Unduh Aplikasi panas
Beranda / Modern / WANITA SIMPANAN SUAMIKU,
WANITA SIMPANAN SUAMIKU,

WANITA SIMPANAN SUAMIKU,

5.0
27 Bab
3.5K Penayangan
Baca Sekarang

Tentang

Konten

Nela merasa sangat beruntung karena mempunyai suami yang romantis dan super perhatian seperti Bima. Namun kenapa semakin hari sikap Bima mulai berubah? Bima yang dulunya selalu memprioritaskan dirinya dan sangat perhatian kepada Nela berubah seratus delapan puluh derajat menjadi tidak peduli kepadanya. Sampai pada akhirnya Nela mengetahui bahwa penyebab Bima berubah karena diam-diam menjalin hubungan dengan wanita lain yang tak lain adalah sahabat baiknya sendiri, Seyla.

Bab 1 Menggugurkan Kandungan

"Aku hamil."

"Sudah berapa bulan?"

"Baru dua minggu. Aku mau kamu bertanggung jawab dan menikahi aku."

Andre menghisap sebatang rokok yang terselip diantara jari telunjuk dan jari tengahnya. Menghembuskan kepulan asap yang cukup banyak dari mulutnya kemudian mematikan rokoknya.

"Apa kamu yakin itu anak aku?"

"Maksud kamu apa bilang begitu? Memangnya kamu pikir aku semurahan itu sampai-sampai aku mau memberikan tubuh aku untuk disentuh dan dinikmati oleh banyak laki-laki?"

"Baiklah. Kalau begitu dandan secantik mungkin nanti malam. Aku akan menjemput kamu dan membawa kamu ke rumahku untuk diperkenalkan kepada kedua orang tuaku."

Seyla mengganggukan kepala.

****

"Jadi dokter memprediksi kalau kamu akan melahirkan sebentar lagi? Selamat ya. Aku ikut senang mendengarnya."

Nela tersenyum sambil mengusap perutnya.

"Terima kasih Seyla. Tapi jujur aku sedikit takut dan gugup."

"Kenapa harus takut? Kamu nggak boleh berpikiran macam-macam. Semuanya pasti akan baik-baik saja. Aku doakan semoga proses persalinan kamu berjalan dengan lancar. Aku juga berharap semoga kamu dan bayi kamu selamat."

"Kamu memang sahabat aku yang paling baik. Aku beruntung punya sahabat sebaik kamu. Kamu tahu nggak sih, semenjak aku hamil sikap mas Bima manis banget," Nela bercerita sambil tersenyum-senyum sendiri.

"Oh ya?"

"Iya. Dia nggak pernah biarin aku terlambat makan. Bahkan aku makan pun selalu disuapin sama dia. Anak aku manja sih. Maunya disuapin terus sama papanya. Mas Bima juga selalu mengelus perut aku sebelum tidur, bikinin aku susu setiap hari, disaat dia capek karena baru pulang bekerja pun dia selalu menyempatkan diri untuk manjain aku dan membelikan apa pun yang aku mau."

"Kamu benar-benar beruntung Nela. Punya suami sebaik dan perhatian seperti Bima. Apa Andre juga akan melakukan hal yang sama seperti Bima ketika kami sudah menikah nanti?" batin Seyla. Raut wajahnya tiba-tiba saja berubah menjadi murung.

"Apa selama menikah Bima pernah main tangan sama kamu? Melakukan tindakan kekerasan sama kamu mungkin?" tanya Seyla.

"Nggak pernah. Mas Bima itu orangnya super lembut. Lihat tangan aku berdarah sedikit aja gara-gara mengiris wortel di dapur dia khawatir dan nggak bolehin aku masak sampai sekarang. Memangnya kenapa kamu tanya-tanya begitu?"

"Syukurlah kalau begitu. Kemarin tetangga samping rumah aku baru aja bercerai karena suaminya suka main tangan sama istrinya. Istrinya nggak tahan hidup sama suaminya yang setiap hari suka mukulin fisiknya, suka mabuk-mabukan terus selingkuh pula."

"Kamu tenang aja. Mas Bima nggak begitu kok orangnya," Nela menyandarkan tubuhnya pada sandaran tempat tidur.

"Jadi kapan kamu segera menyusul?"

"Nanti, tunggu aku berhasil menemukan pria seperti suami kamu."

"Tapi jangan rebut suami aku ya."

"Ya mana mungkin lah aku rebut suami kamu. Kamu kan sahabat aku."

Nela tersenyum tipis.

"Aku cumah bercanda. Seyla, sudah dulu ya. Aku mau belanja bahan-bahan makanan ke supermarket."

Seyla mengangguk.

Nela memutuskan sambungan video call mereka.

Seyla menatap jam dinding yang menunjukkan pukul tujuh malam. Berbicara bersama Nela memang terkadang membuatnya lupa waktu. Tanpa sadar menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk mengobrol.

Seyla melemparkan ponselnya ke atas kasur. Turun dari atas tempat tidur mendekati lemari pakaian lalu membukanya. Mencari-cari pakaian mana yang cocok ia kenakan untuk bertemu kedua orang tua Andre nanti.

****

"Kamu mau bawa aku ke mana?" tanya Seyla. Memperhatikan sekitarnya dengan keheranan. Bukankah tadi Andre berkata kalau pria itu ingin membawanya bertemu kedua orang tuanya? Tapi kenapa Andre justru melewati jalan ini? Ini bukan jalan menuju ke rumah Andre setahu Seyla.

"Aku mau bawa kamu ke rumah dukun kampung yang bisa membantu kamu menggugurkan kandungan kamu."

"Apa? Aku nggak mau. Kamu gila ya? Ini anak kamu sendiri. Darah daging kamu. Kamu juga sudah janji sama aku akan bertanggung jawab dan menikahi aku. Mengajak aku bertemu kedua orang tua kamu malam ini."

"Seyla dengar, kedua orang tuaku sudah menjodohkan aku bersama perempuan lain jauh sebelum janin itu tumbuh di rahim kamu. Namanya Casandra, anak pengusaha terkenal yang tentunya lebih pantas bersanding bersama aku. Dia jauh lebih segala-galanya dari pada kamu. Kamu tahu sendirikan kedua orang tuaku menginginkan aku menikah bersama perempuan dari keluarga kaya raya bukan miskin seperti kamu."

Seyla menatap Andre tidak percaya.

"Dan kamu harus mau menggugurkan bayi itu karena sampai kapan pun aku nggak akan pernah mau bertanggung jawab apalagi sampai menikahi kamu. Aku nggak mau perjodohanku bersama Casandra batal hanya karena kehamilan kamu."

"Pokoknya aku akan tetap mempertahankan bayi ini. Berhenti di sini!"

"Nggak. Aku nggak mau. Kamu harus ikut aku ke rumah dukun kampung yang bisa membantu kamu menggugurkan kandungan kamu."

Seyla menggigit pundak Andre membuat Andre menghentikan laju motornya secara tiba-tiba. Seyla turun dari atas motor dan berlari menjauhi Andre yang masih saja meringis kesakitan sembari memegangi pundaknya.

"Seyla mau ke mana kamu?"

Seyla terus saja berlari sesekali melihat ke belakang untuk memastikan apakah Andre mengejarnya atau tidak sampai-sampai tidak menyadari ada mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi dari arah berlawanan.

Begitu Seyla menatap ke depan kilauan cahaya lampu mobil menyorot ke arahnya. Seyla memejamkan kedua matanya ketika jarak mobil itu dan dirinya hanya beberapa jengkal saja dan siap menabrak tubuhnya.

Cit..

Terdengar suara ban mobil bergesekan dengan aspal. Seyla membuka kedua matanya kemudian bernafas lega begitu mengetahui kalau dirinya baik-baik saja dan mobil itu tidak jadi menabraknya.

"Kamu nggak papa kan?"

Seyla menolehkan wajah. Menatap pria tampan yang baru saja keluar dari dalam mobil yang tadi hampir menabraknya.

"Bima?"

"Seyla? Kamu ngapain ada di sini? Malam-malam begini? Memangnya kamu nggak takut ada preman yang mencelakai kamu dan berbuat sesuatu yang bisa merugikan kamu? Apalagi kamu perempuan."

"Kamu benar dan sekarang aku memang sedang dikejar sama dua orang preman dan hampir dilecehkan. Apa kamu bisa bantu aku? Tolong antarkan aku pulang ke rumah. Rumah aku nggak jauh dari sini kok," Seyla memegang tangan Bima dan memasang tatapan memohon. Dia takut Andre tiba-tiba datang lalu kembali memaksanya ke rumah dukun kampung itu lagi.

"Aku takut mereka berhasil menangkap aku dan kembali melecehkan aku seperti sebelumnya. Sedangkan di sini cumah kamu yang bisa aku mintai bantuan."

"Di mana rumah kamu?"

"Di jalan Mutiara blok A nomor 26," Seyla menyebutkan alamat tempat tinggalnya.

"Tapi sebelum pulang ke rumah kita mampir sebentar ke apotik ya. Ada sesuatu yang mau aku beli," Seyla berpesan pada Bima. Bima menganggukan kepala dan tidak banyak tanya karena tidak penting juga.

Lanjutkan Membaca
img Lihat Lebih Banyak Komentar di Aplikasi
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY