Hubungan cinta antara Via dan Jason nyaris sempurna. Jason adalah segalanya bagi Via yang hidup sebatang kara. Tidak ada yang akan menyangka kalau Via menyimpan bara di dalam kasih sayang di antara mereka. Via telah tergoda pada cinta Dimas, seorang billioner kaya yang mampu memberikannya apa saja. Dimas, seorang lelaki beristri tak bisa menolak pesona Via. "Aku tidak mencintai dia, kami duku hanya dijodohkan," ujar Dimas beralasan. "Siapa yang kau pilih? Aku atau dia." Via telah mengajukan dua pilihan yang sulit pada Dimas. Lantas, apa yang akan terjadi bila di tengah kegalauan itu, Via mengetahui kalau Dimas ternyata adalah kakak iparnya sendiri? Apakah pilihan yang akan diambil Dimas?
Tubuh Via mengejang hebat seiring nafasnya yang terasa terhenti untuk sesaat. "Aaahhh," erangnya sembari merasakan semburan hangat yang melesak di dalam tubuhnya. Erangan yang disambut kecupan pelan dan lama dari bibir lelaki tampan yang masih berada di atasnya.
Via membuka mata, seiring kedutan-kedutan kecil di bagian intinya yang perlahan menghilang. Wajah lelaki itu tersenyum di depan matanya. Lelaki itu memang selalu menikmati wajah sendu Via setiap kali gadis itu memadu cinta dengannya.
"Kau suka?" tanyanya, suara beratnya menambah kesal maskulin lelaki itu. Namanya Dimas, lelaki yang sudah beberapa bulan ini menjelajahi ranjang-ranjang kamar super mewah di berbagai hotel.
"Ya, Sayang," jawab Via malu-malu. Entah sudah berapa kali Via mengarungi percintaan yang panas membara dengan lelaki itu, namun masih saja dia merasa malu.
Lelaki itu beralih, menarik miliknya yang masih sedikit mengeras dari diri Via. Dia berbaring di sebelah gadis itu. Lelaki itu memutar tubuhnya menghadap pada Via yang masih menyeimbangkan nafasnya.
Mengusap lembut pipi gadis yang saat ini tengah mampu memuaskan hasratnya setiap kali bercinta, ia melayangkan kecupan yang lama pada kening Via.
Via memejamkan matanya dan tersenyum sambil memegang tangan Dimas yang berada di pipinya.
Via lalu memeluknya, Dimas membalas pelukan itu dan mulai bertanya pada Via kapan ia akan pindah ke apartemen yang telah ia sediakan untuk Via.
"Vi, kapan kau akan menempati apartemen yang telah aku sediakan untukmu? Aku bisa datang kapan saja jika kau pindah kesana?" Menatap dalam ke arah mata Via, "Apa kau tak menyukai apartemen itu, kau mau rumah sayang?" tanyanya lagi.
Saat Via hendak menjawab, televon Dimas berdering, sudah berkali-kali televon itu berbunyi, dari mereka mulai bermain, Via melirik sekilas kearah ponsel Dimas.
"Pasti itu dari istrinya," batin Via, ia merasa kesal, mungkin itu ia cemburu, namun Via hanya diam saja, Via sadar akan siapa dirinya.
Ponsel itu berdering kembali, Dimas hanya melihat nama yang tertera di sana, lelaki itu tak menjawabnya, namun Dimas kemudian berdiri dan berjalan ke arah kamar mandi, membersihkan dirinya dan mulai berpakaian kembali.
Dimas memakai jasnya lalu menghampiri Via yang masih berada di atas ranjang, Dimas mengecup bibir Via sekilas lalu berpamitan pada gadis itu.
"Aku pergi dulu, nanti aku akan menghubungimu lagi," ucap Dimas sambil tersenyum dan mengusap lembut rambut Via.
Gadis itu tak rela berpisah dengan Dimas, ia masih ingin menghabiskan waktunya bersama dengan lelaki itu, berlama-lama berada di sisi lelaki.itu, lelaki yang membuatnya merasa begitu nyaman, ia ingin sekali menahannya, tapi gadis itu mengurungkan niatnya. Via sadar akan posisinya saat ini.
"Jangan egois Via, kau hanyalah yang kedua baginya," gumam Via pada dirinya sendiri.
Via selalu merasa sedih setiap kali mengingat jika dia bukan pemilik seutuhnya, Dimas telah ada yang memiliki, di sana ada seorang wanita yang lebih berhak daripada dirinya.
Via langsung berdiri dan berjalan mendekati jendela, melihat mobil Dimas yang perlahan pergi meninggalkannya disana seorang diri.
Via merasa sangat sedih, entah kapan ia akan terus seperti ini, menjalani hubungan yang membuatnya bahagia sekaligus sedih di waktu yang bersamaan.
"Mengapa takdir sekejam ini, mempertemukan kita disaat yang tak tepat, bahkan saat kita telah memiliki pasangan masing-masing."
Via menghembuskan nafasnya dengan kasar, kesedihan begitu terpancar pada wajah gadis itu.
Via kemudian berjalan dan duduk di sofa yang ada di kamar itu, mendongakkan kepalanya dan bersandar di sofa tersebut.
Fikirannya menerawang jauh, namun Via tersadar dan mengingat ponselnya, ia segera bangkit mencari tasnya, mengambil ponsel itu lalu mengeceknya.
Terdapat banyak panggilan di sana dan beberapa pesan, Via lupa untuk mengabari pacarnya, dia lantas membuka semua pesan itu, benar saja pesan itu dari pacarnya.
Via mulai menscroll layar ponselnya membaca satu persatu dari sederet pesan yang diterima olehnya.
"Hemmmm, maafkan aku." Via menarik napas panjang, merasa bersalah pada lelaki itu.
Seolah ia lupa akan segalanya jika sudah bersama dengan Dimas, hati jiwa bahkan seluruh raganya, milik lelaki itu seutuhnya
Lelaki yang telah menemaninya selama dua tahun ini, via langsung memungut pakaiannya yang berserakan, lalu berjalan menuju kamar mandi.
Setelah merapikan penampilannya Via segera meninggalkan hotel itu dan berjalan pulang ke kostnya yang berada di radio dalam.
Hanya butuh waktu setengah jam, untuk sampai di kosannya, via begitu terkejut saat melihat pacarnya itu sudah menunggunya di depan pintu, ia mempercepat langkahnya dan segera menghampiri lelaki itu.
Lelaki itu tersenyum dan menyambut kedatangan Via, sambil menyerahkan makanan yang ada di tangannya.
Via menatap lelaki itu dengan tatapan sendu, ia sedih dn merasa bersalah pada pacarnya, karena sudah menghianati nya, Via memeluk lelaki yang ada di hadapannya saat ini, "Maaf," ucapnya lirih, begitu lirih hingga pria itu bahkan tak mendengarnya.
Via tersenyum ke arah pacarnya, dan mengajak lelaki itu untuk masuk kedalam makar kost miliknya.
"Apa kau sudah makan?" Lelaki itu bertanya dengan senyuman di wajahnya.
Via menggelengkan kepalanya, padahal ia sudah makan bersama dengan Dimas, ia merasa tak enak hati pada pacarnya itu, yang sudah membawakannya makanan.
Lelaki itu kemudian membuka paper bag yang ia bawa, mengambil piring yang tak jauh dari tempatnya duduk dan mulai menatanya.
"Makanlah dulu, jangan tidur dalam keadaan perut lapar," ucapnya penuh perhatian.
Via mengambil makanan itu dari tangannya, matanya kini berkaca-kaca, mengapa ia sejahat ini menghianati seseorang yang begitu perhatian padanya.
Perasaan bersalahnya semakin besar pada lelaki yang ada di hadapannya ini, bahkan lelaki itu tak bertanya kemana dirinya pergi.
Ketika dirinya tak menjawab telepon bahkan membalas pesannya, namun lelaki itu tetap setia menunggunya di depan pintu, sampai ia kembali pulang.
Lelaki itu terus saja menunggu Via hingga selesai makan, dia tahu betul jika Via kelelahan setelah pulang kerja, Wanitanya itu akan langsung tidur dengan keadaan perut kosong.
Ia berinisiatif membelikan makanan untuk Via, dan memastikan wanitanya makan dengan baik.
"Karena kau sudah selesai makan, maka aku akan kembali pulang," dia tersenyumdan berdiri hendak pergi dari sana.
Namun tiba-tiba Via memeluknya dari belakang, lelaki itu lalu membalikkan badannya, tersenyum ke arah Via.
"Aku harus pergi, apa kau mau pacarmu ini di pecat? Sudah terlalu lama aku meninggalkan pekerjaanku, hemmm."
Via menatap mata pacarnya dan menggelengkan kepalanya, lelaki itu lantas tersenyum dan mulai berjalan.
"Jason ..., Terima kasih."
Lelaki itu menoleh ke arah Via, dan tersenyum, "I love you," ucapnya tersenyum dan pergi meninggalkan Via disana.
Blurb "Satria, kapan kaut akan menikah? Sudah banyak gadis yang dikenalkan padamu, kau balas dengan gelengan kepala. Apa yang kamu mau sebenarnya?" Desakan dari sang Ibu membuat Satria tak enak hati. Pasalnya, Satri tak pernah tertarik dengan wanita muda. Dia jatuh cinta pada wanita yang lebih matang. "Pak Lurah meninggal tiba-tiba, tidak diketahui penyakitnya. Kemarin masih sehat, berkumpul dengan kami." Peristiwa meninggalnya pak lurah menjadi awal pertemuan Satria dengan jodohnya. Istri Almarhum pak lurah yang matang namun masih cantik mempesona menjadi pilihan Satria. "Mas, ada satu syarat. Setiap malam Jum'at Kliwon, aku harus tidur sendiri di kamar belakang." Begitulah syarat yang diajukan Kinanti saat Satria melamarnya. Satria menyetujui tanpa pertanyaan. Cinta telah memaksanya untuk menganggukkan kepala. Namun, apa yang terjadi ketika suatu saat Satria terdesak rasa penasaran? Apa yang sebenarnya dilakukan Kinanti di kamar belakang setiap malam Jum'at Kliwon? Akankah Satria bertahan dengan semua yang dilihatnya di depan mata kepala?
Juli merasa tak punya pilihan ketika harus membantu Vira, sahabat karibnya yang tengah dilanda masalah rumah tangga. Meskipun Hardi, sang suami melarang Juli untuk membiarkan Vira tinggal di rumah mereka, Juli membujuk Hardi begitu rupa. Dengan rasa kasihan kepada Vira, Juli membiarkan Vira tinggal di rumah mereka. Tapi siapa sangka, kalau akhirnya kekesalan Hardi itu justru berubah menjadi cinta kepada Vira, sahabat sang istri yang lemah lembut. Terlebih, Hardi punya banyak kesempatan akibat Juli terlalu sibuk dengan karirnya. "Jangan lakukan itu, Vir. Kalau ada orang lain yang harus memisahkan aku dengan Mas Har, aku berharap itu bukan dirimu. Kau sudah seperti saudara bagiku." Tangis dan penyesalan Juli tentu tak ada gunanya lagi, saat Vira mengandung buah hati yang belum bisa diberikan Juli. Apa yang harus dilakukan Juli untuk menyelamatkan rumah tangganya? Akankah Juli bertahan kalau Hardi harus menikahi sahabatnya sendiri?
Warning. mohon bijak dalam memilih bacaan Dua tahun setelah kematian suaminya, Hana harus menemukan kenyataan kalau putra kecilnya mengidap leukemia. Hana tidak punya pilihan lain, dia harus mencari uang dalam jumlah banyak untuk biaya pengobatan anaknya. Situasi itu mempertemukan Hana dengan Devan. Devan, sang CEO yang angkuh karena patah hati bersedia memberikan banyak uang pada Hana asalkan Hana bersedia bermalam dengannya. Demi menyelamatkan putra kesayangannya, Hana pun terpaksa melakukannya. Seiring kebencian yang muncul di hati Hana kepada Devan yang telah membuatnya terpaksa melakukan hal itu, cinta di hati Devan justru tumbuh terhadap Hana. Devan merasa sangat menyesal ketika mengetahui kalau Hana tidur dengannya demi menyelamatkan putranya. Devan berusaha meminta maaf dan mendapatkan hati Hana. Akankah Hana memaafkan lelaki yang telah memanfaatkan dirinya? Bisakah Hana menghilangkan bayangan kelam dari malam ketika Hana merasa dia telah menjual diri demi uang? Bagaimanakah kisah cinta Hana dan Devan?
Setelah menghabiskan malam dengan orang asing, Bella hamil. Dia tidak tahu siapa ayah dari anak itu hingga akhirnya dia melahirkan bayi dalam keadaan meninggal Di bawah intrik ibu dan saudara perempuannya, Bella dikirim ke rumah sakit jiwa. Lima tahun kemudian, adik perempuannya akan menikah dengan Tuan Muda dari keluarga terkenal dikota itu. Rumor yang beredar Pada hari dia lahir, dokter mendiagnosisnya bahwa dia tidak akan hidup lebih dari dua puluh tahun. Ibunya tidak tahan melihat Adiknya menikah dengan orang seperti itu dan memikirkan Bella, yang masih dikurung di rumah sakit jiwa. Dalam semalam, Bella dibawa keluar dari rumah sakit untuk menggantikan Shella dalam pernikahannya. Saat itu, skema melawannya hanya berhasil karena kombinasi faktor yang aneh, menyebabkan dia menderita. Dia akan kembali pada mereka semua! Semua orang mengira bahwa tindakannya berasal dari mentalitas pecundang dan penyakit mental yang dia derita, tetapi sedikit yang mereka tahu bahwa pernikahan ini akan menjadi pijakan yang kuat untuknya seperti Mars yang menabrak Bumi! Memanfaatkan keterampilannya yang brilian dalam bidang seni pengobatan, Bella Setiap orang yang menghinanya memakan kata-kata mereka sendiri. Dalam sekejap mata, identitasnya mengejutkan dunia saat masing-masing dari mereka terungkap. Ternyata dia cukup berharga untuk menyaingi suatu negara! "Jangan Berharap aku akan menceraikanmu" Axelthon merobek surat perjanjian yang diberikan Bella malam itu. "Tenang Suamiku, Aku masih menyimpan Salinan nya" Diterbitkan di platform lain juga dengan judul berbeda.
Kisah seorang ibu rumah tangga yang ditinggal mati suaminya. Widya Ayu Ningrum (24 Tahun) Mulustrasi yang ada hanya sebagai bentuk pemggambran imajinasi seperti apa wajah dan bentuk tubuh dari sang pemain saja. Widya Ayu Ningrum atau biasa disapa Widya. Widya ini seorang ibu rumah tangga dengan usia kini 24 tahun sedangkan suaminya Harjo berusia 27 tahun. Namun Harjo telah pergi meninggalkan Widy sejak 3 tahun silam akibat kecelakaan saat hendak pulang dari merantau dan karna hal itu Widya telah menyandang status sebagai Janda di usianya yang masih dibilang muda itu. Widya dan Harjo dikaruniai 1 orang anak bernama Evan Dwi Harjono
Setelah tiga tahun menikah yang penuh rahasia, Elsa tidak pernah bertemu dengan suaminya yang penuh teka-teki sampai dia diberikan surat cerai dan mengetahui suaminya mengejar orang lain secara berlebihan. Dia tersentak kembali ke dunia nyata dan bercerai. Setelah itu, Elsa mengungkap berbagai kepribadiannya: seorang dokter terhormat, agen rahasia legendaris, peretas ulung, desainer terkenal, pengemudi mobil balap yang mahir, dan ilmuwan terkemuka. Ketika bakatnya yang beragam diketahui, mantan suaminya diliputi penyesalan. Dengan putus asa, dia memohon, "Elsa, beri aku kesempatan lagi! Semua harta bendaku, bahkan nyawaku, adalah milikmu."
Novel Ena-Ena 21+ ini berisi kumpulan cerpen romantis terdiri dari berbagai pengalaman romantis dari berbagai latar belakang profesi yang ada seperti CEO, Janda, Duda, Mertua, Menantu, Satpam, Tentara, Dokter, Pengusaha dan lain-lain. Semua cerpen romantis yang ada pada novel ini sangat menarik untuk disimak dan diikuti jalan ceritanya sehingga bisa sangat memuaskan fantasi para pembacanya. Selamat membaca dan selamat menikmati!
Setelah menyembunyikan identitas aslinya selama tiga tahun pernikahannya dengan Kristian, Arini telah berkomitmen sepenuh hati, hanya untuk mendapati dirinya diabaikan dan didorong ke arah perceraian. Karena kecewa, dia bertekad untuk menemukan kembali jati dirinya, seorang pembuat parfum berbakat, otak di balik badan intelijen terkenal, dan pewaris jaringan peretas rahasia. Sadar akan kesalahannya, Kristian mengungkapkan penyesalannya. "Aku tahu aku telah melakukan kesalahan. Tolong, beri aku kesempatan lagi." Namun, Kevin, seorang hartawan yang pernah mengalami cacat, berdiri dari kursi rodanya, meraih tangan Arini, dan mengejek dengan nada meremehkan, "Kamu pikir dia akan menerimamu kembali? Teruslah bermimpi."
Istriku yang nampak lelah namun tetap menggairahkan segera meraih penisku. Mengocok- penisku pelan namun pasti. Penis itu nampak tak cukup dalam genggaman tangan Revi istriku. Sambil rebahan di ranjang ku biarkan istriku berbuat sesukanya. Ku rasakan kepala penisku hangat serasa lembab dan basah. Rupanya kulihat istriku sedang berusaha memasukkan penisku ke dalam mulutnya. Namun jelas dia kesulitan karena mulut istriku terlalu mungil untuk menerima penis besarku. Tapi dapat tetap ku rasakan sensasinya. Ah.... Ma lebih dalam lagi ma... ah.... desahku menikmati blowjob istriku.