
"Apaan?" balas Muti ketus.
Saat ini, tanganku masih menggenggam lengan Anti, entah dia nyaman atau tidak, tetapi dia tidak berusaha melepaskannya.
"1 jam berapa ya, Tante?" tanyaku singkat, mencoba memancing reaksi mereka.
Mereka tampak bingung, mengkerutkan dahinya, namun aku tak tahu apa yang mereka pikirkan. Biasanya, mereka sudah terbiasa dengan pertanyaan seperti itu.
"Cukiii, apa penampilan aku terlihat seperti wanita sewaan?" ujar Muti kesal.
"Santai saja, Mbak," protes kak Anti tiba-tiba.
"Apa? Kamu mau belain cowokmu itu, ya? Ajarin dia tata krama dong, ini rumah sakit, bukan tempat umum," timpal Muti dengan langkah mendekat, nyaris menyentuh wajah kami.
Suasana semakin tegang, percikan emosi dan perselisihan mulai meletup-letup, seolah tak ada jalan damai dalam pertengkaran ini.
Aku yang mulai melihat suasana semakin tidak mendukung, jadi aku mengakhiri keisenganku.
"Tante Muti, Mbak Pingka, dan Pingki," celetukku.
Sejenak Muti keheranan menatapku, "Kamu siapa? Kenapa kamu mengenalku?" tanyanya heran.
"Apakah Tante kenal Alex?" tanyaku dengan harapan mereka langsung bisa menebakku.
" Alex, jadi kamu Alex ? Aku ngambek sama kamu! Masa di usia muda dan cantik ini, kamu panggil aku Tante?!" keluhnya sambil memasang wajah manjanya, yang membuatku tertawa.
"Hehehe, maaf, maaf. Jadi, kalian enggak kangen sama aku?" tanyaku sambil berlagak pede.
"Enggak!" jawab mereka bertiga kompak, namun tak lama kemudian mereka berebutan untuk memelukku. Tiba-tiba Anti terlihat bingung dan tersingkir sejenak.
Anti ialah kakak kandungku, dan memiliki nama lengkap Risdayanti. Sebenarnya kebanyakan orang-orang memanggilnya Risda, namun aku lebih memilih memanggilnya Anti.
"Kalau mau peluk, antri dong. Enggak enak nih dilihatin orang," protesku hanya sekadar mengejek.
Mereka pun melepaskan pelukannya dan Kak Anti langsung mengalihkan perhatiannya kepadaku.
"Lex, itu siapa? Pacar baru kamu?" tanya Pingki sambil melirik Kak Anti.
"Itu dia...," ucapku yang terpotong.
"Saya Risdayanti, Mbak. Teman kecil Alex waktu di kampung," jawab kak Anti cepat sambil tersenyum ramah.
Namun, entah mengapa dia tak mampu mengungkapkan secara terus terang bahwa dia adalah kakak kandungku. Padahal aku tak memiliki masalah bila mereka mengetahui kenyataan itu. Tapi, demi mengikuti suasana pembicaraan kami, aku ikuti saja alurnya.
"Oh, iya! Perkenalkan, aku Mutiara, dia Pingki dan Pingka," jawab Muti sambil memperkenalkan si kembar sekaligus.
"Lex, kamu nggak ketemu Mbak Lala? Tadi dia ke kosan nyusul kamu, loh," tanya Pingka.
"Sebenarnya, tadi, aku berniat menunggunya. Namun, ada temanku yang sedang dalam keadaan darurat. Aku harus segera membawanya kerumah sakit," jawabku.
"Habis berkelahi lagi pastinya kalian! Lihat saja mukanya sudah seperti mumi," celetuk Muti menebak.
"Hehe, hanya melakukan perlawanan saja kok," jawabku santai.
Tiba-tiba teringat sesuatu, aku bertanya, "Oh ya, lupa! Kalian ke sini jengukin siapa sih?"
Tepat saat itu, terdengar langkah kaki di belakangku. Dengan spontan, aku berbalik dan ternyata Mbak Lala dengan langkah tergopoh-gopoh mendekatiku.
"Ni anak nggak sabaran am...," ucapannya terpotong ketika ia sudah berada di depanku. Wajahnya berubah seketika, begitu melihatku.
"Kamu kenapa, Dek? Habis berantem lagi?" tanyanya penuh kekhawatiran.
"Husstt, itu nggak penting, Mbak. Yang pengin aku tanyain sekarang, kalian semua kesini jengukin siapa, sih?" tanyaku dengan nada menekan.
"Rina, Dek. Rina udah ditemukan. Tapi keadaannya masih koma sampai saat ini," ujar Mbak Lala, kemudian langsung duduk di kursi besi yang disiapkan untuk setiap penjenguk.
Degggghhhh...
Sesaat, detak jantungku seakan berhenti seketika mendengar ucapan Mbak Lala. Entah mengapa, saat mendengar kata 'koma', tubuhku langsung lemah tak berdaya. Aku tak mampu menahan kesedihan yang melanda, perlahan air mataku tercipta dan mulai menetes di sela-sela mataku.
Cerita bermula, ketika Adam harus mengambil keputusan tinggal untuk sementara di rumah orang tuanya, berhubung Adam baru saja di PHK dari tempat ia bekerja sebelumnya. "Dek, kalau misalnya dek Ayu mau pergi, ngga papa kok. " "Mas, bagaimanapun keadaan kamu, aku akan tetap sama mas, jadi kemanapun mas pergi, Aku akan ikut !" jawab Ayu tegas, namun dengan nada yang membuat hati kecil Adam begitu terenyuh.
Setelah menikahi akhwat cantik yang lama diidam-idamkan, pria milyarder itu merasa sangat bahagia. Mereka menikmati kehidupan rumah tangga yang bahagia, meski baru seminggu. Namun, ada satu hal yang membuat sang istri merasa terganggu. Suaminya mempunyai kebiasaan yang cukup mengkhawatirkan. Hampir setiap saat, suaminya meminta jatah. Sebelum tidur, saat menyiapkan makanan, bahkan saat mereka sedang santai di ruang keluarga. Sang istri merasa kewalahan. Dia tidak pernah menyangka bahwa suaminya begitu rakus akan kepuasan duniawi. Suatu hari, ketika sang istri sedang memasak di dapur, sang suami mendekatinya dan mulai merayunya. "Sayang, ayo kita berduaan sebentar di kamar," bisik suaminya, sambil mencium leher istri. Dengan wajah merah padam, sang istri mencoba menolak. "Aku sedang memasak, nanti saja ya, Sayang," ujarnya lembut. Namun, suaminya tidak terima penolakan. Dia semakin mendesak, bahkan mulai meraba tubuh sang istri. "Aku tidak bisa menahan nafsu ini, Sayang," desahnya. Akhirnya, sang istri menyerah pada desakan suaminya. Mereka pun bergegas ke kamar untuk melampiaskan hasrat mereka. Sang istri merasa kewalahan menghadapi keperkasaan suaminya yang mencapai 27cm. Dia merasa tubuhnya terlalu lemah untuk mengimbangi nafsu suaminya yang tidak pernah habis. Setelah berhubungan intim, sang istri terkapar lemas di tempat tidur, sementara suaminya bangkit dengan senyum puas
18+, hampir tiap bab memiliki unsur kedewasaan, jadi tidak di peruntukan pembaca di bawah 18 tahun ke bawah. Cerita ini berlatar belakang seorang mahasiswa yang memiliki prestasi cukup lumayan. Iapun hanya seorang pria yang memiliki perekonomian yang tidak terlalu mendukung, namun bisa melanjutkan pendidikannya di salah satu kampus ternama, di karenakan ia memiliki kecerdasan hingga dia bisa mendapatkan beasiswa. Awalnya ia tak pernah menyangka kalau dirinya akan menjadi pria yang di lirik banyak wanita, berhubung parasnya tidak terlalu mendukung. Namun sepeninggalnya sahabat terbaiknya, di saat itulah dia mendapatkan semuanya.
Cerita ini khusus 21+, karena terdapat adegan panas. Cerita ini di mulai ketika Fahrizal masih berumur 13 tahun, tapi dia sudah bisa menunjukkan kelebihannya di atas ranjang.
Sesuai dengan judulnya, cerita ini menegangkan, humor, romansa, dan ada juga mistis.
Cerita Khusus Dewasa... Banyak sekali adegan panas di konten ini. Mohon Bijak dalam Membaca. Basah, Tegang, bukan Tanggung Jawab Autor. Menceritakan seorang pria tampan, bekerja sebagai sopir, hingga akhirnya, seorang majikan dan anaknya terlibat perang diatas ranjang.
Kesalahan satu malam, membuat semuanya menjadi hancur lebur. Miranda berawal hanya bersenang-senang saja, tapi sialnya malah dia terjebak malam panas dengan Athes Russel. Hal yang membuatnya semakin kacau adalah pria itu merupakan teman bisnis ayahnya sendiri. “Kita bertemu lagi, Miranda,” bisik Athes serak seraya memeluk pinggang Miranda. Miranda mendorong tubuh Athes keras. “Shit! Menjauh dariku, Jerk!” Athes terkekeh sambil membelai rahang wanita itu. “Bagaimana bisa aku melupakanmu? You’re so fucking hot.” *** Follow me on IG: abigail_kusuma95 (Informasi seputar novel ada di IG)
Salah kamar mengakibatkan Claudia terjebak dalam hubungan rumit yang tak seharusnya terjadi. Malam itu, harusnya Christian menghabiskan malam panas dengan calon istrinya. Namun, siapa sangka kalau berujung pada Christian yang malah masuk ke dalam kamar Claudia—yang mana adik dari calon istrinya. Semua bermula dari sini. Claudia dan Christian terjebak dalam sebuah hubungan yang tak seharusnya terjadi. Hal yang membuat semakin rumit adalah Claudia dan Christian harus tinggal satu atap. Mungkinkah skandal ini akan tercium? Lantas, bagaimana akhir dari kisah Claudia dan Christian? Kesalahan satu malam membawa mereka dalam sebuah lingkaran api. *** Follow me on IG: abigail_kusuma95
Jatuh dari keningratan, Zen Luo menjadi budak yang rendahan yang digunakan sebagai karung tinju untuk para mantan sepupunya. Secara tidak sengaja, dia menemukan cara untuk mengasah dirinya menjadi senjata dan sebuah legenda dimulai karena itu. Dengan keyakinan yang kuat untuk tidak pernah menyerah, dia berusaha untuk membalas dendam dan mengejar impian yang besar. Pendekar dari berbagai klan bersaing untuk kekuasaan dan dunia menjadi kacau. Mengandalkan tubuh yang sebanding dengan senjata ampuh, Zen mengalahkan banyak musuh dalam perjalanannya menuju keabadian. Akankah dia berhasil pada akhirnya?
Harap bijak memilih bacaan. Mengandung adegan dewasa 21+ Carmen Adelia Giovanni (26) harus menelan pil pahit setelah memergoki kekasihnya selingkuh dengan sahabatnya sendiri. Kemudian ia memutuskan untuk pindah ke kota lain untuk menenangkan diri dan mencari pekerjaan lain. Ia melamar pekerjaan di perusahaan Johnson Corporation dan diterima menjadi sekretaris di sana. Alexander Felix Johnson (31) CEO arogan yang kembali ke kota kelahirannya ketika menemukan gadis yang menarik perhatiannya berada di kantor milik keluarganya. Akankah Alexander Felix Johnson berhasil memiliki Adelia Giovanni untuk menjadi kekasih sekaligus istrinya? Dan bagaimana reaksi Adelia ketika mengetahui bahwa Alexander adalah laki-laki yang membawanya malam itu?
Ayahnya menjadi seorang pengkhianat pada group mafia terbesar di negaranya bernama group Limson, membuat Arabella harus hidup dalam bahaya. Bagaimana tidak, Arabella harus menjadi tawanan kamar Tuan Stanley yang merupakan ketua mafia group Limson atau dia berkeliaran diluar sana dan diburu oleh anggota mafia lainnya.