n. Nanti kupinjamkan buku yang lain. Anggap aja ini met
Nessa. "Agak kurang masuk akal, kalau kamu menyed
Tapi aku udah hapal isinya. Jadi, kupinjam
meng
asyik membaca kata pengantar novel. Sem
omentar Dilan. "Ban
um. "Harus bisa bikin aku mer
ng ke Pasir Impu
ir pekan,"
u?" tanya Dilan lagi. "A
balik Nessa. "Ata
gak mau berpura-pura tulus mengantarkan kamu. Satu-
di hadapannya. "Kamu
g cepat. "Bukan
menjadi sedikit canggung. Keduanya kembali saling diam, cu
on buat ka
a. Ia menatap Dil
ngedipkan kelop
*
ir setengah jam. Hingga ketika Nessa kembali, Dilan tertidur sambil du
sa pelan, sambil men
pkan mata. Sejurus kemudian, ia
alas Nessa dengan n
gan senyum tersungging di bibirnya. "S
a, seraya menggelen
lan. Hatinya s
a menjadi akrab dan dekat. Namun, Dilan tidak pernah mengira
*
ovembe
sikap sehangat dulu. Dilan yang sejak awal perjumpaan telah cukup memberikan kesan di hatinya, mendadak me
ersahabat, meski tak ada hubungan kekasih yang melingkupinya. Ia lebih sering ditemani Dilan, daripada bersama Sadiah dan Rania, d
rsama menuju kantin. Tak ada lagi Dilan yang merengek minta ikut ke kost-an, hanya karena ingin kopi gratis. Juga ta
ilan? batinnya
tidak tergagap menghadapi perubahan gaya hidup, transformasi dari status pelajar menjadi mahasiswa. Semuanya berlangsung ap
enjauhinya. Wajar dong
*
masing. Lelaki itu melemparkan pandangan secara sekilas, terarah pada seluruh temannya. Dan saat beradu pandang denga
if dengan posisi kursi Nessa yang berada di sisi kanan. So, interaksi Dilan dan Nessa pun berlangsung begitu singk
lelah menahan diri agar tidak tertawa, karena sepanjang jam kuliah, Dilan terus melontarkan leluco
asuk. Praktis, Dilan harus menempati satu-satunya bangku kosong yang tersisa. Dan sialnya, belum pernah sekali pun bangk
ya. Dengan begitu, Dilan akan mendudukinya. Namun, untuk meminta Sa
n lamunannya tentang Dilan. Hingga tidak menyadari bahwa Dilan telah sedikit memajukan dan menyerongkan posisi bangkun
agi-lagi, menggembungkan cuping hidung sebanyak dua kali. Kembali, Ne
n? tanya Nessa di dala
ingat Rania, d
p Rania, lal
kirkan?" tanya Rania,
meng
*
manis itu. Bahkan, mungkin seisi kelas memang tidak menyadarinya. Itulah yang memang diinginkan Dilan, perger
langsung menggerakkan cuping hidungnya, dua kali. Persis seperti yang ia lakukan kala tanpa sengaja saling tatap dengan
an ini, ujar Dilan di dalam hati. Tapi jujur, aku