Satya Wiguna seorang pemuda yang sejak kecil hidup dalam kekurangan dan kesederhanaan, akan tetapi dia selalu memandang penuh semangat akan hidup. Dibawah bimbingan eyang buyudnya yang bernama Mbah Wiguna, diapun tumbuh menjadi seorang pemuda sederhana yang kuat dan rendah hati. Bersama beberapa sahabatnya dia kemudian telah menjelajah ke mas lampau untuk ikut berjuang menumpas kejahatan. Dan ketika kekuatan raga nya semakin mapan dan sempurna, dia telah di percaya para penghuni dunia Sukma sebagai sang Senopati perang menghadapi iblis kegelapan yang hendak menguasai dunia nyata. Dengan Pedang Naga Siluman, Satya Wiguna Harus berjuang mempertahankan alam moksa dari serangan Sang Raja Iblis kegelapan.
Di suatu siang, di sebuah sekolah dasar negeri yang berada di sebuah desa kecil di pelosok pulau Jawa.
Anak-anak baru saja keluar dari lingkungan sekolah, ada yang berlarian dan ada yang berjalan pelan menyusuri jalanan berbatu.
Wajah-wajah polos dengan senyum dan tawa canda mengiringi langkah-langkah kecil mereka.
"Satya, nanti habis ganti baju kita kumpul di TPK ya," ajak seorang anak yang tubuhnya kerempeng dan berkulit agak hitam, Bambang namanya dan kawan-kawannya memanggilnya Bambang atau Mbang.
TPK adalah tempat penimbunan kayu milik Perum Perhutani yang ada di desa itu.
TPK ini di gunakan sebagai tempat menimbun kayu-kayu Jati ataupun kayu jenis lainnya seperti Sonokeling dan Mahoni setelah di tebang dari hutan yang ada di area tersebut.
"Baik, nanti aku yang bawa bola," jawab seorang anak lain yang bertubuh agak pendek tapi berisi, wajahnya bulat dan agak bersih kulitnya. Dia adalah anak dari kepala TPK, Ardian namanya.
"kita kumpul di TPK lor ya , dibawah pohon sawo," kata anak yang di panggil Satya tersebut, yang tampaknya memang sebagai pemimpin dari rombongan anak-anak kecil itu.
Satya ini bertubuh agak berisi dengan kulit sawo matang, wajahnya memancarkan aura ceria dan penuh semangat. tatapannya sangat tajam walaupun dia masih kecil.
Tempat penimbunan kayu ini cukup luas dan terbagi menjadi dua lokasi. TPK lor (utara) dan TPK kidul (selatan).
Luas tempat penimbunan kayu ini kira-kira empat sampai lima hektar, terpisah menjadi dua karena dibelah oleh jalanan desa yang menghubungkan antara Desa Landoh dengan desa dan padukuhan lainnya.
Dalam lingkungan TPK sendiri terdapat pohon-pohon Mindik (Munggur) yang berukuran sangat besar yang menurut orang orang tua di sekitar tempat ini di tanam pada masa penjajahan Belanda, jadi umurnya pasti sudah ratusan tahun.
Ukuran pohon-pohon di dalam area tempat penimbunan kayu hasil hutan ini mencapai diameter dua sampai tiga meter dengan ketinggian mencapai kurang lebih tiga puluh meter, sehingga tempat ini menjadi teduh dan nyaman untuk beraktivitas.
Jumlah pohon-pohon yang sangat besar cukup banyak , ada puluhan dengan diameter yang rata-rata sangat besar lebih dari satu meter, sehingga hampir setiap sudut tempat ini sangat teduh dan rindang.
Anak-anak yang lain segera menyanggupinya untuk berkumpul sehabis berganti baju dan makan siang.
Mereka berjalan sambil bersenda gurau, dan tanpa terasa sampailah di jalan raya beraspal yang melintasi desa tersebut. Itu adalah sebuah perempatan besar.
Jalan beraspal menghubungkan antara dua kabupaten. Kabupaten Rembang dan Blora.
Sedang jalanan yang belum beraspal menghubungkan antar desa yang satu dengan desa yang lainnya.
Dijalan ini rombongan anak-anak mulai terpisah, sebagian berbelok kekanan menyusuri jalan raya.
Diantara yang belok kekanan adalah Bambang, Yon, To, Andri dan masih banyak lagi.
Sebagian berbelok ke kiri juga menyusuri jalan raya menuju ke dukuh Jangglengan diantaranya Tris dan Sutar.
Adapula yang rumahnya tepat di perempatan desa tersebut , Likin namanya, anak Pak Salim. Seorang Kyai di Desa Landoh.
Satya dan sebagian anak menyeberang jalan raya tersebut dan berjalan lurus menuju dusun lainnya lagi.
Rumah Satya sendiri terletak tidak jauh dari perempatan jalan tersebut dan berjarak lima puluhan meter saja dari TPK.
Salah satu sahabat Satya rumahnya di dalam komplek TPK dan berdekatan dengan rumah Satya, hanya berjarak lima puluh meteran saja. Hartono namanya, anaknya putih bersih dan agak kecil mungil.
Ketika Satya sampai di depan rumah yang sangat sederhana dan berdinding anyaman bambu (gedeg, bahasa Jawa) Satya segera pamit pada kawan-kawannya.
"Duluan ya !" seru Satya sambil melambaikan tangan pada kawan-kawannya.
Ardian, Hartono, Masruf , Ngali dan lainnya segera melanjutkan perjalanan nya bersama kawan-kawan yang lain yang rumah nya di dukuh paling jauh yaitu Dukuh Kedung Lawa.
Baru beberapa langkah kedepan, Hartono juga sudah sampai di depan rumahnya yang berada di dalam komplek tepeka.
Antara rumah Satya dengan tepeka sendiri terpisahkan oleh rel kereta api yang menghubungkan Kota Rembang dan Kota Blora.
Rumah Ardian ada di sebelah barat TPK, masih masuk komplek TPK dan merupakan rumah dinas milik Perhutani. Karena Ayahnya seorang Sinder atau Asper (asisten perhutani) yang mengepalai TPK.
Satya segera mengucap salam, akan tapi tidak terdengar sahutan dari dalam rumah. Dia segera mendorong pintu dengan tangannya yang kecil.
Ditaruhnya tas sekolahnya dan di gantinya seragam merah putih yang di kenakannya dengan kaus dan celana hariannya yang telah usang.
Setelah usai berganti baju dia kebelakang ke kiwan (kamar mandi) untuk membersihkan diri.
Jangan bayangkan kamar mandi nya tertutup rapat dan ada airnya melimpah ruah seperti sekarang ini.
Kamar mandi ini hanyalah terlindungi dari gedeg yang sudah tua dan rapuh tanpa ada atapnya.
Di dalamnya pun tidak ada wastafel, bak mandi ataupun bathup, yang ada hanyalah sebuah gentong dari tanah liat sebagai tempat air untuk kepentingan mandi dan lain sebagainya.
Setelah membersihkan dirinya, Satya kembali ke dalam rumah, di carinya makanan di lemari makanan.
Ternyata memang ibu sudah menyiapkan nasi beserta sambal kesukaannya tanpa lauk apapun, karena memang hanya inilah yang mampu di makan oleh keluarga ini.
Satya makan dengan lahapnya walaupun hanya nasi dan sambal belaka. Usai makan Satya mengambil perlengkapan mainnya.
Sebuah ketapel ataupun plinteng (blandring) dikalungkan di lehernya.
Satya adalah seorang anak yang mandiri, segala mainan bisa di buatnya dengan tangan-tangan kecilnya yang terampil.
Dia segera menutup pintu tanpa di kunci dan berlari-lari kecil ke tepeka tempat janjian dengan teman-teman kecilnya.
Dan siang itu, di tempat nyang agak lapang dalam naungan pohon Mindik yang sangat besar dengan daun-daun yang rindang melindungi badan anak-anak kecil itu dari sinar matahari terik yang menyengat.
Dengan teriakan-teriakan kas anak-anak kecil dengan serunya bermain bola.
Dua kelompok berhadap hadapan saling memperebutkan bola.
Ardian dengan tubuh mungilnya meliuk-liuk melewati lawan-lawannya dengan lincahnya.
Walaupun bertubuh kecil mungil Ardian sangat lincah menghadapi kawan-kawannya yang bertubuh lebih besar.
Tiap ada pertandingan melawan anak-anak dari dukuh lain, Ardian selalu menjadi momok bagi lawan-lawannya, tak ada yang bisa menghentikannya. dia adalah penyerang tangguh.
Ketika siang sudah berganti sore hari dan permainan bola sudah usai anak-anak kecil tersebut berjalan keluar komplek tepeka dan berlarian di pematang sawah menuju sungai yang jaraknya kurang lebih satu kilometer.
Mereka berlari dengan riang gembira diselingi tawa canda khas anak-anak.
"Ayo kita ke Watu Gajah saja!" Ajak Satya pada kawan-kawannya ini.
Ada beberapa lokasi sungai yang menjadi favorit anak-anak buat mandi dan bermain di sungai. Salah satunya adalah Watu Gajah, karena ada batu yang cukup besar menjorok ke sungai sehingga dinamakan Watu Gajah.
Tempat lain yang jadi favorit untuk bermain adalah di bawah jembatan dan juga kedung (bagian sungai yang dalam).
Lokasinya dekat sawah milik pak Mo'in, sehingga di beri nama kedung Pak Mo'in.
Setelah sampai di pinggiran sungai, anak-anak kecil tersebut segera melepas semua pakaian yang di kenakan, mereka telanjang bulat.
Mereka berlomba-lomba meloncat dari ketinggian batu yang menonjol tersebut
"Byur, byur, byur!" tiga anak sekaligus melompat terjun ke sungai yang beraliran cukup deras.
Sore itu mereka bermain di sungai dengan riangnya. Mereka tidak takut akan tenggelam karena mereka adalah perenang-perenang otodidak.
Begitulah dalam keterbatasannya Satya tumbuh menjadi anak yang kuat dan mandiri.
Ketika malam telah tiba, Satya akan di jemput oleh kakek buyutnya yang bernama Mbah Wiguno, seorang kakek yang sudah sangat tua, usianya sudah mendekati seratusan tahun, tapi masih terlihat kuat dan cekatan.
Ayah Satya sendiri jarang pulang kerumah, entahlah apa yang dikerjakan di luaran, Satya tidak mengetahuinya.
Ketika Satya di jemput oleh kakek buyutnya, ibunya Satya pun mengijinkannya.
Kakek buyut Satya ini adalah ayah dari kakeknya yang sudah tiada, meninggal karena sakit.
Malam ini Satya diajak oleh Mbah Wiguno kearah sungai di bawah jembatan kereta.
Daerah ini di kenal oleh penduduk desa tersebut dengan nama Klamping, itu merupakan sebuah lembah kecil dimana aliran sungai nya cukup dalam dan dipercaya di daerah tersebut sangat angker dan wingit.
Diatas Klamping ini ada gumuk (bukit) kecil yang di tumbuhi tanaman perdu dan semak-semak belukar, tampak seperti hutan kecil.
Dan di gumuk kecil ini masih banyak di jumpai ayam hutan dan juga landak.
Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Aku, Rina, seorang wanita 30 Tahun yang berjuang menghadapi kesepian dalam pernikahan jarak jauh. Suamiku bekerja di kapal pesiar, meninggalkanku untuk sementara tinggal bersama kakakku dan keponakanku, Aldi, yang telah tumbuh menjadi remaja 17 tahun. Kehadiranku di rumah kakakku awalnya membawa harapan untuk menemukan ketenangan, namun perlahan berubah menjadi mimpi buruk yang menghantui setiap langkahku. Aldi, keponakanku yang dulu polos, kini memiliki perasaan yang lebih dari sekadar hubungan keluarga. Perasaan itu berkembang menjadi pelampiasan hasrat yang memaksaku dalam situasi yang tak pernah kubayangkan. Di antara rasa bersalah dan penyesalan, aku terjebak dalam perang batin yang terus mencengkeramku. Bayang-bayang kenikmatan dan dosa menghantui setiap malam, membuatku bertanya-tanya bagaimana aku bisa melanjutkan hidup dengan beban ini. Kakakku, yang tidak menyadari apa yang terjadi di balik pintu tertutup, tetap percaya bahwa segala sesuatu berjalan baik di rumahnya. Kepercayaannya yang besar terhadap Aldi dan cintanya padaku membuatnya buta terhadap konflik dan ketegangan yang sebenarnya terjadi. Setiap kali dia pergi, meninggalkan aku dan Aldi sendirian, ketakutan dan kebingungan semakin menguasai diriku. Di tengah ketegangan ini, aku mencoba berbicara dengan Aldi, berharap bisa menghentikan siklus yang mengerikan ini. Namun, perasaan bingung dan nafsu yang tak terkendali membuat Aldi semakin sulit dikendalikan. Setiap malam adalah perjuangan untuk tetap kuat dan mempertahankan batasan yang semakin tipis. Kisah ini adalah tentang perjuanganku mencari ketenangan di tengah badai emosi dan cinta terlarang. Dalam setiap langkahku, aku berusaha menemukan jalan keluar dari jerat yang mencengkeram hatiku. Akankah aku berhasil menghentikan pelampiasan keponakanku dan kembali menemukan kedamaian dalam hidupku? Atau akankah aku terus terjebak dalam bayang-bayang kesepian dan penyesalan yang tak kunjung usai?
Kumpulan cerita seru yang akan membuat siapapun terbibur dan ikut terhanyut sekaligus merenung tanpa harus repot-repot memikirkan konfliks yang terlalu jelimet. Cerita ini murni untuk hiburan, teman istrirahat dan pengantar lelah disela-sela kesibukan berkativitas sehari-hari. Jadi cerita ini sangat cocok dengan para dewasa yang memang ingin refrehsing dan bersenang-senang terhindar dari stres dan gangguan mental lainnya, kecuali ketagihan membacanya.
Ketika mereka masih kecil, Deddy menyelamatkan nyawa Nayla. Bertahun-tahun kemudian, setelah Deddy berakhir dalam keadaan koma akibat kecelakaan mobil, Nayla menikah dengannya tanpa berpikir dua kali dan bahkan menggunakan pengetahuan medisnya untuk menyembuhkannya. Selama dua tahun, Nayla setia, mencari kasih sayangnya dan ingin melunasi utang budinya yang menyelamatkan nyawanya. Akan tetapi ketika cinta pertama Deddy kembali, Nayla, yang dihadapkan dengan perceraian, tidak ragu untuk menandatangani surat perceraian. Meskipun dicap sebagai barang bekas, hanya sedikit yang tahu bakatnya yang sebenarnya. Dia adalah seorang pengemudi mobil balap, seorang desainer terkenal, seorang peretas jenius, dan seorang dokter ahli. Menyesali keputusannya, Deddy memohon pengampunannya. Pada saat ini, seorang CEO yang menawan turun tangan, memeluk Nayla dan menyatakan, "Enyah! Dia adalah istriku!" Terkejut, Nayla berseru, "Apa katamu?"
Li Mei terbangun dan menyadari bahwa dia tidak sedang berada di rumahnya. Di mana ini? Bukankah tadi dia terjatuh dari tangga? Kenapa dia tidak berada di rumah sakit dan malah berada di dalam rumah reyot seperti ini? Dan … siapa pula laki-laki tampan yang tidur di sebelahnya ini? "Kalau kamu sudah tidak tahan dengan pernikahan kita, tunggulah beberapa hari lagi. Aku pasti akan menceraikanmu. Jangan berusaha bunuh diri lagi," ucap Bai Changyi menatapnya dengan muram. Bercerai? Kenapa dia mau bercerai dari suami yang tampan seperti ini? Bai Chanyi menatapnya dengan kebingungan? Bukankah perceraian adalah hal yang paling Li Mei inginkan selama ini? "Aku tidak ingin bercerai, aku hanya ingin menjadi kaya!" Bisakah Li Mei mewujudkan impiannya untuk menjadi seorang pengusaha kaya di era kuno bersama suaminya? IG : @summerrainwriter FB : Summer Rain
BERISI ADEGAN HOT++ Seorang duda sekaligus seorang guru, demi menyalurkan hasratnya pak Bowo merayu murid-muridnya yang cantik dan menurutnya menggoda, untuk bisa menjadi budak seksual. Jangan lama-lama lagi. BACA SAMPAI SELESAI!!
BACAAN KHUSUS DEWASA Siapapun tidak akan pernah tahu, apa sesungguhnya yang dipikirkan oleh seseorang tentang sensasi nikmatnya bercinta. Sama seperti Andre dan Nadia istrinya. Banyak yang tidak tahu dan tidak menyadari. Atau memang sengaja tidak pernah mau tahu dan tidak pernah mencari tahu tentang sensasi bercinta dirinya sendiri. Seseorang bukan tidak punya fantasi dan sensasi bercinta. Bahkan yang paling liar sekalipun. Namun norma, aturan dan tata susila yang berlaku di sekitranya dan sudah tertanam sejak lama, telah mengkungkungnya. Padahal sesungguhnya imajinasi bisa tanpa batas. Siapapun bisa menjadi orang lain dan menyembunyikan segala imajinasi dan sensasinya di balik aturan itu. Namun ketika kesempatan untuk mengeksplornya tiba, maka di sana akan terlihat apa sesungguhnya sensasi yang didambanya. Kisah ini akan menceritakan betapa banyak orang-orang yang telah berhasil membebaskan dirinya dari kungkungan dogma yang mengikat dan membatasi ruang imajinasi itu dengan tetap berpegang pada batasan-batasan susila