"Elina, berani sekali kamu kabur setelah kamu menipu aku!" Elina terpaksa menghabiskan malam panasnya dengan Kevin setelah secara tidak sengaja dia meminum obat perangsang dari gelas yang salah. Kevin yang sedang menunggu kedatangan wanita kiriman dari asisten pribadinya, segera saja membawa Elina masuk ke dalam kamarnya, setelah dia melihat Elina berdiri di depan kamar hotelnya. Namun ada susuatu yang terjadi pada Kevin saat dia bersama dengan Elina di malam itu. Takdik sepertinya masih ingin bermain dengan mereka. Elina dan Kevin dipertemukan kembali dalam situasi yang berbeda. Apa yang akan terjadi pada Kevin dan Elina selanjutnya?
"Aduh, kok kepalaku pusing banget ya. Aduh ... ini kenapa ya," keluh Elina ketika dia merasa kepalanya kini terasa semakin berat.
"Kamu tadi minum apaan sih, Ell?" tanya Dinda yang melihat tubuh sahabatnya sedikit berkeringat saat ini.
"Gak ada kok. Aku cuma minum yang ada di sini doang ... tapi kenapa kepalaku rasanya berat banget ya. Nggak biasanya banget kayak ini," jawab Elina sambil mulai memijat pelipisnya sendiri.
"Kok bisa gitu sih. Kayaknya ini bukan pertama kalinya deh kamu minum minuman ini kan. Dan biasanya nggak pernah sampai ngeluh tuh," ucap Dinda yang kemudian memberikan tisu pada Elina untuk sedikit menyeka keringat yang ada di keningnya.
"Ell, kayaknya kamu perlu istirahat deh. Kamu mau ke kamar duluan atau tetap mau di sini aja? Mending ke kamar deh, Ell," tanya Mega yang duduk bersama Elina dan Dinda sekaligus memberikan saran pada sahabat kekasihnya itu.
"Iya bener, Ell. Kondisi kamu kayaknya makin ga bener nih," timpal Dinda yang mendukung ucapan Mega.
"Di sini aja deh dulu bentaran. Bisa makin bete aku ntar kalau sendirian di kamar," jawab Elina yang kemudian segera menyandarkan punggungnya di sandaran kursi dan mencoba untuk memejamkan matanya.
Elina yang baru saja putus dari kekasihnya membutuhkan hiburan untuk melupakan rasa sedihnya karena ditinggal pergi tanpa alasan oleh kekasihnya. Elina mengajak 2 orang sahabat baiknya itu untuk menikmati malam di sebuah klub malam dan pergi menginap di hotel yang ada di atas klub tersebut.
Dentuman suara musik yang semakin kencang kian membuat darah Elina mendidih saat ini. Badannya terasa semakin panas dan kepalanya juga semakin berat.
Padahal ini bukan pertama kalinya dia minum minuman yang sama seperti yang dia tenggak malam ini, tapi entah mengapa malam ini tubuhnya memberikan reaksi yang berbeda dari yang biasanya.
"Aduh kepalaku ini kenapa sih," keluh Elina pelan sambil memegang kepalanya erat-erat.
"Ell, mendingan kamu istirahat deh. Kamu makin keliatan kayak orang teler tau ga," saran Dinda.
"Nggak mau ah. Ntar aku ke inget lagi sama si brengsek itu," tolak Elina.
"Tapi kamu kayaknya nggak sehat, Ell. Entar yang ada kamu makin sakit."
"Iya Ell, bener apa yang dibilang sama Dinda itu. Mendingan kamu naik dulu deh, besok kita ke sini lagi kalau emang kamu masih pengen kita ke sini. Tapi beneran deh ... kondisi kamu nggak baik banget hari ini. Kalo perlu kita naik aja lah barengan kalo emang kamu gak mau sendirian di kamar," sahut Mega yang mendukung saran dari Dinda.
Elina tidak menjawab apa yang dikatakan oleh Dinda. Dia melihat ke arah Dinda dan Mega secara bergantian.
Sepertinya apa yang dikatakan oleh Dinda tentang kondisi tubuhnya malam ini semua benar. Kondisi tubuhnya sangat tidak bersahabat sehingga membuat dia merasa sedikit sakit, padahal baru sebentar saja dia minum.
"Kayaknya aku emang harus istirahat deh. Badanku beneran gak enak. Panas banget," ucap Elina sambil meraih tas miliknya.
"Perlu aku temenin gak?" Dinda menawarkan diri.
"Gak usah. Kamu di sini aja ama Mega. Aku mau langsung tidur."
"Beneran gak mau dianterin ke kamar?" Mega juga ingin memastikan.
"Gak usah, aku masih bisa jalan kok. Din, ntar kalo aku gak bukain pintu ... kamu tidur di kamar Mega ya?" pesan Elina sebelum dia meninggalkan teman-temannya itu.
"Beres. Kamu istirahat aja Ell. Baik-baik ya, Ell," pesan Dinda sambil membantu Elina merapikan barangnya.
"Ell, kalo butuh kita ... telepon aja ya, gak usah ragu," ucap Mega juga ikut berpesan pada sahabat baiknya itu.
Elina membalas ucapan teman-temannya itu hanya dengan senyuman. Dia ingin segera meninggalkan tempat itu karena dia merasa kepalanya serasa ingin meledak setiap dia mendengar suara musik yang sangat keras di klub malam itu.
Elina tidak ingin cuti kerja hari Senin nanti, oleh karena itu dia memilih untuk mengikuti saran dari teman-temannya. Dia segera berpamitan lalu berjalan perlahan menuju ke pintu keluar klub malam.
Dengan sedikit susah payah, Elina berjalan di antara kerumunan orang yang sedang menikmati malam sambil bergoyang mengikuti dentuman musik yang seperti membakar tubuh mereka. Elina berjalan perlahan mencoba menghindari orang-orang yang berlalu lalang di sana.
"Ah gila! Sakit banget sih kepalaku. Salah makan kali aku tadi ya," gumam Elina sendirian saat dia sudah berada di dalam lift.
"Moga besok pagi sembuh lah. Mau minum obat sakit kepala tapi kok abis minum, ntar kalo bereaksi ... bisa modar aku. Gak lah, tidur dulu aja," lanjut Elina lagi yang ingin segera sampai ke kamar hotelnya.
***
"Halo Bos, saya antar jam berapa?" tanya Bima pada atasannya.
"Bentar lagi. Aku baru aja beres meeting," jawab Kevin sambil menggerakkan lehernya yang sejak tadi terasa tegang.
"Baik, Bos. Nanti saya siapkan seperti biasanya."
"Ok! Kirimkan 10 menit lagi," perintah Kevin pada asisten pribadinya itu sebelum dia menutup sambungan telepon.
Kevin meletakkan kembali ponselnya lalu segera menutup layar laptopnya. Dia baru saja melakukan rapat penting dengan cabang perusahaan keluarganya di Amerika, yang baru saja dia tinggalkan.
Saat lelah, pria muda berusia di awal 30 tahun itu selalu menyuruh asisten pribadinya untuk menyewa wanita malam dengan kriteria yang dia inginkan. Kevin yang masih belum berniat menikah itu memang masih belum berniat mengikat dirinya dengan satu wanita saja.
Pandangan Elina kini kian kabur setelah dia sampai di koridor kamar yang dia sewa. Sambil berjalan perlahan dan berpegangan pada tembok, Elina mencoba untuk secepatnya sampai di kamarnya. Koridor Itu tampak sangat sepi, tidak ada satu orang pun yang melintas di sana.
"Aduh badanku kok makin panas banget ya. Nyebelin banget deh! Ah ... ini kamarku," gumam Elina pelan sambil berapa kali mengerjapkan matanya untuk melihat nomor kamar yang ada di pintu coklat itu.
Elina segera mengambil kunci kamar dari dalam tas agar dia bisa segera masuk. Kesadarannya yang mulai hilang membuat Elina sedikit kesulitan untuk mencari kunci kamarnya itu.
"Duh ... di mana sih kuncinya," gerutu Elina sambil terus merogoh tasnya.
"Ah ... ini dia."
"Eh ... keren banget nih kamar. Baru juga mau ditempelin kuncinya, pintunya udah ngebuka sendiri," ucap Elina pelan ketika dia melihat pintu kamar itu sedikit terbuka.
Tiba-tiba pintu itu terbuka sedikit lebih besar lalu muncul tangan yang langsung mencengkeram pergelangan tangan Elina dan menariknya dengan paksa untuk masuk ke dalam. Badan Elina yang sedikit oleng, segera terbawa masuk ke dalam kamar tanpa bisa dia cegah lagi.
"Eh apa-apaan ini!" tolak Elina ketika dia merasa ada seseorang yang membawanya masuk ke dalam kamar tersebut.
"Jadilah pasanganku, tapi jangan pakai hati." Menjadi seorang sugar baby adalah suatu hal yang tidak pernah dibayangkan sama sekali oleh Joanna. Namun karena himpitan ekonomi, Joanna pun akhirnya menerima tawaran Regan untuk menjadi sugar baby-nya. Dibalik sikap baik Regan, ternyata pria itu menyimpqn suatu rahasia yang di dengar Joanna dari teman-teman Regan. Apa rahasia itu benar adanya? Akankah Joanna bertahan menjadi sugar baby Regan? Mungkinkah cinta hadir di antara mereka?
BACAAN KHUSUS DEWASA Siapapun tidak akan pernah tahu, apa sesungguhnya yang dipikirkan oleh seseorang tentang sensasi nikmatnya bercinta. Sama seperti Andre dan Nadia istrinya. Banyak yang tidak tahu dan tidak menyadari. Atau memang sengaja tidak pernah mau tahu dan tidak pernah mencari tahu tentang sensasi bercinta dirinya sendiri. Seseorang bukan tidak punya fantasi dan sensasi bercinta. Bahkan yang paling liar sekalipun. Namun norma, aturan dan tata susila yang berlaku di sekitranya dan sudah tertanam sejak lama, telah mengkungkungnya. Padahal sesungguhnya imajinasi bisa tanpa batas. Siapapun bisa menjadi orang lain dan menyembunyikan segala imajinasi dan sensasinya di balik aturan itu. Namun ketika kesempatan untuk mengeksplornya tiba, maka di sana akan terlihat apa sesungguhnya sensasi yang didambanya. Kisah ini akan menceritakan betapa banyak orang-orang yang telah berhasil membebaskan dirinya dari kungkungan dogma yang mengikat dan membatasi ruang imajinasi itu dengan tetap berpegang pada batasan-batasan susila
Setelah tiga tahun menikah, Becky akhirnya bercerai dengan suaminya, Rory Arsenio. Pria itu tidak pernah mencintainya. Dia mencintai wanita lain dan wanita itu adalah kakak iparnya, Berline. Suatu hari, sebuah kecelakaan terjadi dan Becky dituduh bertanggung jawab atas keguguran Berline. Seluruh keluarga Arsenio menolak untuk mendengarkan penjelasannya, dan mengutuknya sebagai wanita yang kejam dan jahat hati. Rory bahkan memaksanya untuk membuat pilihan: berlutut di depan Berline untuk meminta maaf, atau menceraikannya. Yang mengejutkan semua orang, Becky memilih yang terakhir. Setelah perceraian itu, Keluarga Arsenio baru mengetahui bahwa wanita yang mereka anggap kejam dan materialistis itu sebenarnya adalah pewaris keluarga super kaya. Rory juga menyadari bahwa mantan istrinya sebenarnya menawan, cantik, dan percaya diri dan dia jatuh cinta padanya. Tapi semuanya sudah terlambat, mantan istrinya tidak mencintainya lagi .... Namun, Rory tidak menyerah dan tetap berusaha memenangkan hati Becky. Apakah Becky akan goyah dan kembali ke sisinya? Atau akankah pria lain masuk ke dalam hatinya?
Amy tidak menyangka suaminya yang sangat dia cintai dan percayai selama bertahun-tahun akan berselingkuh dengan berhubungan seks dengan sekretarisnya. Ketika dia menghadapinya, dia dan sekretarisnya mengejek dan mengejeknya, mereka memanggilnya mandul, lagipula, dia tidak mengandung selama tiga tahun terakhir bahwa dia telah menikah dengan suaminya, Callan. Sangat Patah Hati, dia mengajukan gugatan cerai dan pergi ke klub, dia memilih gigolo acak, melakukan one night stand dengannya, membayarnya dan menghilang ke kota kecil. Dia kembali ke negara itu enam tahun kemudian dengan tiga anak laki-laki imut yang identik dan tiga gadis imut yang identik dengan usia yang sama. Dia menetap dan mendapat pekerjaan tetapi segera mengetahui bahwa CEO-nya adalah gigolo yang dia berhubungan seks enam tahun lalu di klub. Apakah dia bisa menyembunyikan enam imut kecilnya dari CEO-nya, yang kebetulan adalah pria paling berkuasa di NorthHill dan dianggap tidak subur? Bisakah Amy dan pria paling berkuasa di NorthHill bergaul mengingat kesenjangan sosial di antara mereka.
Istriku yang nampak lelah namun tetap menggairahkan segera meraih penisku. Mengocok- penisku pelan namun pasti. Penis itu nampak tak cukup dalam genggaman tangan Revi istriku. Sambil rebahan di ranjang ku biarkan istriku berbuat sesukanya. Ku rasakan kepala penisku hangat serasa lembab dan basah. Rupanya kulihat istriku sedang berusaha memasukkan penisku ke dalam mulutnya. Namun jelas dia kesulitan karena mulut istriku terlalu mungil untuk menerima penis besarku. Tapi dapat tetap ku rasakan sensasinya. Ah.... Ma lebih dalam lagi ma... ah.... desahku menikmati blowjob istriku.
Pada hari Livia mengetahui bahwa dia hamil, dia memergoki tunangannya berselingkuh. Tunangannya yang tanpa belas kasihan dan simpanannya itu hampir membunuhnya. Livia melarikan diri demi nyawanya. Ketika dia kembali ke kampung halamannya lima tahun kemudian, dia kebetulan menyelamatkan nyawa seorang anak laki-laki. Ayah anak laki-laki itu ternyata adalah orang terkaya di dunia. Semuanya berubah untuk Livia sejak saat itu. Pria itu tidak membiarkannya mengalami ketidaknyamanan. Ketika mantan tunangannya menindasnya, pria tersebut menghancurkan keluarga bajingan itu dan juga menyewa seluruh pulau hanya untuk memberi Livia istirahat dari semua drama. Sang pria juga memberi pelajaran pada ayah Livia yang penuh kebencian. Pria itu menghancurkan semua musuhnya bahkan sebelum dia bertanya. Ketika saudari Livia yang keji melemparkan dirinya ke arahnya, pria itu menunjukkan buku nikah dan berkata, "Aku sudah menikah dengan bahagia dan istriku jauh lebih cantik daripada kamu!" Livia kaget. "Kapan kita pernah menikah? Setahuku, aku masih lajang." Dengan senyum jahat, dia berkata, "Sayang, kita sudah menikah selama lima tahun. Bukankah sudah waktunya kita punya anak lagi bersama?" Livia menganga. Apa sih yang pria ini bicarakan?
Ayahnya menjadi seorang pengkhianat pada group mafia terbesar di negaranya bernama group Limson, membuat Arabella harus hidup dalam bahaya. Bagaimana tidak, Arabella harus menjadi tawanan kamar Tuan Stanley yang merupakan ketua mafia group Limson atau dia berkeliaran diluar sana dan diburu oleh anggota mafia lainnya.