m dada. Hari yang bewarna dan semangat yang membara. Se
jamaah di surau yang ada di dekat rumah. Melawan kantuk dan dingin yan
kupnya. Menjaga kondisi tubuhku agar tetap fit da
rapan. Ibu sudah memasakkan nasi goreng kesukaan
bicara dari pintu dapur. Aku sedang sarapan denga
an Naira nantinya. Aku sudah merencanakan sesuatu agar Naira bisa mengh
di senang. Ibu memang menjadi wanita pertama yang selalu mengerti dengan apa yang aku rasakan dan inginkan. Ibu adalah wa
hang sedang di dapur. Aku ciumi tangannya. Aku t
" Ibu membercandaiku. Aku menggelengkan kepala. Seja
enjawab dengan sedikit tidak yakin. Aku
pa yang aku rasakan. Aku tersenyum kecut. Rasa ma
engar membalas salamku dari dapur. Aku menghilang dari pandangan i
h awal daripada biasanya. Aku tidak sabar untuk bertemu dengan Naira. Senyumannya satu hari yang
sku belum ada yang datang. 'Aduh, aku memang terlalu lebih awal datang. Tapi tidak mengapa? Untung-untung Naira juga lebih a
i tempat duduk di bawah pohon. Biasanya aku saat istirahat serin
ang memukau mata. Hijau berbukitan dengan pepohonan yang tinggi. Diperkirakan sudah ratusan tahun umur batang pepohonan itu,
alam adalah sumber kehidupan. Di sanalah mereka mendapatkan hidup.
ah sendirian, tiba-tiba Naira lewat dengan teman
iara pamit duluan ke kelas. Aku tinggal berdua den
aira mengangguk. Ia segera ingin berjalan ke kelas. Aku mencoba me
da waktukah?" Tanya
a?" Tanya
ana pemandangannya bagus, airnya j
ujung desa?" Naira
i orang ke sana." Aku terasa men
gin ke sana. Tapi
ulang sekolah," kataku terus me
k temanku yang tadi
bih seru." Aku menjadi senang
Temanku sudah menunggu." N
i mulutku. Aku selalu mengucapkan terima kasih kepada siapapun jika oran
ati suasana pagi itu. Hemb
Reno datang dari belakang dan meng
Aku pukul Reno dengan tangan
ng, Rianda!" Aku meman
lebih awal datang ke seko
, kamu lagi jatuh cinta ya?!" Reno menuduhku yang bukan-bukan. Tapi tuduhannya kali
usil begitu. Kalau dalam sehari tidak mengusiliku mungkin tidak akan nyaman hidupnya. Tapi hingga saat ini Reno tetap menja
saja. Yang terlintas di kepalaku bahwa siang nanti aku akan lergi ke bendungan dengan Naira. Aku m
lam-dalam. Aku segera mengemasi alat tulis dan memasukannya ke dal
orku. Semenjak aku menyukai Naira, aku pindah parkir motor. Aku sengaja pindah ke tempat parkir di mana Naira juga memarkirkan
ku duduk saja di atas sepeda motorku. Dadaku berd
. Dadaku semakin berdetak kencang. Aku jadi tidak karuan. Aku m
ggu?" Naila berta
eluar tadi." Jawabku agar Naila tidak
otorku. "Langsung berangk
a beli makanan d
ra maksud. Agar kami tidak kelapa
u duluan sebagai penunjuk jalan. Aku sudah pernah pergi sekali ke bend
ilikku. Naira menerima cintaku. Kami sah menjadi sepasang kekasih. A