etan. Kali ini, aku melakukan pemotretan untuk salah satu majalah. Kuakui pakai
nkan posenya!" pinta kakak f
tatapan lebi
a menghunjami pose-pose
ku, Kak Laras yang sedang kupintai bantuan. Selama menunggu, aku tidak bisa berhenti menggigiti kuku sehingga nail a
Laras terlihat memasuki studio. Aku beringsut da
sudah mencari tahu siap
asaran. Sayangnya, raut wajah yang dito
. Penulis itu tidak meni
nghela na
DRR
r yang asing, mungkinkah Si Penulis Arkais? Langsung
emotretan ya? Sayang sekali, aku nggak bisa menyapamu ha
k tahu aku sedang sibuk?"
esuatu. Apa kamu benar-ben
terdiam
angnya, kamu masuk ke dalam kenanganku ya
dak mengingatmu.
ekali sampai aku memutuskan untu
nya dan aku tahu kamu berbohong soal ingatanm
su mendengar
ak, b-b
kenangan mengerikan itu." Ujar Angkara dengan tegas. Aku sedikit terkejut, ana
ang." Jawabku singkat, lalu lang
*
ower, M
akan berkelahi. Karena itulah aku hidup." Sahut A
gi, aku membunuh anak-anak tak berdosa itu." Ujarku sambil t
eka?" tanya Angkara d
pria bertopeng saat bersembunyi di kandang lain demi
taku menyipit saat mencoba mengingat kemba
gan darah di perut mereka. Dan aku hanya berdiri di hadapan mereka dengan
ad si pria bertopeng?" t
Aku tidak m
u hampir
ih hidup? Apa sekarang dia me
an-pertanyaan yang membuat otakku akan meled
Penulis Arkais, usianya sudah di atas t
tapi,
coba bernegosiasi dengan psikopat gila dan menyelamatkanku. Sekaran
a. Aku pastikan kita akan sembuh d
ng terucap dari bibir Angkara. Sempat-sempatnya ia tersenyum lepas padaku pada
DRR
ra saat sebuah pesan dari Hanindi
h terbit! Aku memberitahumu sebab sepertin
etar lalu menata
culikan sud
*
terseok-seok dituntun oleh pria muda bertopeng badut. Debu dari tanah gersang mengepul ke udara. Desa mati
tanya bocah itu dengan polosnya. Dengan mata
elah luka di k
topeng. Dengan kelopak mata yang membesar dan tubuh yang bergetar hebat, anak laki-laki itu sangat tidak percaya atas apa yang dilihatn
" sahut pria bertopeng i
si pria bertopeng langsung mencengkram bahunya dan melemparnya tepat ke tengah-te
ang mana adalah Meydisha kecil menyapu tangisnya lalu menggenggam lengannya. Angkara kecil menoleh dan menatap lekat mat
terlalu menggemaskan sampai-sampai aku tidak
mua anak-anak yang berada di dalam kandang s
AHAHA
kencangnya sehingga berhasil membuat tangis anak-anak
paman bisa merasa bahagia?" tanya Mey
ng tampak menorehk
mbalikan kalian semua yang tersesat di de
tanya dengan nada mantap. Pria bertopeng mendongakkan
ik. Dia takkan kesepian bila kukirim kalian
aimana jika ada pengkhianat di ant
ng itu tertegun sesaat. Kentara sekali ia sedang ber
kamu mau menyingkirk
ut dan menyerahkan belati dengan ukiran gambar sayap di ujung gagangnya. Meydisha kecil meraih belati itu dan beringsut
dengan anakku di nirwana?" sahut si pria bertopeng dengan nada
mati," bisik si pria bertopeng disusul gel
KAIS: BAG
uk Mey, gadis p
ya. Namun, langit berkata lain. Alih-alih bertemu bagindanya, ia dipertemukan dengan pangeran kematian. Sang pangeran k
ilnya. Tampaknya hanya ia yang bisa melihat pesona dan kebijaksanaan sang pangeran kematian. Akh
*
UU
ponselku ke me
ngan pangeran bertopeng jelek?" gerutuku. Angkar
hah?" teriakku, lega sekali rasanya
ya lucu saja melihatmu mengom
u mel
Panggil aku DISHA, D-I-S-H-A. Nanti kamu
akah Penulis Arkais adalah si pria bertopeng atau bukan.
sebagai tanda me