Naomi Clara, aktris cantik yang dipertemukan dengan Azka Dananjaya dalam sebuah pembuatan film, harus menerima kalau hatinya juga ikut bermain selama proses syuting itu. Meski ia terus menyangkal, tetapi perhatian yang Azka berikan perlahan meluluhkan hatinya juga. Bagaimana Clara dan Azka mempertahankan kuat cinta mereka saat terjadi penolakan dari keluarga inti Azka karena status aktris cantik itu bukan seorang ningrat. "Aku tahu semua tentang kamu, Cla. Baik buruknya kamu aku tahu," ucap Azka. Clara hanya terdiam kaget dengan apa yang barusan didengarnya. Di dunia ini akan selalu ada orang yang benar-benar tulus mencintaimu apapun keadaannya dan itu adalah aku.
CUT
Suara Om Andre–sutradara ftv kali ini, langsung membuat semua kru dan pemain ftv bersorak girang. Pasalnya ini sudah pukul dua malam. Syuting hari terakhir yang harusnya bisa cepat, malah molor berjam-jam karena ulah artis baru yang kebanyakan gaya.
"Om Andre, duluan ya," pamit Clara sambil melambaikan tangan ke arah Om Andre, kru dan pemain lainnya.
"Iya, Cla. Hati-hati di jalan," sahut Om Andre sambil mengacungkan jempolnya.
Clara berjalan menuju mobil diikuti oleh manajernya, Lisa. Begitu masuk ke dalam mobil. Clara menurunkan sandaran kursinya, memposisikan dirinya senyaman mungkin.
"Padahal hari ini scene kamu gak banyak, Cla. Kenapa sampai selarut ini baru kelar?" tanya Lisa seraya mengemudikan mobil menuju apartemen Clara.
"Gara-gara artis baru itu. Gak bisa akting kebanyakan gaya. Cengengesan lagi. Kesel banget," sahut Clara sambil mendengus dengan mata menatap layar ponselnya.
"Oh, gara-gara dia. Wajarlah kan artis baru, Cla."
"Tapi gak gitu juga, Lis," tandas Clara, "aku dulu gak gitu. Cengengesan, tebar pesona."
"Setiap orang kan beda-beda, Cla. Gak bisa pukul rata kaya gitu," ucap Lisa.
"Gak usah dibahas, Lis. Kita cepat sampai apartemen, aku capek banget," kata Clara menutup matanya.
***
Terbangun karena dering ponselnya yang begitu nyaring, Clara mengerjapkan mata terlebih dahulu sebelum meraih ponsel yang ia letakkan di atas nakas samping tempat tidur.
"Hemm," sahut Clara dengan nada suara malas.
"Cla, hari ini kamu gak ada jadwal apa-apa. Free. Aku gak kesana ya, lagi ada acara keluarga nih di rumah. Datang nanti ya," ucap Lisa di ujung telepon.
"Iya, Lis. Aku tutup ya, masih ngantuk."
"Oke, Cla."
Clara meletakkan ponselnya sembarangan lalu melanjutkan tidurnya hingga jam sepuluh pagi. Begitu bangun, ia berendam di bathup beberapa saat, sebelum ia menuntaskan aktivitas mandinya. Mengenakan pakaian, Clara meninggalkan apartemennya dan menuju rumah Lis.
"Thanks, Cla. Yuk, masuk." Lisa mengambil buah tangan yang dibawa Clara dan mengajaknya masuk.
Clara sudah biasa main ke rumah Lisa, apalagi kalau memang tidak ada jadwal. Beberapa sepupu Lisa dengan cepat merapat dan berswafoto dengan Clara.
"Makasih, Ka Clara. Cantik banget, Kaka." Puji para sepupu Lisa.
Clara hanya memasang senyum membalas pujian dari mereka. Setelah acara makan siang, Clara pamit pulang pada Lisa sekeluarga.
"Setelah ini mau langsung balik ke apartemen?" tanya Lisa mengantarkan Clara ke mobilnya.
"Gak, Lis. Mau ke tempat Papa sebentar. Mungkin ke mall sebentar," sahut Clara masuk ke dalam mobil dan memasang seatbelt.
"Hati-hati ya, Cla," pesan Lisa sambil melambai.
Memasang musik kesukaannya, Clara kemudian melakukan mobilnya menuju bengkel ban mobil milik Papa. Usaha Papa yang dimulai sejak nol hingga besar seperti sekarang.
"Siang, Mbak Clara," sapa karyawan bengkel saat Clara turun.
"Siang, Mas." Clara melempar senyum lalu masuk ke dalam. Naik ke lantai dua tempat Papa berkantor. Tampak Papa sedang bersantai sambil menghisap rokoknya.
"Pa, sudah Clara bilang, Papa jangan merokok lagi," ucap Clara membuat Papa terkejut. Ia segera mematikan rokoknya.
"Kamu gak bilang mau ke sini," kata Papa.
"Jadi Clara harus lapor dulu?" Clara bertanya balik.
"Nggak. Papa kira kamu sibuk atau ada syuting," tukas Papa.
"Hari ini kebetulan gak ada jadwal, Pa. Tadi baru aja pulang dari rumah Lisa. Daripada di apartemen sendiri, Clara ke sini aja. Papa sudah makan?"
"Sudah. Kita ke bawah aja, Cla," ajak Papa kemudian berdiri dan mengajak Clara turun. Berjalan menuju cafe yang ada di lantai satu.
Clara lebih dulu menuju cafe, sementara Papa pergi ke toilet dulu.
"Mau minum apa, Mbak?"
"Lemon tea aja," sahut Clara sambil mengambil ponsel dari tasnya.
Pelayan cafe itu kembali ke dapur.
"Itu Naomi Clara kan?"
"Iya. Naomi Clara yang artis itu."
"Lebih cantik aslinya ya."
Pelayan cafe yang menanyakan hal itu mengamati Clara dan Papa yang tampak akrab dan sangat dekat.
"Dia dekat banget sama Bos. Coba liat, dia simpanan Bos ya?"
"Hush! Sembarangan kamu. Dia itu anak Bos. Anaknya Pak Wisnu. Kamu jaga mulut, kalau sampai Bos tau, kamu bisa langsung dipecat. Mau?"
"Ya kan aku gak tau. Biasanya kan artis kaya gitu. Pasti jadi simpanan orang berduit."
"Ckck. Antar ini ke depan."
"Iya," sahut pelayan ini sambil membawa nampan berisi dua gelas lemon tea. Begitu ia selesai menyajikan minuman, pelayan tadi meminta foto dengan Clara.
"Tadi aja ngatain, eh malah minta foto," ledek pelayan yang lain.
"Ya kan ketemu artis," sahutnya cuek. Pelayan baru cafe yang satu ini, memang agak sedikit beda. Suka nyahut dan berpikiran negatif.
Menikmati lemon tea nya bersama Papa, Clara sesekali memperhatikan beberapa pengunjung yang datang di bengkel mobil Papa. Seorang wanita dari meja kasir menghampiri mereka dengan membawa beberapa kertas di tangannya.
"Papa ke ruangan sebentar, Cla," ucap Papa.
"Iya, Pa. Cla di sini aja," sahut Clara seraya memperhatikan Papa dan wanita tadi naik ke lantai dua. Clara lalu mengalihkan pandangannya ke arah pintu masuk cafe. Netranya seolah terpaku pada sebuah mobil SUV berwarna hitam yang baru saja masuk. Seorang pria turun dari dalam mobil kemudian berbincang sebentar dengan karyawan bengkel. Pria itu kemudian berjalan ke arah cafe. Langkahnya terhenti sejenak saat netranya langsung menatap Clara yang duduk persis searah pintu masuk.
'Clara' gumam pria itu dalam hati bersamaan dengan detak jantungnya yang mulai tak beraturan. Clara yang tadinya masih menatap pria itu menjadi teralih pandangan karena kedatangan Papa.
"Jadi setelah ini kamu mau kemana?"
"Kalau gak balik ke apartemen, jalan sebentar, Pa."
"Kalau kamu gak sibuk, sekali-kali menginap di rumah. Papa rindu sama kamu, Cla. Kita satu kota tapi susah ketemu," kata Papa.
"Iya Clara usahain, Pa," sahut Clara seraya berdiri. Papa memeluk anak semata wayangnya itu sebelum pulang.
"Kamu hati-hati, Cla," pesan Papa seraya berjalan hendak mengantarkan Clara menuju mobilnya. Namun langkah Clara sedikit melambat saat hampir melewati pria tadi.
"Clara?" Suara pria itu membuat langkah Clara benar-benar terhenti begitu juga dengan Papa.
"Kamu gak ingat sama aku?" tanya Pria itu lagi membuat Clara berpikir.
"Azka. Kita satu SMA."
"Bukan. Kamu kayaknya yang digosipin sama penyanyi itu kan?" tebak Clara.
'Kenapa Clara malah ngeh sama gosip sih' batin Azka sedikit kecewa. Ia berharap Clara ingat dengan dirinya sebagai Azka, bukan sebagai orang yang sedang diterpa gosip kedekatan dengan penyanyi.
"Papa ke atas dulu ya, Cla. Kamu hati-hati," pesan Papa kemudian meninggalkan mereka berdua.
"Iya, Pa," sahut Clara.
Dari arah belakang beberapa pelayan cafe datang mengantarkan pesanan Azka sekalian ingin meminta foto.
"Makasih ya, Mas Azka," ucap mereka senyum-senyum setelah berhasil berfoto dengan Azka.
Clara masih berdiri di dekat Azka.
"Aku duluan ya," ucap Clara.
"Jadi kamu beneran gak ingat sama aku?"
Clara menoleh. "Siapa? Aku tau kamu, tapi aku gak ingat kalau kita satu SMA."
"Coba kamu tanya manajer kamu. Lisa pasti tau," ucap Azka lagi. Clara menatap Azka sejenak kemudian berlalu dari tempat itu.
Azka kembali duduk setelah Clara pergi dari tempat itu. Senyum mengambang di bibirnya. Setelah sekian lama akhirnya ia berani menyapa Clara lebih dulu. Sejak lama ia memendam rasa, hari ini ia begitu senang melihat Clara dengan jarak yang sangat dekat. Pertemuan kali ini, membuat Azka yakin akan ada pertemuan-pertemuan lainnya. Ia memandangi lalu mengusap lembut layar ponselnya sambil tersenyum. Foto candid Clara yang menjadi wallpaper ponselnya.
Mengandung adegan dewasa 21+ Raisa Anastasya mengalami kematian tragis, tertabrak truk, setelah melabrak tunangannya yang tengah berselingkuh. Bukannya mati dan kembali ke alam baka, Raisa malah masuk ke tubuh perempuan lain yang juga bernama Raisa, seolah semesta memberikan kesempatan kedua padanya. Sembari memanfaatkan paras cantik tubuh barunya, Raisa mulai menjalankan rencananya untuk balas dendam. Tapi tiba-tiba Zefan, direktur perusahaannya yang terkenal punya sifat sangat dingin, menarik Raisa ke salah satu kamar. Di bawah pengaruh alkohol, dia merenggut keperawanan Raisa karena mengira wanita itu adalah Raisanya yang lama. Setelah menghabiskan malam-malam menggairahkan bersama direktur, Raisa selalu terbayang saat mereka melakukan hubungan dan dibuat ketagihan oleh sang direktur, sehingga bimbang untuk melanjutkan balas dendamnya. Bisakah Raisa tetap fokus pada rencana utamanya di saat direktur terus menghantui melalui godaan sentuhan yang begitu menggairahkan? Dan apakah Raisa bisa menemukan benang takdirnya yang sebenarnya? Ngobrol sama author di Instagram dan TikTok @hi.shenaaa ya~
Nadia Pamungkas saat ini sedang mengenyam bangku kuliah di Jakarta, dia pikir ide kedua orang tuanya menyuruh tinggal bersama kakak Tasya bukanlah suatu ide buruk. Namun ternyata Ini merupakan malapetaka besar bagi dirinya juga keluarganya terutama kak Tasya. Tasya menikah dengan Aldo pria blasteran Indo Jerman, karena dulu Tasya kuliah di Jerman keduanya akhirnya bertemu kemudian menikah. Kini keduanya sama-sama bekerja di salah satu perusahaan besar di Jakarta. Awalnya tampak biasa, Nadia pun merasakan tidak ada yang janggal dengan suami kakaknya dia begitu baik dan perhatian beda dengan kakaknya yang selalu sibuk, namun semakin lama Aldo berubah dia menunjukkan ketertarikannya pada Nadia, hingga pada akhirnya mereka melakukan satu kesalahan besar. Bagaimana kisah selanjutnya?
Shella memiliki masalah serius ketika keluarganya mencoba memaksanya untuk menikah dengan pria tua yang mengerikan. Dalam kemarahan, dia menyewa gigolo untuk berakting sebagai suaminya. Dia kira gigolo itu membutuhkan uang dan melakukan ini untuk mencari nafkah. Sedikit yang dia tahu bahwa pria tersebut tidak seperti itu. Suatu hari, dia melepas topengnya dan mengungkapkan dirinya sebagai salah satu orang terkaya di dunia. Ini menandai awal dari cinta mereka. Pria itu menghujaninya dengan semua yang dia inginkan. Mereka bahagia. Namun, keadaan tak terduga segera menjadi ancaman bagi cinta mereka. Akankah Shella dan suaminya berhasil melewati badai? Cari tahu!
Blurb : Adult 21+ Orang bilang cinta itu indah tetapi akankah tetap indah kalau merasakan cinta terhadap milik orang lain. Milik seseorang yang kita sayangi
Selama dua tahun, Brian hanya melihat Evelyn sebagai asisten. Evelyn membutuhkan uang untuk perawatan ibunya, dan dia kira wanita tersebut tidak akan pernah pergi karena itu. Baginya, tampaknya adil untuk menawarkan bantuan keuangan dengan imbalan seks. Namun, Brian tidak menyangka akan jatuh cinta padanya. Evelyn mengonfrontasinya, "Kamu mencintai orang lain, tapi kamu selalu tidur denganku? Kamu tercela!" Saat Evelyn membanting perjanjian perceraian, Brian menyadari bahwa Evelyn adalah istri misterius yang dinikahinya enam tahun lalu. Bertekad untuk memenangkannya kembali, Brian melimpahinya dengan kasih sayang. Ketika orang lain mengejek asal-usul Evelyn, Brian memberinya semua kekayaannya, senang menjadi suami yang mendukung. Sekarang seorang CEO terkenal, Evelyn memiliki segalanya, tetapi Brian mendapati dirinya tersesat dalam angin puyuh lain ....