aya Perni
rban, jangan kesampi
o
nikah. Mbak ban
itu dari layar handphone. Mimik wajahnya terlihat penuh harap. Aku tersenyum tipis. Cepat sekali ti
aku dengan kedua sudut b
s lah, Mbak. Masa bercanda." Aku terkekeh kecil.
r lagi adik terakhirku akan menikah dan hanya ak
ngsuku menikah diusia yang sangat muda. Terlebih dia lelaki. "Apa gak enaknya
u enggak, putrinya akan dijodohkan sama pria lain." Air muka Zafar mendadak berubah
era menimang cucu. Lantas bagaimana dengan aku? Apakah sebenarnya orang tuaku juga sempat ingin segera menimang cucu dariku? Atau malah mereka sama sekali tak memikirkan itu? Karena pad
g man
er Ja
guk kecil.
mantap. "Bukan, M
Orang suku Madura terkenal dengan nikah muda, bahkan banyak anak yang baru lahir sudah dijodohkan. B
ulu saja, Le. Kamu
belum puas menikmati masa muda dan malah menyesal dikemudian hari. Usianya masih dua pulu
yang kamu bayangkan,
anak kecil lagi. Aku kan cuma minta Mbak bantu aku biaya, itu saja. Bukan malah bantu ceramah. Secara
, diantara kita semua yang pekerjaannya paling enak dan penghasilannya paling besar itu aku? Tidakkah dia berpikir,
si badan kamu bilang enak? Mbak kerja udah kaya bud
. Kamu belum tahu apapun. Kamu belum tahu semati-matian apa Mbak di sini. Atau sebenarnya kamu tahu tapi menolak gak tahu." Aku tersenyum miris. "Mbak yakin kamu bukan orang bodoh
jah. "Jadi Mbak n
hati tak ada niatan untuk mengungkit. "Mba
aja!" Suara Zafar naik satu otkaf. W
atiin dulu," ucapnya sebelum sambunga
ku tidak yakin kalau di rumah betul-betul ada tamu. Karena yang kutangkap dari wajah
*
Ibu gak kerja." Penuturan Bapak memasuki rungu. Nada bicaranya yang teramat halus me
angguk mantap. Ini pertama k
dikamu. Soalnya Bapak gak tahu harus minta tolong
g saja. Lasmi akan bantu biaya Zafar menikah
di wajahnya sangatlah ketara. Tiba-tiba Bapak terbatuk-batuk
n seperti ini aku selalu ingin cepat pulang, duduk di samping Ba
ja," tutur Bapak seraya ters
g selalu Bapak ulang-ulang untukku, agar aku
t Bapak. Ah, ralat, lebih tepatnya aku selalu terharu mendengar kalimat singkat Bapak yang selalu diulang-ulang setiap kita berkomunikasi. Andai saja yang mengutarakan i
awabku lirih, masih dala
mnya. Aku yang tak bisa membantu Bapak sedikit pun hanya mampu b
h Bapa
ah, Siti, Heni, Zafar, berharap salah satu
," tutur Bapak saa
menikah. Sudah iya,