an yang akan dirangkum dan diceritakan kepada teman-teman kelas. Setiap teman-teman akan berlomba-lomba siapa ya
depan halaman rumah. Setelah olahraganya terasa cukup
ari kamar. Dulu kakakku bersekolah di SMA favorit di desa sebelah. Aku sekolah di SMA di kampung saja. Jarak umurku dengan
yak hal lain lagi yang membuat aku selalu dipojokkan. Tetapi ibu selalu ada dipihakku. Menjadi penengah dan pembelaku. Aku selal
a menghilangkan lapar saja. Makanya badanku tidak begitu gemuk dan juga tidak kuru
kelas dua. Aku tidak sabar bertemu dengan teman-temanku. Aku ingin mendengarkan ceritanya se
difikasi sehingga terlihat klasik dan bersih. Aku suka dengan hal-hal yang bern
kilo. Jika berjalan kaki butuh setengah jam. Rumahku di atas bukit dan di kelilingi oleh kebun petani. Sesuatu hal yang indah
karet dan sawah petani di kiri kanan. Sekarang sudah m
i yang sedang berjalan menuju sawahnya. Aku melambaikan tangan. "Aamii
-pagi sudah turun ke kebun atau ke sawah. Jarang sekali petani yang tidur pagi. Katanya, bekerj
ukit Barisan yang sambung-menyambung dan tertata rapi. Menyuguhkan pemandangan yang menyejukkan mata. Jika masalah dan beban yang berat
Tapi teman-temanku sudah ramai yang datang. Aku memarkirkan sepeda motorku di tempat yang sudah
lalu diacak. Kata wali kelas agar kami bisa bergaul dan beradaptasi dengan teman-teman yang lainnya, tidak itu-
baru saja dicat ulang dengan warna putih dan merahyang bersinar
Temanku yang baik hati suka menabung dan tidak punya pacar." Reno langsun
sudah ramai saja. "Apa-apa kamu ini, Reno. Meneriakkan aku tidak punya pacar
nya. Reno memang temanku yang usil. Jika dilayani keusilannya, maka tidak akan usai. Aku memilih mengalah saja. Tapi Reno tema
cantik. Tapi sayangnya ia lupa meminta nomor telepon cewekitu," terang Reno. Kami tertawa terbahak-bahak secara be
amu yang sikat duluan. Tapi sayangnya kamu masih menjomblo," Andino balik melawan. Aku ditertawakan bersama-sama. Aku juga ikut tertawa. Karena keempat temanku yang
tuanya melarang pacaran untuk sementara. Tetapi saat class meeting dan menunggu penerimaan la
ntan pacarnya jangan sampai tahu, begitu tegas Andino. Kami sepakat dengan hal itu
nya aku tidak ada kemana-mana liburan kali ini. Aku hanya di kampung saja membantu kakek ke sawah
g di sungai yang ada di dekat sawah. Aku semangat memancing ikan. Tetapi bukan ikan yang aku dapatkan tetapi kura-kura sebesar
rpaksa terhenti. Jika ada waktu akan dilanjutka
mengelak-elak untuk menjadi pengurus kelas. Dikarenakan aku ingin menjadi siswa biasa saja. Tapi teman-temanku mengajukan dan
r piket, susunan kepengurusan kelas, jadwal mata pelajaran, penga
bulan aku tidak lagi mencicipi masakan ibu kantin. Aku jadi rindu dan melahap makanan dengan ganasnya. Lagi pula aku tadi sarapan sedikit. Jad
. Tanpa sengaja mataku tertuju pada seorang siswi yang aku tafsir adalah anak baru. Aku amati sis
lain. Rasa penasaranku muncul begitu saja. Aku pandangi ia menyuap makanannya. Sungguh
pengunjung di kantin ini saja," aku mencoba mengalihkan perhatian. Reno sejenak memandang lurus ke pandangan akutadi. Untung saja Reno tidak curiga kalau aku memandangi seoran
Tapi rasanya akusudah sangat dekat sekali d
Saat berjalan keluar kantin aku menyempatkan diri untuk memandang Kembali kepada siswi baru itu. Aku harus tahu nama
au terbuka kepada Reno dan yang lainnya. Salah satunya Reno adalah sahabat yang fakboy. Sedikit saja bisa suka dengan
aku sendiri. Dikunci rapat dan tidak
sendok dan garpu. Mengingat cara makannya yang lembut dan te
dari mimpiku. Hingga pagi mataku sulit untuk dipejamkan. Pikiranku tidak bisa dialihkan dari mengingat wajahnya
erbang dari dahan yang satu kedahan yang lainnya. Tupai keluar dari sarangnya, lalu
Aku selalu menjaga kondisi tubuhku. Meski oto
a dan malam begitu panjang. Aku tidak sabar untuk ke sek
jar. Gejolak ingin dihargai dan bisa memiliki seorang kekasih di dalam dadaku tidak terbe
menjadi bahan lelucon. Aku tentu tidak terima. Tidak enak rasanya dipojokkan begitu.