in dekat. Sena yang merasa jika Fabian masih sering mengikutinya, men
isa berangkat sendiri. Nggak perlu Om anterin." Sena kesal karena ternyata Trist
ka kamu itu hanya berbohong." Sena diam. Dia mengerutkan dahinya. Apa yang dikatakan oleh Tristan adalah benar. Fabian masih ser
Tristan agar diantar ke kampus. Meski sebenarnya kesal,
dan Tristan telah berada di dalam mobil. Sena pun sudah mulai merasa segan pada Tristan,
nyebelin, berubah serius. "Ah ... kamu belum kasih tahu aku, kenapa kamu kayak benci banget sama cowok yang bernama Fabian itu? Kayaknya dia
lihat muka orang itu." Sena kembali teringat akan kesalaha
ngsung menoleh. Dia menatap Tristan, menung
setelahnya dia kembali fokus melihat ke depan. Sedang Sena hanya bisa bengong mendeng
i aku suka sama Om." Wajah Sena sudah dipastikan jika tengah bersemu merah seperti udang rebus. Selam
ya aja males. Kamu tadi mau lihat aku berarti kamu suka aku, 'kan?" Entah da
i umur aku. Nggak mungkin banget pastinya." Sena mendengkus kesal. Jarak usia antara Sena dan Tristan sekitar tu
kamu kemakan omongan kamu, Sena.
kal! Jang
nyaris mati, menjadi lebih hidup. Beberapa waktu lalu dia mengalami patah hati yang ber
galihkan wajahnya dengan melihat ke arah luar mobil.
saja membuat Sena kaget. Dia tidak menyangka jika telah sampai di
mu mau ikut aku ...." Tristan mencondongkan tubuhnya ke arah Sena
ini dekat-de
... aw ...!" Tristan mengelus pinggang
makin mengesalkan saja sang duda, hingga sering membuat Sena sakit kepala. Baik, sih mau bantu
m-macam. Cuma s
marah sama Om!" Setelah mengucapkan hal itu, Sena berbalik dan membu
tadi nyaris copot karena mendengar bantingan pintu. "Kalau pintunya rusak gimana coba?" Tristan hany
sepertinya butuh makan agar emosinya tidak naik. Semakin hari
sama dia, tapi ngga gitu juga kali caranya. Mana mepet terus, jadi digunakan buat nyari kesempatan,"
Kenapa lo nggak denger panggilan gue?" Rupanya Tiara sudah memanggil Sena sedari tad
engan jari telunjuk dan jari tengahnya. Wajahnya jujur sehingga membuat Tiara yang he
! Mau sar
*
ir pekan dan dia ingin menghabiskan malam minggu di rumah. Tidak punya pacar maupun teman kencan me
. Mereka telah berada di dalam mobil Tiara. Rencananya mereka akan nongkrong ke
ar teman-temannya tidak curiga, terlebih Fabian yang masih sering terlihat berada dekat dengannya. Sena juga terp
iya yang udah punya co
Setelahnya dia melambaikan tang
a baca malam ini untuk menemani malam minggunya. Suasana kampus lumayan sepi, karena mema
njadi pemandangannya sehari-hari. Setibanya di kelas terakhirny
ika ada orang yang membuntutinya sedari tadi. Sena berhenti sejenak
Fabian?' tebak
, tetapi ada tangan besar yang menahan bahunya. Sejenak dia bahkan lupa c
sia