Panther adalah seorang pembunuh bayaran. Dia memakai nama samaran itu di setiap aksinya. Dia membunuh pertama kalinya saat berusia sembilan tahun, merasakan kenikmatan melakukannya. Termasuk membunuh ayah dan ibunya sendiri. Satu-satunya yang mengenali sosok dan identitasnya yang asli adalah Sophie, kekasih sekaligus informannya di setiap misi yang dilakukannya. Setelah puluhan tahun menjalani perannya, Panther mulai jenuh dengan semua hal-hal di sekitarnya. Dia mulai merindukan kehidupan normal dan kebaikan. Saat dirinya memutuskan untuk mundur dari pekerjaannya dengan membawa sejumlah uang bayarannya selama ini, seseorang mencuri hartanya. Rekeningnya di hack dan semua uangnya hilang. Menurut Sophie, mafia bernama Edward Elmund lah yang menghisap semua uang di rekeningnya. Panther menculik dan menyandera anak mafia itu, Natalia untuk meminta uang tebusan enam juta dollar dan berencana pensiun secepatnya. Tapi ternyata, Edward tidak mau menebusnya. Di tengah kebingungannya, Sophie, wanita yang sangat di cintainya malah mengkhianatinya. Sophie tidak terima Panther mundur sebagai pembunuh bayaran, dia ingin memiliki semua uang Panther. Saat dia merasa dunia tidak berpihak padanya, muncul Dea , informan lamanya secara misterius. Membantunya melewati banyak hal dalam perjuangannya untuk menghirup kebebasan. Namun, layakkah dirinya untuk hal itu?
Di dalam salah satu gerbong kereta api, terlihat para penumpang duduk berjejer memenuhi kedua sisi tempat duduk. Dua orang wanita terlihat sedang berbicara sambil memamerkan cincin dan gelang indah mereka. Beberapa pria dan wanita tampak berpakaian kerja yang rapi. Seorang pria kaya mendengus sombong sambil memperlihatkan rantai emas tebal yang menggantung di lehernya dan beberapa penumpang lainnya terlihat sibuk dengan telepon genggam atau sekedar diam sambil mengantuk.
Dua orang pria dari tempat duduk yang berseberangan terlihat saling bertatapan sejenak. Mata mereka menyorotkan sebuah arti. Tak lama, terlihat seorang dari mereka memberi isyarat dengan menganggukkan kepala. Secara bersamaan, keduanya langsung berdiri. Seseorang bergerak menghadap ke arah kanan dan lainnya menghadap ke arah kiri. Tangan mereka mengeluarkan senjata api berwarna hitam yang segera ditodongkan pada semua orang di kedua sisi gerbong kereta api.
"Jangan bergerak," teriak seorang di antara mereka. "Serahkan semua dompet, telepon genggam dan barang berharga kalian."
Para penumpang dalam gerbong terkejut mendengar teriakan itu dan kemudian melihat ke arah mereka berdua dengan tatapan penasaran. Setelah menatap senjata api yang digenggam oleh kedua pria itu, desah nafas tertahan para penumpang segera terdengar dari seluruh penjuru dalam gerbong kereta. Raut wajah ketakutan dan tidak percaya menghiasi wajah-wajah para penumpang.
Kedua perampok terlihat menurunkan tas ransel mereka masing-masing, membukanya dan mengarahkan mulut tas yang terbuka ke satu per satu penumpang. Di hadapan senjata api, beberapa penumpang yang ketakutan terlihat buru-buru mengeluarkan dompet mereka dan melemparkannya ke dalam tas ransel perampok. Wajah pria yang memakai gelang emas segera berubah menjadi pucat.
"Telepon genggam, jam tangan, dompet dan juga cincin," teriak seorang perampok sambil menggerak-gerakkan ujung senjata apinya pada seorang penumpang di depannya. Tanpa daya semua benda-benda itu segera berpindah tangan.
Seorang penumpang muda dengan rambut dicat berwarna merah dan bergaris kuning, terlihat marah dan menolak untuk memberikan apa pun juga pada perampok itu. "Aku tidak memiliki apa pun. Tembak saja aku kalau kamu berani," tantang pemuda itu. "Aku bertaruh, senjata apimu itu palsu. Ayo semuanya ikut melawan. Jangan takut."
Perampok itu tersenyum mengejek. Tanpa ragu, ia mengarahkan senjata apinya pada paha pemuda itu dan menembaknya. Senjata api tersebut terdengar berbunyi sayup saat pelurunya muntah melalui sebuah lubang peredam suara yang terpasang pada ujung senjata api. Raut wajah pemuda yang marah segera berubah terkejut dan berikutnya berubah menjadi wajah yang meringis kesakitan. Teriakan dan rintihan keluar dari mulutnya, terdengar penuh penderitaan. Ia menekuk tubuhnya dan kedua tangannya menggenggam pahanya yang kini sudah berlubang dan mengalirkan darah segar.
"Kamu yang memintanya kawan. Jangan salahkan aku," kata perampok berwajah bengis itu dengan enteng dan tersenyum mengejek.
Sebelah tangan perampok itu bergerak kembali untuk memukul pemuda yang kesakitan itu tepat di kepalanya dengan menggunakan gagang senjata api. "Hayo siapa lagi yang mau bertindak sebagai jagoan?" kata perampok itu terlihat senang.
Seketika semua penumpang menjadi ketakutan dan buru-buru mengeluarkan dompet mereka bahkan sebelum tas perampok itu mendekati mereka. Saat yang lainnya sibuk mengeluarkan harta mereka, seorang pria yang memakai jaket kulit berwarna hitam, masih terlihat duduk dengan santai sambil mengeluarkan dua buah sarung tangan kulit berwarna hitam dan memakainya dengan tenang. Pria itu memakai sebuah topi polos berwarna biru yang menyembunyikan sebagian wajahnya.
"Serahkan dompetmu," sahut seorang perampok yang sudah tiba di depan pria itu, sambil mengacungkan senjata apinya pada wajah yang tertutup topi.
Kepala pria itu bergerak sedikit dan matanya menatap tajam pada perampok tersebut. Di dalam bola matanya tidak terlihat sepercik pun ketakutan. Mendadak, kedua tangannya bergerak sangat cepat menangkap senjata api perampok di depannya. Dalam satu gerakan tangan yang cepat, arah senjata api tersebut sudah berbalik pada perampok tersebut. Dengan sedikit dorongan dari lengannya ke depan, moncong senjata api langsung melekat pada bahu perampok tersebut. Wajah perampok tersebut terlihat terkejut dan terpana sesaat karena kecepatan dari gerakan yang terjadi. Tangannya sendiri masih memegang senjata api, meski ikut digenggam oleh tangan pria itu juga.
"Syutt...Syutt....Syuttt..."
Senjata api itu mengeluarkan suara tembakan halus tiga kali dan punggung belakang perampok itu bergetar ke belakang beberapa kali terkena hentakan peluru. Hanya terdengar suara desahan tertahan dari mulut pria itu dan matanya yang menatap tidak percaya. Tubuhnya kemudian terjatuh di atas lantai kereta api masih dengan sebelah tangannya tergenggam oleh pria bertopi biru. Pria itu segera berdiri dari tempat duduknya dan menarik senjata api dari tangan perampok.
"Hei, perampok," panggilnya pada perampok lain di sudut gerbong yang masih mengumpulkan bagiannya. Perampok yang dipanggil segera berbalik. Ia melihat seorang pria yang berdiri dengan senjata api mengarah padanya dan temannya yang terjatuh di lorong kereta api.
Detik berikutnya, ia segera mengangkat senjata api di tangannya dengan cepat. Namun, sebuah sengatan peluru panas segera menyengat jari tangannya dan membuatnya berteriak kesakitan. Senjata api ditangannya terlempar jatuh dari genggamannya dan mendarat di atas lantai kereta api. Tidak berhenti sampai di sana, sebuah tembakan mengenai senjata api itu dan membuatnya meluncur berputar ke sudut gerbong kereta api, memasuki bagian bawah kursi penumpang.
Perampok tersebut berteriak kesakitan. Ia menatap pada tangannya yang sudah berlumuran darah dan jari tengahnya sudah terkoyak hingga terlihat tulang putihnya. Jari telunjuknya kini tergantung pada sedikit daging yang tersisa. Sebuah rasa panas mendadak menyengat pahanya. Membuatnya terjatuh sambil berteriak kesakitan.
Semua penumpang di sana hanya dapat terdiam melihat hal yang berlangsung begitu cepat. Pria bertopi biru berjalan tiga langkah dan menghadap pada seorang penumpang, pria berumur lima puluhan. Ia mengacungkan senjata api pada dahi penumpang itu.
"Keluarkan senjata apimu dengan dua jari."
"Aku... aku tidak mengerti..." kata pria tua itu terlihat ketakutan.
Pria bertopi biru menatapnya dan mengarahkan senjata api pada paha pria itu lalu menembaknya.
"Baiklah, baiklah!!!" teriak pria itu mengeluarkan sebuah senjata api yang terselip di belakang punggungnya sambil meringis kesakitan.
Ia segera menyambut senjata api tersebut dan membuangnya sejauh mungkin ke ujung gerbong kereta api.
"Pegang lututmu," perintahnya.
Tanpa daya, pria setengah baya itu menurutinya.
Pria itu segera melayangkan tangannya yang memegang bagian bawah senjata api pada siku pria setengah baya dari arah berlawanan. Teriakan keras dari pria itu segera terdengar menyayat hati. Para penumpang wanita menutup mata ketakutan. Lengan pria tersebut dalam sekejap sudah menggantung, mengarah ke arah yang tidak semestinya. Tampak bagian sikunya telah patah atau terlepas dari sendi siku.
Jari-jari tangan pria bertopi biru segera menyentuh senjata api ditangannya dan dengan gerakan cepat, bagian-bagian senjata api tersebut berlepasan satu per satu dan jatuh berserakan ke atas lantai kereta api.
Selesai membuat senjata api itu menjadi rangkaian-rangkaian kecil, ia bergerak ke dekat pintu keluar kereta api. Melipat tangannya dan bersandar dengan tenang sambil melihat pemandangan di luar kereta api yang sedang bergerak. Para penumpang masih terdiam, hanya menyisakan suara erangan kesakitan dari ketiga perampok itu dan seorang pemuda berambut merah yang melawan tadi.
Mendadak, terdengar sebuah lagu My Heart Will Go On yang di bawakan Celine Dion dari dalam tas ransel perampok yang terjatuh di atas lantai kereta. Pemuda bertopi biru melihat sekeliling dan menatap pada seorang pria berbadan besar dengan wajah brewokan dan tubuh bertato yang terlihat mencoba menghindari tatapannya.
"Kupikir, itu bunyi telepon genggammu," sahut pria itu ringan. "Sebaiknya kamu mengangkatnya."
"Iya, iya..." jawab pria berbadan besar yang segera membungkuk dan berjalan ke arah tas ransel.
Ia buru-buru merogoh ke dalam tas tansel dan mengeluarkan sebuah telepon genggamnya yang sedang berbunyi. Pria itu kembali melayangkan pandangannya keluar dari kaca jendela pintu kereta api, terlihat tidak peduli. Para penumpang terlihat bergerak perlahan-lahan setengah ketakutan sambil mengoper tas ransel perampok itu di antara mereka dan mengeluarkan kembali dompet serta harta benda mereka.
Tepat saat kereta api berhenti dan pintu keluarnya terbuka, pria itu telah lenyap.
“Tidak boleh pakai hati. Cukup peluk, cium, tiduri dan sampai jumpa kembali,” kata Ruth pada Amelia yang masih duduk termenung. Seharusnya Amelia memang melakukan tepat seperti yang sahabatnya katakan. Sekarang, kondisi hatinya sedang tidak baik-baik saja. Cinta bisa membuat seseorang bahagia namun dalam kondisinya sekarang, cinta membuatnya menderita. Antara menginginkan dan takut mendapatkannya. Amelia berusaha sadar akan posisinya. Tidak pantas rasanya seorang pelacur jalanan sepertinya menikah dan hidup bahagia. Dia merasa tempatnya adalah di neraka dan sebelum itu, dia harus menderita di dunia. Mana mungkin seorang lelaki baik dan kaya-raya, seorang CEO menginginkannya menjadi pendamping hidupnya. Itu terlalu indah bagi Amelia. Dia takut untuk mendapatkannya. Namun, bayangan Alexander Liam yang berlutut melamarnya masih jelas tergambar di ingatannya.
Jaime, seorang pelayan di restoran cepat saji memiliki kemampuan sulap tersembunyi. Walaupun sebenarnya dia dapat menaklukkan dunia dan segala kejayaan dengan bakatnya, namun itu tidak dilakukannya. Semata-mata demi wanita yang dicintainya, yang memiliki mimpi yang sama dengannya. Berjuang dan mengorbankan segalanya demi wanita yang dicintainya sampai dia menemukan takdirnya sendiri. Sesuatu yang besar melampaui batas ruang dan waktu. Saat dia sudah mencapai puncak tertinggi dalam kehidupannya, dia tetap mencoba menggapai cintanya. Tidak peduli resiko apapun, dia berani mengorbankan kehidupannya. Dia sampai tidak menyadari, ada satu hati yang hangat bersedia menerima dirinya apa adanya. Menunggu dan menunggu…
Alex, seorang presdir kaya pemilik berbagai produk kimia dan dosen di sebuah universitas. Memiliki banyak aset berharga namun menderita penyakit polio sejak lahir membuatnya menjadi lelaki lumpuh dan bersifat dingin, menolak segala bentuk tatapan kasihan dari orang-orang. Sampai suatu saat dia berjumpa dengan Claire,mahasiswi di tempatnya mengajar, putri seorang kupu-kupu malam dan sedang menghadapi kehidupan yang sangat keras. Alex merasakan sesuatu yang berbeda saat dia memikirkan Claire. Perasaan hangat yang sangat menyenangkannya. Dia mulai melakukan banyak hal termasuk berkorban untuk Claire demi mendapatkan hatinya. Namun, saat hati yang indah itu sudah di milikinya, Claire malah berusaha mengejar mimpinya dan menjanjikan Alex yang malang sebuah penantian yang panjang. Saling jatuh cinta dan mencoba untuk bersama. Akankah cinta berpihak pada mereka?
Richard seorang pria yang baru memasuki universitas bergengsi berkat koneksi keluarganya. Dia jatuh hati pada Claudia, putri orang kaya dan memiliki saingan banyak pria tampan dan kaya raya. Karena sebuah kesalahan, dia mengalami kecelakaan dan mati. Saat kematiannya, dia dibawa ke depan hakim untuk disidang, dia mengugat untuk naik banding pada Tuhan. Karena dia dilahirkan miskin, jelek dan bodoh. Ia merasa dunia tidak adil baginya. Tuhan memberinya kesempatan untuk hidup kembali dan mampu mengingat kehidupan masa lalunya. Itu juga berkat seorang gadis yang mencintainya dan berdoa atas keselamatannya. Saat hidup kembali, Richard mendadak dapat mengingat masa lalunya dan juga keterampilan dari kehidupan masa lalunya. Dia mendadak dapat bermain gitar, bermain piano, berbahasa Perancis, memasak dan menipu. Dengan tujuan untuk mendapatkan Claudia, dia mengingat beberapa kehidupan di masa lalunya yang pernah menyimpan banyak harta benda. Berpetualang ke berbagai tempat untuk mengumpulkan harta demi memenangkan hati si cantik, Claudia. Namun, apakah benar cinta Claudia yang selama ini di rindukannya? Atau dia merindukan hati yang hangat dan membuatnya merasa nyaman?
Siska teramat kesal dengan suaminya yang begitu penakut pada Alex, sang preman kampung yang pada akhirnya menjadi dia sebagai bulan-bulannya. Namun ketika Siska berusaha melindungi suaminya, dia justru menjadi santapan brutal Alex yang sama sekali tidak pernah menghargainya sebagai wanita. Lantas apa yang pada akhirnya membuat Siska begitu kecanduan oleh Alex dan beberapa preman kampung lainnya yang sangat ganas dan buas? Mohon Bijak dalam memutuskan bacaan. Cerita ini kgusus dewasa dan hanya orang-orang berpikiran dewasa yang akan mampu mengambil manfaat dan hikmah yang terkandung di dalamnya
Marsha terkejut saat mengetahui bahwa dia bukanlah anak kandung orang tuanya. Karena rencana putri asli, dia diusir dan menjadi bahan tertawaan. Dikira terlahir dari keluarga petani, Marsha terkejut saat mengetahui bahwa ayah kandungnya adalah orang terkaya di kota, dan saudara laki-lakinya adalah tokoh terkenal di bidangnya masing-masing. Mereka menghujaninya dengan cinta, hanya untuk mengetahui bahwa Marsha memiliki bisnis yang berkembang pesat. “Berhentilah menggangguku!” kata mantan pacarnya. “Hatiku hanya milik Jenni.” “Beraninya kamu berpikir bahwa wanitaku memiliki perasaan padamu?” kata seorang tokoh besar misterius.
Raina terlibat dengan seorang tokoh besar ketika dia mabuk suatu malam. Dia membutuhkan bantuan Felix sementara pria itu tertarik pada kecantikan mudanya. Dengan demikian, apa yang seharusnya menjadi hubungan satu malam berkembang menjadi sesuatu yang serius. Semuanya baik-baik saja sampai Raina menemukan bahwa hati Felix adalah milik wanita lain. Ketika cinta pertama Felix kembali, pria itu berhenti pulang, meninggalkan Raina sendirian selama beberapa malam. Dia bertahan dengan itu sampai dia menerima cek dan catatan perpisahan suatu hari. Bertentangan dengan bagaimana Felix mengharapkan dia bereaksi, Raina memiliki senyum di wajahnya saat dia mengucapkan selamat tinggal padanya. "Hubungan kita menyenangkan selama berlangsung, Felix. Semoga kita tidak pernah bertemu lagi. Semoga hidupmu menyenangkan." Namun, seperti sudah ditakdirkan, mereka bertemu lagi. Kali ini, Raina memiliki pria lain di sisinya. Mata Felix terbakar cemburu. Dia berkata, "Bagaimana kamu bisa melanjutkan? Kukira kamu hanya mencintaiku!" "Kata kunci, kukira!" Rena mengibaskan rambut ke belakang dan membalas, "Ada banyak pria di dunia ini, Felix. Selain itu, kamulah yang meminta putus. Sekarang, jika kamu ingin berkencan denganku, kamu harus mengantri." Keesokan harinya, Raina menerima peringatan dana masuk dalam jumlah yang besar dan sebuah cincin berlian. Felix muncul lagi, berlutut dengan satu kaki, dan berkata, "Bolehkah aku memotong antrean, Raina? Aku masih menginginkanmu."
Disebut sebagai bule palsu, anak haram, diolok-olok karena wajahnya berjerawat parah, dirundung teman satu kelas dan keluarga, dijadikan budak pesuruh di rumah, hingga tidak diterima keberadaannya oleh ibu sendiri. Padahal dia memiliki darah Jerman dari ayahnya. Inilah kehidupan menyedihkan Manfred Argianta Bergmans atau Gian. Hanya Alicia Ruwina atau Cia yang mau berteman dengannya meski akhirnya Gian makin dirundung teman sekolahnya dikarenakan dibela oleh Cia. Suatu hari, dia menolong kucing kecil yang tertabrak motor di jalan, namun kucing itu akhirnya mati. Di mimpinya, Gian didatangi si kucing yang berubah menjadi seorang kakek yang mewarisinya kekuatan elektrokinesis serta tubuh kuat melebihi manusia biasa. Esoknya, Gian juga ditemui tikus putih yang mengajarinya cara menggunakan kekuatan super tersebut. Dengan begitu, Gian memiliki jalan untuk membalas dendam atas semua rasa sakit yang diterima selama ini. Apakah dia menemukan kepuasan dan kebahagiaan akan itu? Atau kemalangan, karena Cia yang dia sukai justru menjauh setelahnya. Lalu bagaimana ketika akhirnya dia dianggap monster dan harus menabuh genderang perang pada orang-orang di sekitarnya? Bisakah dia mendapatkan Cia kembali?
Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Ketika istrinya tak lagi mampu mengimbangi hasratnya yang membara, Valdi terjerumus dalam kehampaan dan kesendirian yang menyiksa. Setelah perceraian merenggut segalanya, hidupnya terasa kosong-hingga Mayang, gadis muda yang polos dan lugu, hadir dalam kehidupannya. Mayang, yang baru kehilangan ibunya-pembantu setia yang telah lama bekerja di rumah Valdi-tak pernah menduga bahwa kepolosannya akan menjadi alat bagi Valdi untuk memenuhi keinginan terpendamnya. Gadis yang masih hijau dalam dunia dewasa ini tanpa sadar masuk ke dalam permainan Valdi yang penuh tipu daya. Bisakah Mayang, dengan keluguannya, bertahan dari manipulasi pria yang jauh lebih berpengalaman? Ataukah ia akan terjerat dalam permainan berbahaya yang berada di luar kendalinya?