Siapa sangka kepulanganku yang mendadak dari Taiwan membuatku amat terkejut saat sampai di kampung halaman. Aku mendapati istriku gila dan anakku sudah meninggal dunia. Apa yang sebenarnya terjadi? Apakah semua kesaksian keluargaku itu bisa dipercaya?
"Kok mendadak banget San? Gak niat perpanjang aja kontraknya?" tanya Mas Danu, orang yang selama ini banyak membantuku selama di Taiwan.
"Enggak, Mas, saya emang udah niat mau pulang sih, mau kasih kejutan ke anak istri saya," jawabku yakin.
"Oh ya udah kalau itu udah jadi keputusan kamu."
Aku pun keluar dari ruangan itu, lalu berjalan tergesa menuju mess untuk segera membereskan baju-bajuku.
5 tahun merantau menjadi TKI di Taiwan tanpa pernah pulang sehari pun membuatku sangat merindukan anak dan istriku, makanya sekarang aku memilih tidak memperpanjang kontrak kerja karena aku rasa usahaku mencari pundi-pundi rupiah selama ini sudah cukup, aku ingin membuka usaha saja di kampung halaman agar bisa menghabiskan banyak waktu juga bersama Lusi dan Yassir.
"Lusi dan Yassir pasti seneng aku pulang tanpa memberi mereka kabar, ini bakal jadi kejutan buat mereka."
Aku tersenyum seraya memandangi mainan mobil-mobilan yang kemarin baru saja kubeli itu.
Selesai memberskan baju, kuraih ponselku. Sudah seminggu ini entah kenapa nomor Lusi tidak bisa dihubungi, padahal aku ingin menanyakan kabar Yassir karena mungkin tahun ini anakku akan masuk TK, tapi ya sudah biarkanlah, mungkin hp Lusi rusak.
_______
Pukul 3 sore aku sudah mendarat di bandara Soekarno-Hatta, rasa rindu yang membuncah membuatku tak banyak menghabiskan waktu lagi ke mana-mana, dari bandara aku langsung melaju menuju rumahku.
Ibu dan kedua kakakku serta adik bungsuku juga pasti kaget dengan kedatanganku, mereka akan sangat senang sekali pastinya karena selama aku merantau merekalah yang banyak membantuku menjaga anak dan istriku.
Sambil menenteng tas baju, kedua kakiku langsung menuju teras rumah saat bang ojek sampai di pekarangan rumahku.
Rumah tampak sepi dari luar, entah kemana mereka semua pergi.
"Assalamu-."
Brak. Belum selesai aku mengucap salam tiba-tiba terdengar suara gaduh dari dalam.
Cepat kutengok kaca rumah dan betapa terkejutnya aku saat melihat Lusi tengah dijambak oleh Kak Tuti di dekat bufet tv.
"Nih balasan buat kamu yang banyak ngeyel!" sengit Kak Tuti.
"Ampun Kak, ampun." Lusi istriku meringis kesakitan sambil terisak-isak.
Tak lama datang ibuku membawa segayung air namun kulihat air itu mengepulkan uap panas.
"Mandi nih pake air panas biar kamu tahu rasa kalau ayam itu mahal harganya, kamu malah bikin gosong begitu."
"Jangan Bu, jangan!" Lusi makin histeris memohon dan bersujud di kaki ibuku.
Hatiku nyeri, kaget dan tentunya tak terima, kenapa istriku diperlakukan begitu? Apa kesalahan Lusi sampai ibuku segitu marahnya? Tanpa menunggu lagi cepat kutendang pintu rumah hingga pintu itu terbuka lebar.
Darrr.
Ibu dan kak Tuti langsung terkesiap, mereka tampak terkejut saat melihatku datang, mata mereka sampai tak berkedip barang sebentar.
"Bang Sandi," isak Lusi seraya menatapku dengan mata yang berkaca-kaca.
Kulihat wajah istriku yang dekil dan kumal, matanya bengkak dan sembab. Refleks kulemparkan tas baju yang masih kupegang itu ke atas sofa, lalu setengah berlari ke arah istriku.
"Lusi, ayo bangun! Ada apa ini ya ampun." Kuraih bobot istriku yang kurus kering bahkan nyaris seperti hanya tersisa tinggal tulang belulang saja.
Seperti sangat ketakutan, Lusi dengan cepat memeluk tubuhku dari belakang, ia bersembunyi di balik punggungku.
"Lusi Lusi tenanglah, ada Abang di sini," ucapku.
"San--di?" Ibuku tergagap. Pun dengan wajah kak Tuti yang kulihat tiba-tiba sudah berubah pias.
"Iya ini Sandi, kenapa? Ibu kaget? Ada apa ini? Apa yang terjadi dengan istriku? Kenapa kalian memperlakukan istriku begini?" cecarku.
Ibu menelan salivanya, mulutnya terlihat sulit untuk bicara.
"Itu loh anu-tadi-lagi ada kesalahpahaman antara kita," sahut Kak Tuti kemudian.
"Kesalahpahaman apa? Apa perlu kalian perlakukan istriku begini? Dan apa ini? Air panas buat apa, Bu?"
Mulut mereka terkatup-katup.
"Itu tadi-air ini-."
Tak mau buang-buang waktu mendengarkan alasan mereka, kubawa saja istriku ke dalam kamar. Niat hati ingin menenangkannya dulu di kamar tapi kenyataan yang kulihat justru membuatku lebih terkejut.
"Astagfirullah, apa ini?"
Kulihat kamarku sangat berantakan, piring, gelas plastik, nasi kering dan baju-baju semuanya tercecer di lantai.
Tak ada ranjang atau pun kasur, kulihat di sana hanya ada rantai besi dan sebilah bambu.
Saat aku mencoba masuk bau menyengat langsung menguar ke hidungku, bau apek, pesing dan segala macamnya. Kulihat kamarku juga sudah sangat berdebu dan kotor sekali.
Entah apa yang sudah terjadi, ibu jadikan apa kamarku ini? Kenapa berubah seperti kandang bebek begini?
"Takut, Bang, takut." Lusi di punggungku semakin gemetar dan ketakutan.
"Ada apa ini Lusi? Tenanglah tenanglah, ada Abang di sini." Aku berusaha terus meyakinkan Lusi sambil memeluknya. Tapi yang membuatku heran Lusi justru semakin menangis ketakutan.
"Ibu ... Kak Tuti ...!" Aku pun berteriak.
Ibu dan kak Tuti langsung berjalan mendekati kami, wajah mereka tampak cemas dan semakin pias.
"Apa ini, Bu? Apa yang udah terjadi? Kenapa kamarku jadi berantakan begini? Kenapa ada rante dan bambu juga di dalam?" Aku mencecar mereka.
"Katakan ada apa ini? Dan kenapa Lusi istriku seperti sangat ketakutan begini?"
"Kamar ini-kami jadikan tempat buat memasung istrimu San," sahut Kak Tuti.
Terkejut bukan main, aku segera menatap istriku dan kamar itu secara bergantian.
"Dipasung? Buat apa? Emangnya istriku kenapa?"
"Istrimu gila San."
"Kak Tuti!" Aku berteriak tak terima.
Bagaimana bisa istriku gila? Sebelum aku berangkat semuanya baik-baik saja, bahkan beberapa minggu terakhir aku masih meneleponnya dan omongannya masih nyambung.
Tapi kenapa tiba-tiba mereka bilang istriku gila? Ada apa ini? Apa yang sebenarnya terjadi? Dan apa yang sebenarnya mereka sembunyikan?
"Nyatanya istri kamu sekarang gila Sandi, makanya kami kurung dia di kamar ini, dari pada dia merusak rumah warga?" ucap Kak Tuti lagi.
Di belakangku Lusi menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Apa? Gila? Kalian bilang istriku gila? Kenapa istriku bisa gila? Terus kenapa kalian gak kabari Sandi soal ini?" cecarku lagi.
Aku yakin sekali pasti ada yang udah gak beres di rumah ini, kalau enggak, kenapa istriku tampak sangat ketakutan? Dan kenapa wajah ibu dan kak Tuti juga seperti sedang berbohong menyembunyikan sesuatu?
"Ceritanya panjang Sandi, nanti Ibu ceritain. Tapi ini kenapa kamu pulang gak bilang-bilang?" Ibu malah balik bertanya, seperti ingin mengalihkan topik pembicaraan.
Hanya karena bobotnya gemuk dan berasal dari desa, istriku selalu dijadikan bahan cemooh keluarga, parahnya Ibuku juga menolak habis-habisan Asmi jadi menantunya hanya karena ia dianggap orang miskin, gemuk dan anak tak punya ayah. Sampai perlahan semua kenyataan pun terbuka, aku baru tahu kalau istriku ternyata adalah orang kaya. Ia punya beberapa bisnis di kota dan di desanya. Lika-liku perjalanan baru pun dimulai saat semua keluargaku mengetahui siapa Asmi sebetulnya. Akankah keluargaku terus merendahkan Asmi seperti dulu?
Bayangkan menikah dengan seorang pria miskin hanya untuk menemukan bahwa dia sebenarnya tidak miskin. Katherine tidak tahu apa lagi yang harus diharapkan setelah dia dicampakkan oleh pacarnya dan akhirnya menikah dengan pria lain keesokan harinya. Suami barunya, Esteban, tampan, tetapi dia pikir kehidupan pernikahannya tidak akan istimewa sama sekali. Dia terkejut ketika menemukan bahwa Esteban sebenarnya sangat lengket. Anehnya, semua masalah yang dia temui setelah pernikahan diselesaikan dengan mudah. Ada sesuatu yang ganjil. Dengan curiga, dia bertanya padanya, "Esteban, apa yang terjadi di sini?" Sambil mengangkat bahu, Esteban menjawab, "Mungkin keberuntungan ada di pihakmu." Katherine memercayainya. Bagaimanapun, dia telah menikah dengan Esteban ketika pria itu akan bangkrut. Dialah pencari nafkah keluarga mereka. Mereka terus menjalani hidup sebagai pasangan sederhana. Jadi, tidak ada yang mempersiapkan Katherine untuk kejutan yang dia terima suatu hari. Suaminya yang sederhana tidak sesederhana itu! Dia tidak percaya bahwa dia benar-benar menikah dengan seorang miliarder. Sementara dia masih memproses keterkejutannya, Esteban memeluknya dan tersenyum. "Bukankah itu bagus?" Kathrine punya sejuta pertanyaan untuknya.
Kisah asmara para guru di sekolah tempat ia mengajar, keceriaan dan kekocakan para murid sekolah yang membuat para guru selalu ceria. Dibalik itu semua ternyata para gurunya masih muda dan asmara diantara guru pun makin seru dan hot.
BACAAN KHUSUS DEWASA Siapapun tidak akan pernah tahu, apa sesungguhnya yang dipikirkan oleh seseorang tentang sensasi nikmatnya bercinta. Sama seperti Andre dan Nadia istrinya. Banyak yang tidak tahu dan tidak menyadari. Atau memang sengaja tidak pernah mau tahu dan tidak pernah mencari tahu tentang sensasi bercinta dirinya sendiri. Seseorang bukan tidak punya fantasi dan sensasi bercinta. Bahkan yang paling liar sekalipun. Namun norma, aturan dan tata susila yang berlaku di sekitranya dan sudah tertanam sejak lama, telah mengkungkungnya. Padahal sesungguhnya imajinasi bisa tanpa batas. Siapapun bisa menjadi orang lain dan menyembunyikan segala imajinasi dan sensasinya di balik aturan itu. Namun ketika kesempatan untuk mengeksplornya tiba, maka di sana akan terlihat apa sesungguhnya sensasi yang didambanya. Kisah ini akan menceritakan betapa banyak orang-orang yang telah berhasil membebaskan dirinya dari kungkungan dogma yang mengikat dan membatasi ruang imajinasi itu dengan tetap berpegang pada batasan-batasan susila
Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Aku, Rina, seorang wanita 30 Tahun yang berjuang menghadapi kesepian dalam pernikahan jarak jauh. Suamiku bekerja di kapal pesiar, meninggalkanku untuk sementara tinggal bersama kakakku dan keponakanku, Aldi, yang telah tumbuh menjadi remaja 17 tahun. Kehadiranku di rumah kakakku awalnya membawa harapan untuk menemukan ketenangan, namun perlahan berubah menjadi mimpi buruk yang menghantui setiap langkahku. Aldi, keponakanku yang dulu polos, kini memiliki perasaan yang lebih dari sekadar hubungan keluarga. Perasaan itu berkembang menjadi pelampiasan hasrat yang memaksaku dalam situasi yang tak pernah kubayangkan. Di antara rasa bersalah dan penyesalan, aku terjebak dalam perang batin yang terus mencengkeramku. Bayang-bayang kenikmatan dan dosa menghantui setiap malam, membuatku bertanya-tanya bagaimana aku bisa melanjutkan hidup dengan beban ini. Kakakku, yang tidak menyadari apa yang terjadi di balik pintu tertutup, tetap percaya bahwa segala sesuatu berjalan baik di rumahnya. Kepercayaannya yang besar terhadap Aldi dan cintanya padaku membuatnya buta terhadap konflik dan ketegangan yang sebenarnya terjadi. Setiap kali dia pergi, meninggalkan aku dan Aldi sendirian, ketakutan dan kebingungan semakin menguasai diriku. Di tengah ketegangan ini, aku mencoba berbicara dengan Aldi, berharap bisa menghentikan siklus yang mengerikan ini. Namun, perasaan bingung dan nafsu yang tak terkendali membuat Aldi semakin sulit dikendalikan. Setiap malam adalah perjuangan untuk tetap kuat dan mempertahankan batasan yang semakin tipis. Kisah ini adalah tentang perjuanganku mencari ketenangan di tengah badai emosi dan cinta terlarang. Dalam setiap langkahku, aku berusaha menemukan jalan keluar dari jerat yang mencengkeram hatiku. Akankah aku berhasil menghentikan pelampiasan keponakanku dan kembali menemukan kedamaian dalam hidupku? Atau akankah aku terus terjebak dalam bayang-bayang kesepian dan penyesalan yang tak kunjung usai?
Novel ini berisi kompilasi beberapa cerpen dewasa terdiri dari berbagai pengalaman percintaan penuh gairah dari beberapa karakter yang memiliki latar belakang profesi yan berbeda-beda serta berbagai kejadian yang dialami oleh masing-masing tokoh utama dimana para tokoh utama tersebut memiliki pengalaman bercinta dengan pasangannya yang bisa membikin para pembaca akan terhanyut. Berbagai konflik dan perseteruan juga kan tersaji dengan seru di setiap cerpen yang dimunculkan di beberapa adegan baik yang bersumber dari tokoh protagonis maupun antagonis diharapkan mampu menghibur para pembaca sekalian. Semua cerpen dewasa yang ada pada novel kompilasi cerpen dewasa ini sangat menarik untuk disimak dan diikuti jalan ceritanya sehingga menambah wawasan kehidupan percintaan diantara insan pecinta dan mungkin saja bisa diambil manfaatnya agar para pembaca bisa mengambil hikmah dari setiap kisah yan ada di dalam novel ini. Selamat membaca dan selamat menikmati!
Raina terlibat dengan seorang tokoh besar ketika dia mabuk suatu malam. Dia membutuhkan bantuan Felix sementara pria itu tertarik pada kecantikan mudanya. Dengan demikian, apa yang seharusnya menjadi hubungan satu malam berkembang menjadi sesuatu yang serius. Semuanya baik-baik saja sampai Raina menemukan bahwa hati Felix adalah milik wanita lain. Ketika cinta pertama Felix kembali, pria itu berhenti pulang, meninggalkan Raina sendirian selama beberapa malam. Dia bertahan dengan itu sampai dia menerima cek dan catatan perpisahan suatu hari. Bertentangan dengan bagaimana Felix mengharapkan dia bereaksi, Raina memiliki senyum di wajahnya saat dia mengucapkan selamat tinggal padanya. "Hubungan kita menyenangkan selama berlangsung, Felix. Semoga kita tidak pernah bertemu lagi. Semoga hidupmu menyenangkan." Namun, seperti sudah ditakdirkan, mereka bertemu lagi. Kali ini, Raina memiliki pria lain di sisinya. Mata Felix terbakar cemburu. Dia berkata, "Bagaimana kamu bisa melanjutkan? Kukira kamu hanya mencintaiku!" "Kata kunci, kukira!" Rena mengibaskan rambut ke belakang dan membalas, "Ada banyak pria di dunia ini, Felix. Selain itu, kamulah yang meminta putus. Sekarang, jika kamu ingin berkencan denganku, kamu harus mengantri." Keesokan harinya, Raina menerima peringatan dana masuk dalam jumlah yang besar dan sebuah cincin berlian. Felix muncul lagi, berlutut dengan satu kaki, dan berkata, "Bolehkah aku memotong antrean, Raina? Aku masih menginginkanmu."