Arimbi Maulida merasa dunianya runtuh saat Nina, sepupunya, membawa buku nikahnya dengan Seno Caturrangga, calon suami Arimbi, ke hadapannya seluruh keluarga besar. Nina mengaku telah dinikahi Seno secara hukum dan agama dua hari yang lalu. Dengan kata lain, Seno adalah suaminya sahnya saat ini. Padahal seminggu ke depan, Arimbi dan Seno akan melangsungkan pernikahan, setelah tiga tahun berpacaran. Undangan pun sudah terlanjur disebar. Pihak kedua keluarga geger. Mereka sama sekali tidak menyangka kalau Seno dan Nina menjalin hubungan di belakang Arimbi hingga Nina hamil. Arimbi pada akhirnya mengalah. Ia ikhlas kalau pernikahannya dibatalkan. Namun Handoyo, ayah Arimbi tidak setuju untuk membatalkan pernikahan. Handoyo meminta pertanggungjawaban keluarga Seno yang telah mempermalukan keluarga besar mereka. Keputusan yang dianggap paling tepat pun diambil. Adalah seorang Ganesha Caturrangga, kakak kandung Seno yang belum menikah, diminta untuk menggantikan Seno di pelaminan. Arimbi tentu saja menolak. Selain ia tidak mencintai Ganesha, sejujurnya ia takut pada Ganesha. Ganesha itu sangat dingin dan tidak punya hati. Menurut Menik, sahabatnya, yang dulunya adalah pacar Ganesha, Ganesha itu workoholic. Hidupnya hanya untuk bekerja dan bekerja. Ganesha tidak pernah mencintai siapapun kecuali pekerjaannya. Namun karena desakan keluarga besarnya yang beralasan malu besar apabila Arimbi tidak jadi menikah, Arimbi terpaksa menerima keputusan keluarga besar mereka. Bagaimana nasib Arimbi setelah menjadi istri Ganesha? Bagaimana pula usaha Seno untuk kembali meraih hati Arimbi setelah Nina ketahuan berbohong soal kehamilannya? "Bagi saya, kamu itu cuma beban tambahan, yang lagi-lagi disampirkan keluarga di pundak saya. -Ganesha Caturrangga- "Saya juga tidak pernah ingin ada di posisi ini. Menjadi istrimu itu sialnya tujuh turunan, delapan tanjakan dan sembilan tikungan tajam. -Arimbi Maulida-
"Maaf kalau kedatangan saya ke rumah ini telah menghancurkan segalanya. Tapi saya harus mempertahankan hak saya bukan? Seperti yang sudah saya katakan tadi, saya dan Seno sebenarnya telah menikah dua hari yang lalu. Sah secara hukum dan agama. Ini adalah buku nikah kami berdua. Silakan kamu mengecek keasliannya, Rimbi."
Nina Sujatmiko memberikan dua buah buku nikah ke hadapan Arimbi dan juga om dan tantenya. Ia begitu puas kala melihat air mata yang menganak sungai di mata sepupunya. Arimbi Maulida. Keinginannya untuk membalas dendam pada Arimbi tunai sudah.
Sedari kecil ia sudah membenci Arimbi. Sepupunya yang cemerlang ini, membuat kehadirannya redup. Arimbi yang cantik, pintar dan baik hati memborong seluruh perhatian keluarga besarnya.
Sedari kecil dulu, setiap ada acara kumpul keluarga, Arimbi akan menjadi primadona. Dimulai dari selalu menjadi juara kelas, pandai mengaji, berakhlak baik, sopan kepada orang tua, dan rentetan pujian positif lainnya. Telinganya kerap sakit kala mendengar segala puja dan puji yang ditujukan pada Arimbi di waktu itu.
Bukan itu saja, setiap kali dirinya membuat kesalahan, maka kedua orang tuanya akan membandingkannya dengan Arimbi. Arimbi itu begini, Arimbi itu begitu. Hingga kepalanya seakan berasap mendengar nama Arimbi yang terus dijejalkan dalam benaknya.
Sejak saat itu, Nina memendam dendam kesumat kepada Arimbi. Cita-citanya hanya satu. Yaitu suatu hari kelak, ia akan membuat Arimbi menangis darah karena kalah padanya.
Ketika Arimbi kemudian berpacaran dengan Seno Caturranga, seorang pengusaha otomotif yang sukses tiga tahun lalu, Nina sudah mengincarnya. Namun Seno tidak pernah mengindahkan perhatiannya. Nina tidak pernah patah semangat. Ia terus berusaha, hingga dua bulan lalu ia berhasil menjebak Seno. Alhasil ia hamil dan meminta Seno untuk bertanggung jawab.
Rencananya berjalan mulus. Ia pun telah menikah secara sah dengan Seno dua hari yang lalu. Padahal Nina tahu bahwa seminggu lagi pernikahan Arimbi dan Seno akan dilangsungkan. Memang itulah rencananya. Mempermalukan Arimbi.
Sebenarnya Seno melarangnya untuk memberitahukan masalah ini kepada keluarga Arimbi. Rencananya nanti malam keluarga besar Seno akan menjelaskannya sendiri kepada mereka semua. Namun Nina tidak mau kalah set. Ia sengaja terlebih dahulu memberitahukannya kepada Arimbi. Karena ia punya perjanjian hitam di atas putih dengan Seno.
Nina ingin lebih dulu meracuni pikiran Arimbi. Dengan begitu, apapun alasan yang akan diberikan oleh Seno nantinya, tidak akan lagi masuk ke dalam benak Arimbi. Nina yakin setelah ia membeberkan tentang kehamilannya ini, maka Arimbi pasti akan membatalkan pernikahannya. Akibatnya tentu saja keluarga Arimbi akan malu besar. Pada saat itulah cita-citanya sedari kecil akan berhasil. Arimbi kalah telak di kakinya.
"Mbak minta maaf ya, Rimbi? Tapi nasi telah menjadi bubur. Mbak dan Seno sebenarnya sudah lama saling mencintai. Tetapi Seno tidak tega untuk mengatakannya padamu. Mengenai pernikahan kalian, sebenarnya Seno tidak menginginkannya. Kedua orang tuanya lah yang mendesak. Seno ingin menolak tetapi ia tidak mempunyai alasan untuk itu. Seno juga bilang bahwa ia tidak bisa meninggalkan Mbak. Makanya Seno, maaf, menghamili Mbak. Kata Seno dengan begitu ia mempunyai alasan untuk membatalkan pernikahan ini."
Nina mengakhiri ceritanya dengan derai air mata. Namun kedua bola matanya memancarkan kepuasan. Ia bahagia sekali menyaksikan Arimbi kehilangan kata-kata. Rasakan! Begitulah sakitnya hatinya, setiap kali orang-orang membandingkannya dengan Arimbi. Ia bahagia sekali kala memindai Arimbi berkali-kali menyusuti air mata.
"Katakan sesuatu, Rimbi. Jangan diam saja. Kamu boleh memaki bahkan memukul Mbak. Mbak sebenarnya juga tidak mau semua ini terjadi. Tapi Mbak tidak kuasa menahan rasa ini. Mbak hanya seorang perempuan yang tengah jatuh cinta."
Nina menyusut air mata. Aktingnya ia keluarkan semaksimal mungkin. Ia tidak ingin terlihat terlalu jahat. Ia masih ingin menjaga martabatnya. Bagaimanapun mereka berdua adalah saudara sepupu. Ibu Arimbi adalah adik kandung ayahnya.
"Sudah berapa lama Mbak Nina dan Mas Seno bermain di belakang, Rimbi?" tanya Arimbi pelan.
Ia mati-matian menahan diri untuk tidak mencakar dan meneriaki Nina. Arimbi tidak buta. Ia bisa melihat betapa Nina sangat bahagia mengabarkan tentang pernikahannya dan Seno. Air matanya tidak sesuai dengan air mukanya.
Namun Arimbi mencoba bersikap bijak. Nina tidak akan hamil kalau Seno tidak menggaulinya. Artinya bukan hanya Nina yang salah. Namun Seno juga. Seno tega menghianatinya.
"Setahun belakangan ini, Rim." Nina kembali berbohong. Kalau berakting itu harus all out dan dramatis bukan? Setengah-setengah itu feelnya kurang.
"Baik. Sekarang Rimbi tanya, maksud Mbak ke sini untuk apa?" imbuh Arimbi datar. Walau hatinya hancur, ia tetap harus menjaga harga dirinya. Ia tidak ingin Nina semakin besar kepala menyaksikan kehancurannya.
"Untuk mencegah kamu menikah dengan Seno tentu saja. Karena bagaimanapun hubungan Mbak dengan Seno, saat ini Mbak adalah istri sah Seno. Sedang hamil pula. Mbak tahu kalau Mbak salah. Tapi semuanya sudah terjadi bukan? Mbak harap kamu mengerti. Selain itu Mbak ingin kamu mengetahui masalah ini terlebih dahulu dari Mbak sendiri, daripada kamu mendengarnya dari orang lain."
"Baik. Mbak Nina tidak usah khawatir. Rimbi pastikan bahwa Rimbi tidak akan melanjutkan pernikahan ini. Rimbi tidak sudi menikahi seorang penghianat. Karena sejatinya seorang penghianat itu mendapatkan seorang penghianat juga."
Mata Nina membara. Arimbi ini sungguh kurang ajar. Sudah kalah, namun masih saja menyindirnya.
"Rimbi berpatokan pada ayat yang mengatakan bahwa wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji. Dan laki-laki yang keji adalah untuk wanita-wanita yang keji pula. Serta wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik pula."
"Keji-keji begitu, tapi masih bisa membuatmu menangis bukan?" dengkus Nina sinis. Ia tidak tahan terlalu lama menjadi orang yang tertindas. Bukan kepribadiannya sama sekali.
"Bagaimana rasanya dicampakkan? Darah serasa turun semua atau hati seperti diremas-remas? Yang mana paling mendekati, Rimbi?" ejek Nina lagi.
"Cukup, Nina! Sekarang sebaiknya kamu pulang. Tante sama sekali tidak mengira kalau kamu sedemikian kejinya."
Bu Ambar sama sekali tidak menyangka kalau keponakannya sekeji ini. Menilik ucapan-ucapannya yang penuh provokasi kepada Arimbi, sepertinya masalah ini sudah diniatkan oleh Nina. Nina memang sengaja ingin menghancurkan Arimbi.
"Tenang, Tante. Saya memang sudah mau pulang kok. Apa yang ingin saya katakan, sudah saya sampaikan. Harapan saya, semoga Rimbi tetap memegang teguh ucapannya. Ingat, jangan memimpikan menikahi suami orang ya, Rimbi?" Nina meraih tas tangannya dengan gaya mengejek. Arimbi menahan rasa geramnya dengan mengepalkannya erat-erat. Nina sungguh keterlaluan.
"Satu patah lagi kalimat ejekan kamu lontarkan pada Rimbi, saya akan mengusir keluargamu dari rumah saya yang kalian tempati."
Pak Handoyo yang sedari pertama Nina datang, mencoba menahan diri, tidak tahan lagi. Entah terbuat dari apa hati Nina ini. Tiada sedikit pun penyesalan atau rasa malu pada air mukanya.
"Baik. Saya pulang sekarang. Saya harap Om bisa bersikap bijak. Masalah kita, adalah masalah kita. Jangan membawa-bawa keluarga saya."
Nina buru-buru meralat kalimatnya. Ia tidak mau kalau keluarganya kesulitan gara-gara dirinya. Sejurus kemudian Nina pun berlalu. Meninggalkan Arimbi serta om dan tantenya yang terpekur bingung. Rasakan kalian semua!
***
Suasana ruang tamu sangat hening. Hanya detak jam di dinding yang terdengar. Seno berulangkali mengucapkan kata maaf. Sementara Bu Santi dan Pak Hasto terus meremas-remas jari jemari karena gugup. Rasa malu berbalut kesal membuat keduanya kehilangan alasan untuk berbicara. Seno memang keterlaluan.
Sementara Ganesha Caturrangga, kakak Seno, mengamati air muka Arimbi yang datar. Tidak terlihat emosi apapun di sana. Dalam hati Ganesha memuji Arimbi. Untuk ukuran perempuan yang ditinggal menikah tepat seminggu menjelang pernikahannya, kontrol diri Arimbi juara. Perempuan lain mungkin akan mengamuk, menangis histeris atau minimal menampar Seno, seperti yang tadi ditawarkan Seno pada Arimbi. Hebatnya Arimbi hanya diam.
"Seperti yang saya katakan tadi, Nina menjebak saya. Ia membubuhi obat perangsang dalam minuman saya, saat saya bertemu dengannya ke club. Nina bilang ia berulang tahun dan meminta saya datang."
Seno kembali mengulangi ceritanya. Apa yang ia katakan memang kenyataan yang sebenarnya. Nina memintanya datang ke acara ulang tahunnya di salah satu club. Nina juga mengatakan kalau Arimbi ada di sana. Makanya ia pun datang tanpa curiga. Ketika sampai di club, ternyata hanya ada Nina seorang. Ia bermaksud kembali ke rumah. Namun Nina memohon untuk menemaninya sebentar. Nina beralasan minumannya juga sudah dipesan.
Ia terpaksa menurut karena Nina adalah sepupu Arimbi. Ia pikir setelah minum ia akan pulang. Tak disangka tak dinyana, ia malah pusing setelah menengak minuman yang dipesan oleh Nina. Selanjutnya ia tidak ingat apa-apa lagi. Bangun-bangun ia sudah ada di hotel dalam keadaan polos di samping Nina yang juga polos. Nasi telah menjadi bubur.
Dua bulan berlalu, dan beberapa yang hari lalu, Nina mengabarkan kalau ia hamil. Nina pun meminta pertanggungjawaban. Ia tentu saja tidak bersedia menikahi Nina, karena kurang dari sepuluh hari lagi ia akan menikah dengan Arimbi. Kekasihnya yang amat sangat dicintainya.
Nina mengamuk. Ia mengancam akan melaporkannya kepada pihak yang berwajib apabila ia tidak mau bertanggung jawab. Dalam kepanikan Seno pun tidak bisa berpikir panjang. Tiga hari kemudian mereka menikah di rumah keluarga Sujatmiko, keluarga Nina. Ayah Nina sendiri yang menikahkan Nina. Sementara saksi-saksinya adalah kerabat Nina juga.
Namun sebelum mereka menikah, Seno telah membuat perjanjian hitam di atas putih dengan pihak keluarga Nina. Bahwa setelah melahirkan, akan dilakukan test DNA pada bayi Nina. Karena ia tidak ingat pernah menggauli Nina. Jikalau bayi tersebut terbukti bukan berasal dari benihnya, maka ia akan menceraikan Nina. Setelah Nina sendiri dan pihak keluarga Nina menyetujui, barulah Seno bersedia melaksanakan pernikahan.
"Mas mohon kamu bersabar sampai Nina melahirkan ya? Seperti yang Mas katakan tadi, kalau anak tersebut terbukti bukan anak Mas, Mas akan menceraikan Nina. Dan kita bisa kembali menikah," bujuk Seno lirih.
"Apa Mas tidak malu berbicara seperti ini pada Rimbi?" Arimbi tidak habis pikir dengan dangkalnya pemikiran Seno.
"Mas anggap apa lembaga perkawinan, sampai bisa Mas atur-atur seperti itu?" Arimbi membentak Seno.
"Mari Rimbi jelaskan satu persatu rencana hebat Mas ini. Rimbi Mas minta menunggu sampai anak itu lahir, demi test DNA. Mas pernah berpikir tidak, Bagaimana jika anak tersebut memang benar-benar darah daging Mas? Bagaimana nasib Rimbi yang sudah menunggu selama berbulan-bulan untuk kemudian kembali kecewa? Mas membuat Rimbi ini seperti lotere? Benar tidak, Mas?" tandas Arimbi pedas.
Seno tidak bisa berbicara. Begitu juga Pak Hasto dan Bu Santi. Mereka semua kehilangan kata-kata. Mereka semua sadar, pada akhirnya Arimbi lah yang akan dikorbankan. Baik sekarang atau pun ke depannya.
"Satu hal lagi ya, Mas. Rimbi tidak sudi memegang janji suami orang. Apalagi mengharap pernikahan perempuan lain gagal, hanya karena Rimbi mengidamkan suaminya. Maaf, Rimbi tidak sepicik itu. Pulanglah Mas Seno. Kita batalkan saja pernikahan kita."
Arimbi memberikan keputusannya. Walau dadanya sesak oleh kemarahan yang ingin sekali ia teriakkan, namun Arimbi sekuat tenaga mempertahankan martabatnya. Memukuli Seno sampai mati, ataupun menangis hingga mengeluarkan air mata darah, tidak akan bisa mengubah keadaan. Satu-satunya hal yang bisa ia lakukan adalah mengangkat dagunya tinggi-tinggi. Ia sudah dihancurkan. Untuk itu ia tidak akan menghancurkan dirinya kembali, dengan bersikap seperti seorang seorang pecundang kalah perang.
"Tidak bisa! Enak sekali kamu membiarkan mereka melepas tanggung jawab begitu saja!" Pak Handoyo mengamuk. Sedari tadi ia diam saja, karena ingin membiarkan putrinya berbicara. Ia biarkan putrinya memuntahkan perasaannya dulu. Dan kini adalah gilirannya.
"Ayah memang tidak menginginkan suami orang tidak punya iman ini menjadi menantu Ayah. Apalagi menjadikan kamu lotere bagi laki-laki kardus ini. Tapi Ayah juga tidak mau malu. Undangan sudah kita sebar. Semua orang sudah tahu kalau kamu akan menikah. Mereka harus bertanggung jawab!" Handoyo berdiri dari sofa dan menunjuk-nunjuk Seno dan keluarga penuh amarah.
"Tentu saja kami akan bertanggung jawab Pak Handoyo." Pak Hasto Caturranga pun bersuara.
"Sebelum ke sini kami sudah mempersiapkan satu rencana. Putra tertua kami, Ganesha Caturranga lah yang akan menggantikan Seno untuk menikahi Arimbi. Bagaimana Pak Handoyo? Apakah Bapak setuju?"
Alexandra Delacroix Adams--gadis tomboy berjuluk premanwati klan Delacroix Adams, harus menjalani hukuman sebagai Jamilah Binti Surip. Cucu Mbok Sari, Asisten Rumah Tangga keluarganya selama setahun penuh di desa Pelem, Kediri, Jawa Timur. Bagaimana Alexa--sang premanwati menjalani peran dari seorang gadis tomboy berjaket kulit, menjadi seorang gadis feminim berkebaya? Mampu juakah Alexa membangun mindset para wanita di desa, yang sudah terdoktrin dengan pemikiran bahwa tempat wanita adalah di bawah pria? Bagaimana juga sengitnya saat ia beradu argumen dengan Jenggala Buana Sagara. Seorang petani dan peternak modern di desa Pelem, yang selalu menganggap gadis kota adalah boneka cantik berotak kosong? "Kamu jangan mengajari perempuan-perempuan di desa ini menjadi pembangkang, dengan dalih emansipasi. Provokatorwati tidak dibutuhkan di sini?" -Jenggala Buana Sagara "Gue bukan ngajarin mereka membangkang. Gue cuma mau mereka berkembang. Suami-suami mereka bisa saja, sakit, mati atau malah kawin lagi. Kalau hal itu terjadi, siapa yang akan membiayai hidup mereka? Lo? Emang lo sanggup ngawinin semua janda di desa ini?" -Alexandra Delacroix Adams
Menjelang delapan tahun usia pernikahannya, Suri Hidayah merasa tidak bisa mempertahankan rumah tangganya lagi. Karena Prasetyo Prasojo, suaminya telah berubah menjadi sosok yang tidak lagi ia kenali. Pras berubah setelah karirnya melesat ke puncak. Dari seorang karyawan biasa, Pras kini menjadi seorang direktur pelaksana yang disegani. Pras lupa diri. Pras yang sekarang telah berdasi, kerap merudung Suri, secara fisik dan psikis. Merendahkan pendidikan Suri yang hanya tamatan SMP, serta mencela penampilan Suri yang menurut Pras norak alias kampungan. Dalam pandangan Pras, perempuan sempurna itu haruslah seperti Murni Eka Cipta. Anggun, cerdas, berpendidikan tinggi juga berharta. Murni adalah lady boss perusahaan tempat Pras bekerja. Suri yang sakit hati, dalam diam terus berusaha memperbaiki diri. Ia mencoba mengubah penampilannya menjadi lebih baik, dan juga belajar mencari penghasilan sendiri. Suri secara otodidak belajar memasarkan hasil rajutannya melalui media sosial. Hanya saja Suri terkendala dengan masalah modal. Ia tidak mempunyai cukup dana untuk membeli benang-benang dalam jumlah besar untuk keperluan merajutnya. Adalah seorang Damar Adhiyatna, mantan suami Murni yang kebetulan bertemu dengan Suri secara tidak sengaja. Damar adalah pemilik PT. Karya Tekstil Adhiyatna. Perusahaan yang bergerak dalam bidang benang jahit. Damar yang mengetahui kesulitan Suri bersedia membantu dengan sistem barter. Damar memasok benang, dan Suri memajang hasil rajutannya di toko kerajinan tangan ibunya. Bagaimana perjuangan jatuh bangunnya Suri dalam mengumpulkan serpihan harga diri? Bagaimana juga akhir kisah cinta segitiga antara Suri, Damar, Pras dan juga Murni? Cerita ini akan menjadi saksi betapa kekuatan cinta akan mengubah segalanya. Cinta sejati itu tidak pernah pudar karena rupa, dan tidak padam dimakan usia.
Revan Aditama Perkasa-- CEO ADITAMA Group, sudah tidak berhasrat lagi untuk menikah. Ia merasa tidak pernah beruntung dalam hubungan asmara. Mulai dari jatuh cinta pada gurunya sendiri, bertunangan dengan orang yang salah, sampai akhirnya jatuh cinta pada pacar orang, menjadikan Revan apatis terhadap yang namanya pernikahan. Hingga suatu hari, ayahnya memintanya untuk menikahi seorang wanita yang tidak biasa. Dia adalah wanita dari Suku Anak Dalam. Suku yang paling terkebelakang negri ini. "Bagaimana mungkin Saya seorang CEO Aditama Group yang mewakili segala hal yang modern dan intelektual, beristrikan seorang wanita paling primitif dinegeri ini?" -Revan Aditama Perkasa.
Merlyn Diwangkara-si Princess irit dengan tingkat keonengannya yang hakiki-ingin lepas dari bayang-bayang nama besar Diwangkara's. Kehidupannya yang selama ini bagaikan burung dalam sangkar emas, membuatnya bertekad untuk menunjukkan pada dunia, kalau ia mampu hidup mandiri di atas kakinya sendiri. Sementara itu, Galih Kurniawan Jati-polisi galak namun berprestasi negeri ini-selalu saja ketiban sial setiap kali bersinggungan dengan gadis berpemikiran 'minimalis' ini. Alih-alih menghukumnya, Galih malah acap kali menjadi kesatria berbaju zirahnya. "Anda ini bahkan tidak bisa membedakan mana kucing dan mana serigala. Bagaimana mungkin, Anda bisa survive hidup sendirian di luar sana?" -Galih Kurniawan Jati "Mungkin saya memang tidak bisa membedakan mana kucing dan mana serigala. Tapi, saya tahu apa persamaan mereka ; sama-sama makhluk ciptaan Tuhan. Saya benar, kan, Pak Polisi?" -Merlyn Diwangkara
Senjahari Semesta Alam dengan ikhlas merelakan dirinya diceraikan oleh suaminya sendiri demi menikahi Mega Mentari--anak perempuan pemilik perusahaan yang mengaku dihamili oleh suaminya sendiri, Abimanyu Wicaksana. Sementara itu Halilintar Sabda Alam-- kakak sulung Mega Mentari. Pemilik beberapa perusahaan properti raksasa negeri ini, jatuh cinta pada pandangan pertama dengan Senja, yang diperkenalkan oleh mertuanya sebagai adik bungsu Abimanyu. Abimanyu yang merasa dijebak sebagai kambing hitam dalam masalah hamilnya Tari, terus berusaha mencari kebenaran yang sesungguhnya agar bisa meraih kembali hati Senja. Sementara Sabda yang awalnya jatuh cinta pada Senja, menjadi salah faham saat secara tidak sengaja memergoki Abimanyu memesrai Senja bukan seperti seorang kakak terhadap adiknya, melainkan seperti seorang laki-laki yang tengah mabuk asmara. Sabda yang gelap mata malah akhirnya menjebak Senja dan menanamkan benihnya dirahim Senja. "Saya mohon, jangan memperlakukan Saya seperti ini. Saya punya salah apa pada Bapak? Laki-laki sejati tidak akan menggunakan kekuatannya untuk memaksakan dirinya terhadap seorang perempuan. Saya mohon jangan mengotori saya. Demi Allah saya bersumpah, saya tidak seperti apa yang ada dalam pemikiran, Bapak." (Senjahari Semesta Alam) "Salah kamu adalah, karena kamu telah menjadi duri dalam daging dalam rumah tangga adik saya! Kamu fikir saya tidak tahu akan hubungan terlarang kamu dengan Abimanyu? Kalian berdua itu incest, dan itu amat sangat menjijikkan! Kita lihat saja, setelah ini kamu masih bisa memandang dunia dengan kepala tegak, atau kamu akan melata seperti ular di kaki Saya!" (Halilintar Sabda Alam)
Oryza Sativa Wiryawan yang masih duduk di bangku SMA dipaksa menikah oleh ibu tirinya yang ingin menguasai sendiri harta peninggalan almarhum ayah Ory. Sementara Airlangga Putra Dewangga, pria tampan mapan rupawan yang sudah berusia 34 tahun dan sangat anti dengan yang namanya komitmen pernikahan, harus terjebak menjadi suami Ory akibat dari hutang budi ibunya terhadap almarhum ibu gadis yatim piatu itu. "Buat apa kita harus capek-capek memelihara kambing jika hanya sekedar kepingin makan sate?" -Airlangga Putra Dewangga- " Kalau menurut Mas manusia itu dalam menuruti pemenuhan hawa nafsunya hanya sebatas fitrah nya saja seperti jika lapar, ya makan. Dan jika ingin melampiaskan nafsunya ya kawin. Apa bedanya Mas dengan kambing?" -Oryza Sativa Wiryawan-
Hanya ada satu pria di hati Regina, dan itu adalah Malvin. Pada tahun kedua pernikahannya dengannya, dia hamil. Kegembiraan Regina tidak mengenal batas. Akan tetapi sebelum dia bisa menyampaikan berita itu pada suaminya, pria itu menyodorinya surat cerai karena ingin menikahi cinta pertamanya. Setelah kecelakaan, Regina terbaring di genangan darahnya sendiri dan memanggil Malvin untuk meminta bantuan. Sayangnya, dia pergi dengan cinta pertamanya di pelukannya. Regina lolos dari kematian dengan tipis. Setelah itu, dia memutuskan untuk mengembalikan hidupnya ke jalurnya. Namanya ada di mana-mana bertahun-tahun kemudian. Malvin menjadi sangat tidak nyaman. Untuk beberapa alasan, dia mulai merindukannya. Hatinya sakit ketika dia melihatnya tersenyum dengan pria lain. Dia melabrak pernikahannya dan berlutut saat Regina berada di altar. Dengan mata merah, dia bertanya, "Aku kira kamu mengatakan cintamu untukku tak terpatahkan? Kenapa kamu menikah dengan orang lain? Kembalilah padaku!"
Frans mahasiswa kedokteran berprestasi harus ikhlas meninggalkan bangku kuliahnya setelah kedua orang tuanya meninggal dalam kecelakaan lalulintas yang merenggut nyawa keduanya. Frans yang menjadi tukang punggung keluarga dengan memikul beban dua adik perempuannya Shireen dan Siska. Frans bekerja sebagai penyanyi di club' malam dan penyanyi di pesta pernikahan. Sampai akhirnya ia dilirik mamih Mega owner club' malam tempat ia bekerja untuk menjadi pria penjual Cinta. Dimulai kah petualangan Terong Jumbo Frans dari satu pelukan ke pelukan wanita lainnya. Sampai ia bertemu dengan Fira, gadis yang menyewanya untuk merenggut kesuciannya. Merekapun jatuh Cinta. Namun ditengah hubungan mereka Frans menikahi Anjani.
Kupejamkan mataku, dan kukecup bibirnya dengan lembut, dia menyambutnya. Bibir kami saling terpaut, saling mengecup. Pelan dan lembut, aku tidak ingin terburu-buru. Sejenak hatiku berkecamuk, shit! She got a boyfriend! Tapi sepertinya pikiranku mulai buyar, semakin larut dalam ciuman ini, malah dalam pikiranku, hanya ada Nita. My logic kick in, ku hentikan ciuman itu, kutarik bibirku mejauh darinya. Mata Nita terpejam, menikmati setiap detik ciuman kami, bibir merahnya begitu menggoda, begitu indah. Fu*k the logic, kusambar lagi bibir yang terpampang di depanku itu. Kejadian ini jelas akan mengubah hubungan kami, yang seharusnya hanya sebatas kerjaan, menjadi lebih dari kerjaan, sebatas teman dan lebih dari teman.
Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Aku, Rina, seorang wanita 30 Tahun yang berjuang menghadapi kesepian dalam pernikahan jarak jauh. Suamiku bekerja di kapal pesiar, meninggalkanku untuk sementara tinggal bersama kakakku dan keponakanku, Aldi, yang telah tumbuh menjadi remaja 17 tahun. Kehadiranku di rumah kakakku awalnya membawa harapan untuk menemukan ketenangan, namun perlahan berubah menjadi mimpi buruk yang menghantui setiap langkahku. Aldi, keponakanku yang dulu polos, kini memiliki perasaan yang lebih dari sekadar hubungan keluarga. Perasaan itu berkembang menjadi pelampiasan hasrat yang memaksaku dalam situasi yang tak pernah kubayangkan. Di antara rasa bersalah dan penyesalan, aku terjebak dalam perang batin yang terus mencengkeramku. Bayang-bayang kenikmatan dan dosa menghantui setiap malam, membuatku bertanya-tanya bagaimana aku bisa melanjutkan hidup dengan beban ini. Kakakku, yang tidak menyadari apa yang terjadi di balik pintu tertutup, tetap percaya bahwa segala sesuatu berjalan baik di rumahnya. Kepercayaannya yang besar terhadap Aldi dan cintanya padaku membuatnya buta terhadap konflik dan ketegangan yang sebenarnya terjadi. Setiap kali dia pergi, meninggalkan aku dan Aldi sendirian, ketakutan dan kebingungan semakin menguasai diriku. Di tengah ketegangan ini, aku mencoba berbicara dengan Aldi, berharap bisa menghentikan siklus yang mengerikan ini. Namun, perasaan bingung dan nafsu yang tak terkendali membuat Aldi semakin sulit dikendalikan. Setiap malam adalah perjuangan untuk tetap kuat dan mempertahankan batasan yang semakin tipis. Kisah ini adalah tentang perjuanganku mencari ketenangan di tengah badai emosi dan cinta terlarang. Dalam setiap langkahku, aku berusaha menemukan jalan keluar dari jerat yang mencengkeram hatiku. Akankah aku berhasil menghentikan pelampiasan keponakanku dan kembali menemukan kedamaian dalam hidupku? Atau akankah aku terus terjebak dalam bayang-bayang kesepian dan penyesalan yang tak kunjung usai?
Sinta butuh tiga tahun penuh untuk menyadari bahwa suaminya, Trisna, tidak punya hati. Dia adalah pria terdingin dan paling acuh tak acuh yang pernah dia temui. Pria itu tidak pernah tersenyum padanya, apalagi memperlakukannya seperti istrinya. Lebih buruk lagi, kembalinya wanita yang menjadi cinta pertamanya tidak membawa apa-apa bagi Sinta selain surat cerai. Hati Sinta hancur. Berharap bahwa masih ada kesempatan bagi mereka untuk memperbaiki pernikahan mereka, dia bertanya, "Pertanyaan cepat, Trisna. Apakah kamu masih akan menceraikanku jika aku memberitahumu bahwa aku hamil?" "Tentu saja!" jawabnya. Menyadari bahwa dia tidak bermaksud jahat padanya, Sinta memutuskan untuk melepaskannya. Dia menandatangani perjanjian perceraian sambil berbaring di tempat tidur sakitnya dengan hati yang hancur. Anehnya, itu bukan akhir bagi pasangan itu. Seolah-olah ada penghalang jatuh dari mata Trisna setelah dia menandatangani perjanjian perceraian. Pria yang dulu begitu tidak berperasaan itu merendahkan diri di samping tempat tidurnya dan memohon, "Sinta, aku membuat kesalahan besar. Tolong jangan ceraikan aku. Aku berjanji untuk berubah." Sinta tersenyum lemah, tidak tahu harus berbuat apa ....
Bagaimana jika keponakan yang dititipkan oleh kakak perempuan nya mulai mengacaukan seluruh tatanan kehidupan nya. Gadis kecil yang dia sangka polos menyimpan cinta mendalam untuk dirinya, memancing hasrat nya berkali-kali hingga pada akhirnya satu malam panas terjadi di antara mereka. Bagaimana caranya dia meminta restu kepada kakak nya sendiri untuk hubungan yang jelas di anggap tidak mungkin untuk semua orang. Namun siapa sangka satu kenyataan dimasa lalu terbuka secara perlahan soal hubungan mereka yang sesungguhnya.