"Jadilah pasanganku, tapi jangan pakai hati." Menjadi seorang sugar baby adalah suatu hal yang tidak pernah dibayangkan sama sekali oleh Joanna. Namun karena himpitan ekonomi, Joanna pun akhirnya menerima tawaran Regan untuk menjadi sugar baby-nya. Dibalik sikap baik Regan, ternyata pria itu menyimpqn suatu rahasia yang di dengar Joanna dari teman-teman Regan. Apa rahasia itu benar adanya? Akankah Joanna bertahan menjadi sugar baby Regan? Mungkinkah cinta hadir di antara mereka?
Dug dug dug.
"Mati aku. Gimana caranya aku cari uang, mana harus dibayar minggu depan lagi," gerutu Joanna sambil membenturkan keningnya beberapa kali ke atas meja.
"Aku harus cari uang ke mana ini. Gajianku masih dua minggu lagi dan itu juga cuma cukup buat hidup aku. Sial benar sih nasibku semester ini. Padahal tinggal setahun lagi kenapa harus ditarik beasiswaku," keluh Joanna putus asa.
Joanna sedang dilanda stres tingkat tinggi saat ini. Dia sedang kesusahan keuangan karena beasiswa yang selama ini menopang biaya kuliahnya tiba-tiba ditarik dengan alasan yang tidak jelas. Padahal Joanna saat ini sedang ada di tahun terakhir kuliahnya. Kalau dia sampai tidak bisa membayar uang kuliahnya, maka bayangan drop out dari kampus sudah tidak akan bisa dihindari lagi.
Padahal Joanna juga sambil bekerja paruh waktu di salah satu toko kue merangkap taman bacaan ketika malam hari. Namun gaji yang dihasilkan itu hanya cukup untuk biaya hidupnya sehari-hari.
Kedua orang tua Joanna sudah meninggal beberapa tahun yang lalu dan kakaknya juga ga pergi entah ke mana menghilang tanpa jejak hingga saat ini. Joanna beruntung bisa kuliah karena dia mendapatkan beasiswa itu.
"Hei ... ngelamun aja," sapa Irene sahabat Joanna.
"Eeh ... kamu udah keluar kelas. Duduk, Ren," jawab Joanna sambil membenarkan tatanan rambutnya yang pasti berantakan.
Irene duduk di kursi yang ada di depan Joanna. Dia tersenyum melihat temannya itu lalu memanggil seorang pelayan untuk memesan sesuatu.
"Kucel amat sih. Mau pesen ga?" tawar Irene.
"Udah kok, aku udah pesen. Tinggal tunggu di anter aja," jawab Joanna.
"Beneran udah pesen?" tanya Irene berusaha untuk memastikan.
"Udah kok, tuh ... dateng kan," ucap Joanna yang kebetulan pesanannya sudah datang.
"Kalo gitu, saya pesen sama aja deh kaya dia, Mbak," ucap Irene pada pelayan itu.
"Baik kak, ditunggu sebentar ya," jawab pelayan itu kemudian segera pergi meninggalkan meja Joanna.
Joanna yang sedang stres pun segera melahap capcay pesanannya karena perutnya sangat lapar. Harga makanan dan minuman di cafe ini memang cenderung lebih murah daripada cafe sejenisnya. Menurut kabar, cafe ini memang khusus melayani kantong mahasiswa.
"Jo, gimana masalahmu. Udah dapet solusi belum?" tanya Irene yang merasa kasihan pada Joanna sahabat baiknya itu.
"Kalau udah dapat solusi aku gak mungkin stress kayak beginilah. Aku tadi nanya lagi ke bagian kemahasiswaan, tapi jawabannya masih tetap sama, mereka gak tahu alasannya apaan," jawab Joanna sambil menghembuskan nafasnya berat.
"Ya ampun kok kayaknya gak adil banget ya. Kenapa juga harus di tahun terakhir kamu, mendadak pula. Aku juga jadi bingung gimana cara bantu kamu," ucap Irene yang merasa kasihan pada sahabatnya itu.
"Gak usah ikut bingung. Kamu masih ada di samping aku dan dengerin semua keluhan aku itu udah sangat membantu banget, Ren. Aku gak tahu harus cerita sama siapa kalau misalnya kamu gak ada. Minimal aku bisa sedikit mengurangi beban pikiran aku kalo udah cerita sama orang."
"Aku cuma bisa bantunya kayak gitu doang. Uang semester kita terlalu besar dan orang tuaku juga ngumpulinnya dengan susah payah. Tapi aku yakin kok, kamu pasti bisa dapet jalan karena kamu orang baik. Tuhan pasti bantu, percaya deh," ucap Irene berusaha untuk menghibur sahabatnya itu.
"Iya dulu mendiang mamaku juga sering banget bilang kayak gitu. Makanya aku masih percaya, semoga saja di detik-detik akhir nanti akan ada keajaiban. Thank you ya udah tetap jaga semangat aku."
Pesanan Irene datang. Wanita muda itu kini segera menyantap makanannya karena milik Joanna sudah hampir habis. Mereka berdua makan sambil sesekali mengobrol santai agar Joanna bisa sedikit melupakan beban hidupnya itu.
Joanna adalah mahasiswa pintar yang ada di kampusnya. Bahkan saat ini dia sedang berencana untuk mengambil skripsi lebih awal agar dia bisa segera lulus dan konsentrasi mencari pekerjaan sebagai penopang hidupnya. Kalau mengandalkan gaji di taman bacaan, itu sangat kurang sekali.
"Jo, aku harus pulang. Aku dipanggil mama aku karena mau minta anter ke rumah tante. Kamu mau pulang sekarang, biar aku anter sekalian," ucap Irene setelah dia menerima telepon dari mamanya.
"Gak usah, Ren. Kamu pulang aja dulu gak papa, soalnya aku masih pengen di sini. Sekalian nanti nunggu jam kerja aku aja. Lagi males pulang, nanti kalau sendirian malah kepikiran mulu," jawab Joanna pada temannya itu.
"Beneran nih gak papa?" Irene berusaha untuk memastikan.
"Iya gak papa, santai aja. Lagian aku juga kan bukan anak kecil yang gak bisa pulang sendiri," jawab Joanna sambil tersenyum.
Irene pun akhirnya berpamitan kepada sahabatnya itu. Tadinya dia ingin menghibur Irene namun mamanya ingin dia segera pulang untuk urusan yang lain. Dengan sangat terpaksa Irene harus meninggalkan Joanna sendirian.
Joanna kesepian lagi walaupun musik di cafe ini terus mengalun dan beberapa meja juga terdengar tawa dari penghuninya. Tapi tetap saja pikiran Joanna yang sedang kalut lebih mendominasi saat ini.
"Mendingan aku baca buku aja deh, biar bisa ngalihin pikiranku," ucap Joanna sambil mulai menyingkirkan piring kotor yang ada di atas mejanya itu.
Baru sekejap saja Joanna langsung larut dalam bacaannya. Dia memang sangat suka membaca dan ketika dia sudah larut dalam bacaannya, Joanna bisa sampai lupa waktu.
Tok tok tok.
Terdengar suara ketukan di meja yang membuat Joanna menurunkan bukunya sedikit lalu mengangkat pandangannya ke depan. Dia melihat ada seorang pemuda duduk di depannya sambil tersenyum ke arahnya. Seorang pemuda yang tidak dikenal bahkan baru kali ini dia lihat.
"Siapa ya?" tanya Joanna sambil sedikit mengerutkan keningnya.
"Kenalin, aku Regan," jawab pemuda itu sambil mengulurkan tangannya.
Joanna menurunkan sedikit lagi buku yang ada di tangannya itu. Pandangan matanya kini tertuju pada tangan si pemuda yang terulur ke arahnya. Dia benar-benar tidak tahu siapa pemuda ini.
"Joanna," ucap Joanna sambil menyambut uluran tangan Regan.
"Maaf, ada apa ya?" tanya Joanna lagi.
"Gak papa pengen duduk aja di sini. Aku pemilik cafe ini dan aku sering lihat kamu duduk di sini. Tapi beberapa hari ini kamu kelihatan berantakan banget, ada masalah apa?" tanya Regan sok akrab.
"Kamu pemilik kafe ini? Ini serius atau cuma nge-prank doang," tanya Joanna lagi sedikit tidak percaya.
"Perlu aku panggilkan staf cafe atau pelayan untuk mengkonfirmasi siapa aku sebenarnya?" tantang Regan pada Joanna.
"Gak perlu. Kalau mau duduk, ya duduk aja. Maaf aku mau baca," jawab Joanna sambil menaikkan lagi buku yang sedang dia baca itu.
Regan tersenyum melihat reaksi yang ditunjukkan oleh Joanna. Sepertinya hanya dia wanita yang tidak peduli dengan status pemilik kafe yang dia ucapkan tadi. Padahal biasanya para wanita itu langsung bersikap manis di depan Regan. Sikap cuek Joanna semakin membuat Regan penasaran pada wanita yang sedang ada di hadapannya itu.
"Tadi aku gak sengaja dengar katanya kamu lagi butuh uang ya," ucap Regan.
"Kamu nguping pembicaraan aku?" tanya Joanna sedikit ketus sambil menatap Regan dari atas bukunya.
"Nguping sama gak sengaja dengar itu beda lho. Dan aku gak sengaja dengar, soalnya tadi aku duduk di sebelah situ," Regan menjelaskan sambil menunjuk di mana tadi dia duduk.
Joanna menoleh ke arah yang ditunjukkan oleh Regan, "Itu masalahku dan kamu gak ada hubungannya sama masalahku," jawab Joanna sambil kembali mengangkat bukunya.
"Aku mau tawarkan pekerjan buat kamu. Ya ... itu juga kalo kamu mau," ucap Regan sambil mengangkat kedua bahunya bersamaan.
"Kerjaan? Kerja apa?" tanya Joanna yang langsung tertarik dengan apa yang diucapkan oleh Regan.
"Kerjaannya gampang kok, dan kamu bisa dibayar diawal."
"Haah ... emang ada kerjaan kaya begitu? Kerjaan apa emangnya?" tanya Joanna sambil menautkan kedua alis tebalnya itu.
"Kerja jadi ...."
"Elina, berani sekali kamu kabur setelah kamu menipu aku!" Elina terpaksa menghabiskan malam panasnya dengan Kevin setelah secara tidak sengaja dia meminum obat perangsang dari gelas yang salah. Kevin yang sedang menunggu kedatangan wanita kiriman dari asisten pribadinya, segera saja membawa Elina masuk ke dalam kamarnya, setelah dia melihat Elina berdiri di depan kamar hotelnya. Namun ada susuatu yang terjadi pada Kevin saat dia bersama dengan Elina di malam itu. Takdik sepertinya masih ingin bermain dengan mereka. Elina dan Kevin dipertemukan kembali dalam situasi yang berbeda. Apa yang akan terjadi pada Kevin dan Elina selanjutnya?
Warning area 21++ khusus dewasa Banyak adegan dewasa Sejak saat Aron mengenalkan yang namanya kenikmatan bercinta pada Prisil, wanita itu menjadi candu. Sayangnya Prisil harus melanjutkan studinya di Amerika, dititipkan pada adik tiri ayahnya. Namun ternyata, tidak ada Aron, paman Derry adik tiri ayahnya pun jadi. Ikuti petualangan nikmat Prisilla!
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
Raina terlibat dengan seorang tokoh besar ketika dia mabuk suatu malam. Dia membutuhkan bantuan Felix sementara pria itu tertarik pada kecantikan mudanya. Dengan demikian, apa yang seharusnya menjadi hubungan satu malam berkembang menjadi sesuatu yang serius. Semuanya baik-baik saja sampai Raina menemukan bahwa hati Felix adalah milik wanita lain. Ketika cinta pertama Felix kembali, pria itu berhenti pulang, meninggalkan Raina sendirian selama beberapa malam. Dia bertahan dengan itu sampai dia menerima cek dan catatan perpisahan suatu hari. Bertentangan dengan bagaimana Felix mengharapkan dia bereaksi, Raina memiliki senyum di wajahnya saat dia mengucapkan selamat tinggal padanya. "Hubungan kita menyenangkan selama berlangsung, Felix. Semoga kita tidak pernah bertemu lagi. Semoga hidupmu menyenangkan." Namun, seperti sudah ditakdirkan, mereka bertemu lagi. Kali ini, Raina memiliki pria lain di sisinya. Mata Felix terbakar cemburu. Dia berkata, "Bagaimana kamu bisa melanjutkan? Kukira kamu hanya mencintaiku!" "Kata kunci, kukira!" Rena mengibaskan rambut ke belakang dan membalas, "Ada banyak pria di dunia ini, Felix. Selain itu, kamulah yang meminta putus. Sekarang, jika kamu ingin berkencan denganku, kamu harus mengantri." Keesokan harinya, Raina menerima peringatan dana masuk dalam jumlah yang besar dan sebuah cincin berlian. Felix muncul lagi, berlutut dengan satu kaki, dan berkata, "Bolehkah aku memotong antrean, Raina? Aku masih menginginkanmu."
Setelah tiga tahun menikah, Becky akhirnya bercerai dengan suaminya, Rory Arsenio. Pria itu tidak pernah mencintainya. Dia mencintai wanita lain dan wanita itu adalah kakak iparnya, Berline. Suatu hari, sebuah kecelakaan terjadi dan Becky dituduh bertanggung jawab atas keguguran Berline. Seluruh keluarga Arsenio menolak untuk mendengarkan penjelasannya, dan mengutuknya sebagai wanita yang kejam dan jahat hati. Rory bahkan memaksanya untuk membuat pilihan: berlutut di depan Berline untuk meminta maaf, atau menceraikannya. Yang mengejutkan semua orang, Becky memilih yang terakhir. Setelah perceraian itu, Keluarga Arsenio baru mengetahui bahwa wanita yang mereka anggap kejam dan materialistis itu sebenarnya adalah pewaris keluarga super kaya. Rory juga menyadari bahwa mantan istrinya sebenarnya menawan, cantik, dan percaya diri dan dia jatuh cinta padanya. Tapi semuanya sudah terlambat, mantan istrinya tidak mencintainya lagi .... Namun, Rory tidak menyerah dan tetap berusaha memenangkan hati Becky. Apakah Becky akan goyah dan kembali ke sisinya? Atau akankah pria lain masuk ke dalam hatinya?
Kulihat ada sebuah kamera dengan tripod yang lumayan tinggi di samping meja tulis Mamih. Ada satu set sofa putih di sebelah kananku. Ada pula pintu lain yang tertutup, entah ruangan apa di belakang pintu itu. "Umurmu berapa ?" tanya Mamih "Sembilanbelas, " sahutku. "Sudah punya pengalaman dalam sex ?" tanyanya dengan tatapan menyelidik. "Punya tapi belum banyak Bu, eh Mam ... " "Dengan perempuan nakal ?" "Bukan. Saya belum pernah menyentuh pelacur Mam. " "Lalu pengalamanmu yang belum banyak itu dengan siapa ?" "Dengan ... dengan saudara sepupu, " sahutku jujur. Mamih mengangguk - angguk sambil tersenyum. "Kamu benar - benar berniat untuk menjadi pemuas ?" "Iya, saya berminat. " "Apa yang mendorongmu ingin menjadi pemuas ?" "Pertama karena saya butuh uang. " "Kedua ?" "Kedua, karena ingin mencari pengalaman sebanyak mungkin dalam soal sex. " "Sebenarnya kamu lebih tampan daripada Danke. Kurasa kamu bakal banyak penggemar nanti. Tapi kamu harus terlatih untuk memuaskan birahi perempuan yang rata - rata di atas tigapuluh tahun sampai limapuluh tahunan. " "Saya siap Mam. " "Coba kamu berdiri dan perlihatkan punyamu seperti apa. " Sesuai dengan petunjuk Danke, aku tak boleh menolak pada apa pun yang Mamih perintahkan. Kuturunkan ritsleting celana jeansku. Lalu kuturunkan celana jeans dan celana dalamku sampai paha.
Novel Ena-Ena 21+ ini berisi kumpulan cerpen romantis terdiri dari berbagai pengalaman romantis dari berbagai latar belakang profesi yang ada seperti CEO, Janda, Duda, Mertua, Menantu, Satpam, Tentara, Dokter, Pengusaha dan lain-lain. Semua cerpen romantis yang ada pada novel ini sangat menarik untuk disimak dan diikuti jalan ceritanya sehingga bisa sangat memuaskan fantasi para pembacanya. Selamat membaca dan selamat menikmati!