g saat ini terpampang di depan matanya. Dia dapat mend
rasa sakit yang dia rasakan, dia ber
darah di sepatunya dengan mengusapkannya ke karpet di samping Leo. Ekspresi wajahnya mengun
ahwa Jacob akhirnya memutuskan
akan mudah bagi Jacob untuk lepas dari ini semua, namun tidak bagi Emily. Dia bukanlah siapa-si
a, suara langkah kaki mendekat ke arah kamar terdengar oleh Emily. J
riakan, dan kemudian datang untuk memeriksa apa
diri dengan wajah tanpa emosi. Akhirnya Emily membuat keputusan, dia mengh
..
i menyala di dalam hati Jaka dengan berkata pada pria itu, "Jaka, kurasa kita tidak bisa menyalahkan semuanya kepada Emily. Kalian sudah putus, sehingga bukan hal yang sala
r, menarik tangannya menjauh dari wanita itu dan
an tatapan kosong di matanya. Di lantai dekat tempatnya berdiri, meringkuk s
yang telah terjadi di kamar ini. Wajahnya berubah muram ketika dia kem
dia perkirakan dan rencanakan. Kenapa dia tidak sedang tidur dengan Leo? Dan, kenapa
nar-benar wanita yang sangat naif dan bodoh. Untungnya, dia cukup pintar untuk merangkaikan semua kejadian ini dan langsung memaham
dalam kamarnya bersedia bekerja sama dengan dirinya, dan
cari apa yang disebutnya sebagai "selingkuhan" Emily. Emily tak berani membayangkan ap
Dia kemudian menjelaskan dengan lantang, "Pria ini telah mencoba untuk memperkosak
njelaskannya, meskipun di lubuk hatin
petunjuk jika yang dikatakan wanita itu adalah sebuah kebohongan belaka, t
imana yang kamu katakan, kenapa pria
n tak bisa mengalahkan Rosa dalam sebuah pertarungan. Bagaimana mungkin dia bisa menghajar s
endak masuk ke dalam kamar untuk membuktikan kecurigaan yang ada di kepala
pada kekasihmu? Emily menjawab dengan nada sinis, "Rosa, semuanya tak berjal
n emosinya dan dengan suara yang tenang kemudian berkata, "Emily, bagaimana
! Kamu harusnya mendapatkan sebuah piala
!" Kesabaran Jaka hampir habis, dia berusaha sebaik mungkin menahan amarahnya menghadapi Emily. D
Emily kebingungan. Tak tahu harus berbuat apa untuk menghalangi Jaka masuk
emarahan Jaka meledak, dia berteriak dengan penuh amarah, "Emily,
membuatmu berpikir, bahwa dirimu memiliki hak untuk memasuki kamarku semaumu? Kamu pikir s
kamar, semakin Jaka merasa penasaran, "Kamu ingin aku
lam benaknya membayangkan, jika Jaka sampai menemukan seorang pria di dalam kamar
asuk ke dalam kamarnya, namun dia hanya dapat bertahan bebera
erbuka dengan keras. Tak ad
an jijik, ketika kemudian berkata dengan nada mengejek, "Jaka
terhina oleh perkataan Emily, dan dia berusaha membalasnya, "Aku
. Namun, kata-kata yang baru saja Jaka ucapkan, membuat darahnya mendidih oleh kemarahan. Dia pun tersenyum sinis,
erkata, dengan penekanan pada setiap kata yang diucapkannya, "Emily, suatu
n, mereka berasal dari keluarga yang sama. Mereka menggunakan
lagi! Dan Rosa, ingatlah bahwa sampah seseorang bisa me
i sumber kebahagiaan bagiku!' pikir Rosa dalam hatinya. Namun dia tetap mempertahan
nita yang ada di dalam kamar ini. Setelah ingat kembali tujuannya
n berhenti sampai menemukan pria yang dianggapnya sebagai selingkuhan yang disembunyikan oleh Emily. Emil
dapinya. Dia sudah berada di ujung keputusasaan, ketika akhi
ang yang ada di kamar. Mereka menoleh ke pin
an Jacob ingin berb