tahun telah lolos perangking
kaku setelah mengetikan satu buah kalim
nya. Bibir bergeming sumbang tak mengeluarkan sepatah kata, Ilen langsung me
*
ng-
mengambil ponselnya secara kasar lalu mematikan alar
uda berusia tanggung itu melewati cermin yang menempel
tidak minum susumu, Nak?"
gsung masuk ke kamar mandi. Tak lupa Ilen m
selalu menanggapi balik orang-orang di sekitarnya dengan cara yang sama bah
mata hitam pekat di bawah kelopak matanya. Ilen sendiri memiliki
tuk Ilen, yaitu alasan yang menjadikan Ilen sebagai s
g sangat dingin tanpa sepatah kata apa pun. Hanya air mengalir yang menjadi teman bicara
an sangat keras per sekian 15 menitnya. Setelah Ilen menggosok gigi, Ilen pun berku
tu dari kamar mandi lalu diri
sudah makan?" tan
ng lalu berla
en. Ilen pun keluar dari kamarnya dan juga ruma
*
k 5 meter dari rumahnya. Ilen
bis, Ilen pun berlarian untuk memasuki bis
rempuan 19 tahun itu pun duduk di kursi belakang dekat
but pirang dengan senyuman lebar,
ambut pirang itu, Ilen hanya men
n?" tanya perempuan
a sayunya menatap peremp
ibir tipis merah merekah, tanda lahir cantik di dekat telinganya dan yang terakhir di amati
berambut pirang bernama Seli. Seli mengulurk
an tanpa basa-basi, Ilen membuang
sih tersenyum dengan bibirnya. "Eh, ini hari pertama aku kuliah, kita bisa janjian
an," sahut Ilen tanpa
mbut acak-acakan berwarna hitam. Seli pun kembali berbicara, "Hei,
aat menatap Seli sekilas lalu Ilen pun be
iah apa sekara
i Ilen yang tengah melangkah melewati halte
sibuk dengan ponsel dan juga k
n bareng ke aula," ucap Seli yang berlari ke
perempuan berambut hitam acak-acak
iam, tidak?"
ari wajah Seli. Seli pun
sahabatmu," ucap Ilen lalu
*
tama, Ilen pun langsung melepas
ng kali kesusahan untuk membaca tulisan apalagi melihat seseorang di hadapannya. Ilen belum tahu penya
tas meja lalu Ilen pun mencoret kalimat per
aki yang sangat panjang sehingga perempuan i
matanya menangkap materi-materi di bukunya lalu tiba-tib
at pria itu s
tap lekat seraya dirinya menunduk untuk melihat wajah Il
a itu seraya men
berapa detik kemudian tangan dingin pria itu men
, Ilen mendongakkan kepalanya secara pe
en, Ilen tak melawan sedikit pun,
but gondrong seleher dan juga kemeja kotak-kot
mengacak-acak rambut, pria itu terkekeh berkali-kali di te
pria itu yang tak henti-hentinya tert
en mengalihkan padangan dengan membaca buku-b
... aku penggemarmu,
pelan untuk kembali mendongak hingga Ilen menatap pria b