lan memilih untuk menunggu di kantin. Di otaknya terbayang nikmatnya menyeruput kopi diselingi men
perempuan, ketika Dilan
ncari sumber teriakan. Dan didapatnya sosok
seru perempu
gguk dan ter
in?" tan
agi, sambil kembal
an. "Teman-teman meninggalkan aku. Mereka
nggalkan ke kantin. Orang lain sampai mena
Rere tertawa kecil. "Kamu
win?" tanya
jawab Rere. "Nikah
terg
atian tersebut sebenarnya tertuju pada Rere, perempuan cantik yang berjalan bersamanya, bukan Dilan. Sialnya, jika Dila
"Selebriti kampus mah udah
jalan bareng a
!" cetu
nyum. "Karena kamu bakal ser
ersenyu
apa yang diinginkannya. Perempuan yang mengambil Jurusan Tekn
an," protes Dilan.
Namun sang perempuan tetap berbaik hati, de
r," ingat Rere. "Nggak usah khawatir gemu
tahun lalu itu, masih diberlakukan sistem kedisiplinan semi militer. Ditambah aturan tentang sistem drop out dan absensi yang sangat ketat, maki
etat perihal drop out dan absensi masih berlaku hingga sekarang. Nah, dua hal itulah yang berpotensi meny
segera meraih gelas berisi
dulu,
nyem. "Ka
ini. Butuh bimbingan aku, yang setahun le
bir Dilan. "Tolong, dong! Kebanyakan mi
"Maaf kalau aku galak. Itu
uk. "Jangan pernah berhenti menging
rsenyum
an loteknya. Sejak suapan per
komentarnya. "Hmm..
belikan seporsi lagi, n
Dilan. "Seporsi berd
ertawa
ombongan perempuan. Rere menyadarinya, da
" selid
meng
?" des
n sekelas,"
!?" tanya Rer
an, akhirnya. "Tapi,
watir,"
mere
seraya meraih tangan kiri
keempat perempuan it
gebetan kamu
an. "Satu-satunya yang
an yang kini telah duduk mengelilingi meja yang berada d
mu lebih manis, eh...
." Rere
punya banyak penggemar seperti k
u yang memuji, mun
, saat seorang lelaki
ujarnya, sambil menunjukkan ja
e tersenyum. "Ka
tu mengacungkan k
gumam Dilan. "A
ggak ada kelas?"
nitan lagi,"
t. "Ngopi aja dulu
ilan men
*
a juga menyalakan sebatang rokok. Selama lebih dari setengah jam bersama Rere, Dilan sama sekali tidak merokok. Ia
dang Dilan merasa jengah. Namun ia lebih sering menerima dan memaklumi, ka
eninggalkan kantin. Namun tanpa sengaja tatapan matanya beradu pandang dengan tatapan Nessa. Hmm
menghampiri meja yang ditempat
n, mendapati piring-piring keempat te
Sadiah. "Kamu mau ba
ujar Dilan. "Kalau jalan
i, tetap fokus pada piring di hadapannya. Mau tidak m
ah kepingin bikin kamu tertawa, b
s, menuju Gedung Jurusan. Dengan gerakan yang tak kentara, satu-satunya lelaki itu menarik lengan kiri Nessa, memintan
am Dilan. "K
uhi aku?" p
u menjauhi aku,
angkahnya, berusaha menyusul rekan-rekannya. Namun Dila
lan ...!"
elepaskan pega